Wibisono, Gunawan (2019) Dampak Populasi Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt) terhadap Produktivitas dan Kadar Steviosida Stevia (Stevia rebaudiana B.) pada Sistem Tanam Tumpangsari. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Stevia (Stevia rebaudiana B.) ialah tanaman herbal yang cocok sebagai alternatif pengganti tanaman tebu sebab mengandung bahan pemanis yang disebut dengan steviosida dan rebaudiosida. Potensi stevia sebagai tanaman obat yang bermanfaat untuk mengobati obesitas, mencegah dan melawan diabetes. Permasalahan yang ada saat ini ialah terbatasnya pengembangan model budidaya tumpangsari untuk meningkatkan kualitas tanaman stevia di Indonesia. Tumpangsari memiliki kelebihan sebagai menciptakan ekosistem yang beragam didalamnya dan mencegah kerugian jika salah satu tanaman yang diusahakan gagal. Tumpangsari tanaman stevia dapat dilakukan dengan tanaman jagung manis sebab memiliki ciri morfologi yang berbeda, sehingga tidak mengganggu proses fotosintesis kedua tanaman tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dampak populasi jagung manis terhadap lingkungan mikro tanaman stevia dalam tumpangsari dan mempelajari dampak penaungan tanaman jagung manis terhadap hasil brangkasan daun dan kadar steviosida dari tanaman stevia. Hipotesis penelitian ini ialah terdapat populasi optimum jagung manis dalam sistem tumpangsari dengan tanaman stevia, populasi jagung manis dalam tumpangsari dengan stevia berpengaruh terhadap situasi lingkungan mikro tanaman, dan lingkungan mikro tumpangsari tanaman jagung dan stevia berpengaruh terhadap hasil brangkasan daun dan kadar steviosida tanaman stevia. Penelitian ini dilaksanakan yaitu pada bulan Maret 2019 hingga Mei 2019. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Jatimulyo Universitas Brawijaya Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang. Peralatan yang digunakan selama peneltian meliputi; oven, timbangan analitik, kamera, cangkul, knapsack sprayer, lux meter, thermohygrometer, LAM (leaf area meter), meteran, tugal, kantong plastik, pisau, gunting, label dan alat tulis. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi; benih jagung manis hibrida varietas Exsotic, stek stevia berumur ± 30 hari, air, pupuk kompos, sekam padi, pupuk cair organik, pupuk NPK, PGPR, dan pestisida nabati dengan dosis yang direkomendasi. Metode pelaksanaan menggunakan rancangan acak kelompok dengan 6 taraf perlakuan. Masing-masing perlakuan terdiri: S1= Sistem tanam monokultur tanaman stevia; S2= Sistem tanam tumpangsari tanaman stevia dan jagung manis dengan populasi jagung manis 100.000 tanaman ha-1; S3= Sistem tanam tumpangsari tanaman stevia dan jagung manis dengan populasi jagung manis 80.000 tanaman ha-1; S4= Sistem tanam tumpangsari tanaman stevia dan jagung manis dengan populasi jagung manis 70.000 tanaman ha-1; S5= Sistem tanam tumpangsari tanaman stevia dan jagung manis dengan populasi jagung manis 60.000 tanaman ha-1; S6= Sistem tanam tumpangsari tanaman stevia dan jagung manis dengan populasi jagung manis 40.000 tanaman ha-1. Parameter pengamatan berupa pengamatan pertumbuhan (jumlah daun, tinggi tanaman, indeks luas daun dan luas daun spesifik), pengamatan lingkungan (suhu dan intensitas cahaya matahari) dan pengamatan panen (bobot segar daun stevia, brangkasan daun stevia dan kadar steviosida). Data pengamatan yang diperoleh dianalisis anova dengan menggunakan anailis uji F pada taraf 5 % untuk mengetahui respon pertumbuhan tanaman terhadap perlakuan. Apabila hasilnya nyata maka akan dilanjutkan dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) dengan tingkat kesalahan 5 % untuk mengetahui perbedaan antara perlakuan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penanaman jagung manis dengan populasi 60.000 dan 40.000 tanaman ha-1 menghasilkan lingkungan mikro yang memberikan dampak positif terhadap kandungan steviosida yang memiliki kandungan sama tingginya dengan yang ditanam monokultur. Sistem tumpangsari jagung manis dan stevia yang menghasilkan tingkat penaungan yang tinggi memberikan dampak negatif pada kadar steviosida yang diperlihatkan dengan menurunnya kadar steviosida sebesar 29 % dari populasi jagung manis 60.000 tanaman ha-1 dengan suhu udara 26,99 – 34.63 oC dengan intensitas cahaya antara 35,03 – 93,30 lux jika ditingkatkan menjadi 100.000 tanaman ha-1 dengan suhu udara 24,55 – 31,91 oC dengan intensitas cahaya antara 16,87 – 74,06 lux. Naungan jagung manis berdampak negatif pada brangkasan daun stevia, monokultur stevia yang diperlihatkan dengan menurunnya brangkasan daun stevia sebesar 39 % jika ditumpangsarikan dengan populasi 40.000 tanaman ha-1. Populasi jagung manis mempunyai pengaruh terhadap lingkungan mikro stevia sehingga mempengaruhi brangkasan daun stevia dan kadar steviosida sebesar 82 %. Stevia monokultur ialah yang terbaik untuk brangkasan daun stevia. Populasi optimum 15.000 tanaman ha-1 ialah yang populasi optimum jagung manis untuk ditumpangsarikan dengan stevia.
English Abstract
Stevia (Stevia rebaudiana B.) is a suitable plant as an alternative substitute for sugar cane because it contains a sweetener called stevioside and rebaudioside. This plant has the potential as a medicinal plant that is useful for treating obesity, preventing and fighting diabetes. The current problem is the limited development of intercropping cultivation models to improve the quality of stevia plants in Indonesia. Intercropping has the advantage of creating a diverse ecosystem in around cropping and preventing losses if one of the cultivated plants fails. The intercropping of stevia plants can be done with sweet corn because they have different morphological characteristics, so as not to interfere with the photosynthesis of the two plants. This study aims to study the impact of the population of sweet corn on the microenvironment of stevia in intercropping and study the impact of sweet corn on the quality of stevia. The research hypothesis is that there is an optimum population of intercropping sweet corn which has a positive effect on the microenvironment situation for the quality of stevia plants. The research have did on March 2019 until May 2019. The research was conducted at the Jatimulyo Experimental Garden in Universitas Brawijaya, Lowokwaru District, Malang City. The equipment used during the research includes; ovens, analytical scales, cameras, hoes, sprayer knaps, lux meters, thermohygrometers, LAM (leaf area meters), meters, holes, plastic bags, knives, scissors, labels and stationery. The materials used in this study include; Exsotic varieties of sweet corn seeds, ± 30 days old stevia cuttings, water, compost, charcoal, organik liquid fertilizer, NPK fertilizer, PGPR, and recommended organic pesticides. The implementation method used a randomized block design with 6 levels of treatment. Each treatment consists of: S1 = monoculture system of stevia; S2 = Cropping system intercropping stevia and sweet corn with a population of 100,000 sweet corn ha-1; S3 = Cropping system of intercropping stevia and sweet corn with population of sweet corn 80,000 plants. ha-1; S4 = Cropping system of intercropping stevia and sweet corn with a population of sweet corn 70,000 plants. ha-1; S5 = Cropping system of intercropping stevia and sweet corn with a population of sweet corn 60,000 plants. ha-1; S6 = Cropping system of intercropping stevia and sweet corn with population of sweet corn 40,000 plants. ha-1. The parameters of the observations were observations of growth (number of leaves, plant height, leaf area index and specific leaf area), environmental observations (temperature and intensity of light radiation) and crop observations (fresh weight, leaves strover of stevia and stevioside). Observation data obtained were analyzed by anova using F test analysis at the level of 5% to determine the response of plant growth to the treatment. If the results are real, then it will be continued with the LSD (Least Significant Difference) test with a 5% error rate to find out the difference between treatments. The results of this study indicate that planting sweet corn with a population of 60,000 and 40,000 plants. ha-1 produces a microenvironment that has a positive impact on the content of steviosida which has the same high content as monocultures grown. Sweet corn and stevia intercropping systems that produce high shade levels have a negative impact on stevioside levels which are shown by decreasing stevioside levels by 29 % of the sweet corn population of 60,000 plants.ha-1 with temperatures of 26,99 – 34,63 oC with light intensity between 35,03 - 93.30 lux if increased to 100,000 plants.ha-1 with temperatures of 24,55 – 31,91 oC with light intensity between 16,87 – 74,06 lux. Sweet corn shade has a negative effect on stevia leaf stover, stevia monoculture shown by decreasing stevia leaf stover by 39% if intercropped with 40,000 plants.ha-1. Popultaion sweet corn give effect stevia micro environment so that can effect 82 % of stevia leaves strover and stevioside. Stevia monoculture is the best for stevia leaves stover. Optimal population of 15,000 plants. ha-1 is optimal for intercropping sweet corn with stevia.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FP/2019/828/051909734 |
Uncontrolled Keywords: | jagung manis, lingkungan mikro, populasi, stevia (Stevia rebaudiana B), tumpangsari-intercropping, microenvironment, populations, stevia (Stevia rebaudiana B), sweet corn |
Subjects: | 600 Technology (Applied sciences) > 635 Garden crops (Horticulture) > 635.6 Edible garden fruits and seeds > 635.67 Corn > 635.672 Sweet corn |
Divisions: | Fakultas Pertanian > Agroekoteknologi |
Depositing User: | soegeng sugeng |
Date Deposited: | 24 Aug 2020 07:27 |
Last Modified: | 24 Aug 2020 07:27 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/174976 |
Actions (login required)
View Item |