Pengaruh Kerapatan Gulma Krokot (Portulaca oleracea) terhadap Tanaman Buncis Tegak (Phaseolus vulgaris L.)

Aulia, David (2019) Pengaruh Kerapatan Gulma Krokot (Portulaca oleracea) terhadap Tanaman Buncis Tegak (Phaseolus vulgaris L.). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Tanaman buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan salah satu tanaman sayuran buah kelompok kacang-kacangan yang berpengaruh dalam memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat sebagai makanan yang bergizi. Di samping itu, buncis juga digemari masyarakat Indonesia sebagai salah satu sumber bahan makanan sehari-hari dan dapat menjadi obat untuk berbagai macam penyakit baik bagian daun, batang dan akarnya. Produksi buncis di Indonesia mengalami penurunan sebesar 8,44% dari tahun 2014 ke tahun 2015. Pada tahun 2014 produksi buncis tegak di Indonesia yaitu 318.218 ton dan pada tahun 2015 produksi buncis tegak menurun hingga 291.333 ton (Badan Pusat Statistik, 2015). Hal ini disebabkan beberapa faktor, dan salah satu faktornya yaitu faktor keberadaan gulma, yang berpengaruh terhadap produksi buncis. Kondisi tersebut mendorong perlunya usaha peningkatan produktivitas buncis dengan mempertimbangkan faktor keberadaan gulma yang dapat menurunkan produksi buncis. Buncis (Phaseolus vulgaris L.) memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan karena memiliki peran penting dalam usaha memenuhi kebutuhan kesehatan sebagai bahan makanan yang bergizi (Rachmadhani et al., 2014). Gulma atau tanaman penganggu seringkali dianggap tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan pertanian karena berpotensi menurunkan hasil produksi yang dicapai oleh tanaman utama atau tanaman yang sengaja dibudidayakan. Gulma menganggu tanaman melalui persaingan atau kompetisi yang terjadi dengan tanaman budidaya. Besar kecilnya kompetisi gulma tergantung pada spesies gulma, lama kompetisi, cara bercocok tanam dan kultur teknik lainnya (Moenandir, 1993). Tumbuhan pengganggu atau gulma mampu melakukan kompetisi dengan tanaman pokok, sehingga tanpa penyiangan, gulma mampu menurunkan produksi tanaman hingga 40%, juga menurunkan kualitas benih karena tercampur dengan benih gulma (Copeland dan Donald, 2001). Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan mengetahui pengaruh keberadaan gulma krokot pada tanaman buncis tegak pada berbagai tingkat kepadatan dan kerapatan gulma. Hipotesis dari penelitian ini semakin tinggi populasi krokot akan semakin menghambat pertumbuhan dan menurunkan hasil tanaman buncis tegak. Penelitian dilaksanakan di Desa Sidomulyo, Kota Batu, Jawa Timur. Lokasi penelitian terletak pada ketinggian +800 m dpl dengan suhu udara berkisar antara 17 -25OC dan curah hujan mencapai 1.860 mm/Tahun. Kegiatan penelitian berlangsung pada bulan Desember 2017 - Februari 2018. Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah benih tanaman buncis tegak varietas Tala, media tanah, pupuk Urea, SP-36, KCl, dan pupuk kandang ayam. Alat yang dipakai dalam penelitian ini adalah papan kayu, plastik, cangkul, kertas label, tali rafia, penggaris, meteran, timbangan analitik, selang air, alat tulis, drum isi (air), kamera, karung goni, karung, LAM (Leaf Area Meter), dan polybag dengan diameter 30 cm. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 6 perlakuan tingkat kepadatan gulma krokot dan diulang 4 kali. Perlakuannya antara lain yaitu P0: tanpa gulma polibag-1, P1: 2 bibit gulma polibag-1 , P2: 4 bibit gulma polibag-1, P3: 6 bibit gulma polibag-1 , P4: 8 bibit gulma polibag-1 , P5: 10 bibit gulma polibag-1. Penempatan perlakuan dalam setiap kelompok dilakukan secara acak. Satu perlakuan terdiri dari 10 tanaman buncis tegak. Parameter pengamatan yang dilakukan untuk tanaman buncis tegak ialah pengamatan komponen pertumbuhan dan pengamatan komponen hasil (panen). Pengamatan komponen pertumbuhan dilakukan secara non destruktif pada saat tanaman berumur 15, 25, 35, 45, dan 55 hst. Pengamatan komponen pertumbuhan meliputi tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah daun, dan luas daun. Lalu, pengamatan komponen hasil tanaman meliputi jumlah bunga, jumlah polong dan bobot kering polong tanaman. Pengamatan gulma meliputi panjang gulma, bobot basah dan bobot kering gulma, dan panjang akar gulma. Analisis datanya jika perlakuan berpengaruh nyata atau sangat nyata dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji BNT dengan taraf 5%, sebaliknya apabila perlakuan berpengaruh tidak nyata maka tidak perlu dilakukan uji lanjut. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini menunjukkan bahwa gulma krokot berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman buncis tegak. Gulma krokot berpengaruh terhadap tanaman melalui persaingan yang terjadi dalam penyerapan unsur hara. Pada pengamatan pertumbuhan tinggi tanaman diperoleh hasil bahwa perlakuan tanpa gulma memiliki tinggi tanaman terbesar dibandingkan perlakuan dengan adanya gulma. Begitu pun berpengaruh juga dengan jumlah cabang, jumlah daun, dan luas daun. Pada pengamatan hasil, gulma krokot mempengaruhi hasil tanaman seperti jumlah bunga, jumlah polong dan bobot kering polong tanaman. Kompetisi antara gulma dan tanaman buncis mulai terlihat pada umur 25 hari setelah tanam. Perlakuan 0 gulma atau tanpa gulma menunjukkan perlakuan yang paling sesuai untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman buncis.

English Abstract

-

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FP/2019/561/051907335
Uncontrolled Keywords: -
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 632 Plant injuries, diseases, pests > 632.5 Weeds
Divisions: Fakultas Pertanian > Agroekoteknologi
Depositing User: soegeng sugeng
Date Deposited: 24 Aug 2020 07:25
Last Modified: 24 Aug 2020 07:25
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/173985
Full text not available from this repository.

Actions (login required)

View Item View Item