Pengaruh Pupuk Hijau Paitan dan Interval Pemberian PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.)

Novitasari, Risa (2019) Pengaruh Pupuk Hijau Paitan dan Interval Pemberian PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Jagung manis (Zea mays saccharata Sturt L.) ialah komoditas tanaman pangan yang dimanfaatkan buahnya. Jagung manis memiliki kelebihan dibandingkan dengan jagung biasa karena rasanya yang manis. Kadar gula jagung manis mencapai 8-15% dari jagung biasa dengan kadar gula berkisar 1-3% sehingga lebih banyak disukai untuk dikonsumsi. Tingginya permintaan pasar terhadap produksi jagung manis belum sepenuhnya dimanfaatkan oleh petani karena memiliki beberapa kendala. Produksi jagung manis di Indonesia dengan rata-rata sebesar 8,31 ton ha-1 belum mampu memenuhi kebutuhan jagung manis di dalam negeri sedangkan potensi hasil dapat mencapai 14-18% ton ha-1 (Muhsanati et al., 2006) Rendahnya produksi jagung manis di Indonesia dikarenakan banyaknya petani yang menggunakan pupuk anorganik secara berlebihan ke dalam tanah dan sistem budidaya kurang intensif yang berpengaruh dalam pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis. Upaya untuk meningkatkan produktivitas dilakukan dengan pemberian bahan organik seperti pupuk hijau yang berguna untuk memperbaiki sifat tanah, mensuplai bahan organik, menambah nitrogen dan memperbaiki kehidupan jasad renik. Paitan merupakan salah satu tanaman famili Asteraceae yang dapat digunakan sebagai pupuk hijau. Tanaman paitan menurut Purwani (2011), memiliki kandungan hara 2,7-3,59% N; 0,14-0,47% P; 0,25-4,10% K, selain menggunakan pupuk hijau juga dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi baru yang efisien yaitu dengan menggunakan bakteri rhizobium yang berperan sebagai Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR). mekanisme PGPR dalam meningkatkan pertumbuhan di antaranya meningkatkan penyerapan air dan unsur hara tanaman, fiksasi nitrogen, menghasilkan hormon, dan melarutkan fosfat. Oleh karena itu, perlu adanya penelitian terkait teknologi budidaya baru untuk meningkatkan produksi jagung manis dengan aplikasi pupuk hijau paitan dan pemberian PGPR. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli – Oktober 2018 di Desa Ngijo, Kecamatan Karangploso, Kota Malang. Alat yang digunakan dalam penelitian yaitu cangkul, sabit, tali rafia, rol meter, kamera, gunting, ember, knapsack sprayer, refractometer, Leaf Area Meter (LAM), penggaris dan alat tulis. Bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu benih jagung manis Varietas Talenta, paitan, PGPR, N (Urea: 46% N), P (SP36: 36% P2O5), dan K (KCL: 60% K2O) dan pestisida.Penelitian menggunakan Rancangan Petak Terbagi (RPT), dengan petak utama dan anak petak. Petak utama yaitu dosis pupuk hijau paitan dan anak petak yaitu interval pemberian PGPR. Perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Petak utama terdapat dosis pupuk paitan dengan 3 taraf yaitu D0 : 0% (0 ton ha-1), D1 : 50% (2,43 ton ha-1), D2 :100% (4, 86 ton ha-1), dan anak petak terdapat interval pemberian PGPR dengan 3 taraf yaitu P1 : pemberian PGPR 10 hst, P2 : pemberian PGPR 10 hst dan 20 hst, P3 : pemberian PGPR 10 hst, 20 hst, dan 30 hst. Pengamatan pertumbuhan terdiri dari pengamatan destruktif pada saat tanaman berumur 14, 28, 42 dan 56 meliputi luas daun, bobot kering total tanaman dan laju pertumbuhan tanaman (CGR). Sedangkan pada pengamatan hasil atau panen dilakukan saat tanaman berumur 75 hst. pengamatan panen meliputi bobot tongkol dengan kelobot per tanaman, bobot tongkol dengan kelobot per petak panen, bobot tongkol tanpa kelobot per tanaman, bobot tongkol tanpa kelobot per petak panen, diameter tongkol, Panjang tongkol, hasil panen per hektar dan kadar gula. Pengamatan lingkungan terdiri dari suhu tanah dan kelembaban tanah. Data hasil pengamatan yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam (Uji F) pada taraf 5% untuk mengetahui ada tidaknya interaksi maupun pengaruh nyata perlakuan, apabila terdapat pengaruh antar perlakuan (F hitung > F tabel 5%), maka dilanjutkan dengan menggunakan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) dengan taraf 5% untuk mengetahui perbedaan diantara perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi nyata terjadi antara dosis pupuk hijau paitan dan interval waktu pemberian PGPR pada beberapa variabel yang diamati, antara lain bobot kering total tanaman dan laju pertumbuhan tanaman (CGR). Namun, secara umum hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis pupuk hijau paitan dan interval waktu pemberian PGPR berpengaruh nyata pada semua komponen pertumbuhan yang diamati, meliputi luas daun, bobot kering total tanaman, laju pertumbuhan tanaman, bobot tongkol dengan kelobot per tanaman, bobot tongkol dengan kelobot per petak panen, bobot tongkol tanpa kelobot per tanaman, bobot tongkol tanpa kelobot per petak panen, panjang tongkol, dan hasil panen, kecuali pada diameter tongkol, kadar gula. Selain itu, pada komponen lingkungan terjadi berpengaruh nyata pada suhu tanah, tetapi tidak berpengaruh nyata pada kelembaban tanah. Penggunaan dosis pupuk hijau paitan 100% dan paitan 50% menghasilkan komponen pertumbuhan dan hasil yang lebih tinggi dibandingkan penggunaan dosis paitan 0% (kontrol). Pada perlakuan interval waktu pemberian PGPR, komponen pertumbuhan dan hasil yang lebih tinggi didapatkan pada pemberian PGPR tiga kali interval waktu (10, 20 & 30 hst) dan PGPR dua kali interval waktu (10 & 20 hst).

English Abstract

Sweet corn (Zea mays saccharata Sturt L.) is a food crop that is utilized by the seeds. Sweet corn has advantages compared to ordinary corn because it tastes sweet. Sweet corn sugar levels reach 8-15% of ordinary corn with sugar content ranging from 1-3% so more preferred for consumption. The high market demand for sweet corn production has not been fully utilized by farmers because it has several constraints. The low production of sweet corn in Indonesia with an average of 8.31 tons ha-1 has not been able to meet the needs of sweet corn in the country while the potential yield can reach 14-18% tons of ha-1 (Muhsanati et al., 2006). The low production of sweet corn in Indonesia is due to the large number of farmers who use excessive inorganic fertilizers into the soil and less intensive cultivation systems that affect the growth and yield of sweet corn crops. Efforts to increase productivity are done by providing organic materials such as green manures that are useful for improving soil properties, supplying organic matter, adding nitrogen and improving microorganism's life. Paitan is one of Asteraceae family plant that can be used as green manure. Purwani (2011) said that paitan have nutrient content of 2.7-3.59% N; 0.14-0.47% P; 0.25-4.10% K, in addition to using green manure can also be done using new technology efficient by using rhizobium bacteria that acts as Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR). PGPR mechanisms in increasing growth include increasing water and nutrient uptake, nitrogen fixation, hormone production, and phosphate dissolution. Therefore, the need for research related to new cultivation technology to increase the production of sweet corn with the application of green paitan fertilizer and the provision of PGPR. The research was conducted in July - Otober 2018 in Ngijo Village, Karangploso Subdistrict, Malang City. The tool used in the research is hoe, sickle, raffia strap, roller meter, camera, scissors, bucket, knapsack sprayer, refractometer, Leaf Area Meter (LAM), ruler and stationery. The material used in the research is sweet corn seed Talenta variety, paitan, PGPR, N (Urea: 46% N), P (SP36: 36% P2O5), dan K (KCL: 60% K2O), and pesticides. Research using of Split Plot Design, with main plot and sub plot. The main plot is the dose of green paitan fertilizer and sub plot is the interval of PGPR. Treatment was repeated 3 times. The main plot was dose of 3-level dose of fertilizer ie D0 : 0% (0 tons ha-1), D1 : 50% (2,43 tons ha-1), D2 :100% (4, 86 tons ha-1), and sub plot there was interval of PGPR with 3 levels ie P1: PGPR 10 days after planting, P2: PGPR 10 days after planting and 20 days after planting, P3: PGPR 10 days after planting, 20 and 30 days after planting. Growth observations consisted of destructive observations when plants aged 14, 28, 42 and 56 included leaf area, total dry weight and crop growth rate (CGR). While the observation results or harvest is done when the plants are 75 hst. harvesting observations include weight of cob with husk per plant, weight of cob with husk per harvest plot, weight of cob without husk per plant, weight of cob without husk per harvest plot, length of cob, diameter of cob, yield harvest and sugar content. Environmental components are soil temperature and soil moisture. The result of the observation data was analyzed using the analysis of variance (F test) at 5% level to know the existence or absence of real interaction treatment, if there is influence between treatment (F count> F table 5%), then continued by using Test of Honestly Significance Difference (HSD) with a level of 5% to know the difference of each treatment. The results showed real interaction occurred between dosage of green manure of Tithonia difersifolia and PGPR application interval on several observed variables, included total dry weight of plants and crop growth rate (CGR), In general, the results showed that the dosage of green manure of Tithonia difersifolia and PGPR application interval have significantly effect on all observed growth components, included total leaf area, total dry weight of plants, crop growth rate (CGR), weight of cob with husk per plant, weight of cob with husk per harvest plot, weight of cob without husk per plant, weight of cob without husk per harvest plot, length of cob and yield harvest, except diameter of cob and sugar content. Environmental components occur significantly effected on soil temperature, not on soil moisture. The use of 100% dose green manure of Tithonia difersifolia and 50% dose green manure of Tithonia difersifolia resulted in higher growth and yield components than the application 0% dose green manure of Tithonia difersifolia (control). In the treatment of the time interval for giving PGPR, higher growth and yield components were obtained at the administration of PGPR three times the time interval (10, 20 & 30 days) and PGPR twice the time interval (10 & 20 days).

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FP/2019/429/051907172
Uncontrolled Keywords: -
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 635 Garden crops (Horticulture) > 635.6 Edible garden fruits and seeds > 635.67 Corn > 635.672 Sweet corn
Divisions: Fakultas Pertanian > Agroekoteknologi
Depositing User: soegeng Moelyono
Date Deposited: 24 Aug 2020 07:25
Last Modified: 24 Aug 2020 07:25
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/173903
Full text not available from this repository.

Actions (login required)

View Item View Item