Puspito, Sigit Widyo (2019) Analisis Efisiensi Teknis Usahatani Tebu pada PG. Pagottan menggunakan metode Stochastic Frontier Analysis (SFA). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Produksi gula nasional pada tahun 2017 belum dapat memenuhi kebutuhan gula nasional. Produksi gula kristal putih (GKP) nasional masih pada angka 2,1 juta ton untuk kebutuhan sebesar 3,2 juta ton (BPS, 2017). Hal ini menyebabkan pemenuhan kebutuhan gula masih membutuhkan impor dari negara lain yang berarti swasembada gula belum tercapai. Hal ini berimplikasi pada pencapaian target program pemerintah akan terhambat. Sehingga perlu adanya peningkatan produksi gula. Upaya peningkatan produksi gula tidaklah mudah. Banyak faktor yang yang menyebabkan produksi masih belum dapat memenuhi kebutuhan gula nasional. Diantaranya luas lahan dan produktivitas yang kurang maksimal. Upaya dalam meningkatkan produktivitas yaitu dengan melakukan efisiensi dalam penggunaan faktor-faktor produksi. Wilayah kerja PT. Perkebunan Nusantara XI bagian barat merupakan lumbung petani rakyat dimana diduga dalam pengaplikasian input masih belum efisien. Hal ini yang menjadi masalah yang perlu di teliti. Tujuan penelitian ini diantaranya menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi teknis usahatani tebu pada petani mitra Pabrik Gula Pagottan, menganalisis tingkat efisiensi teknis usahatani tebu pada petani mitra Pabrik Gula Pagottan dan menganalisis faktor sosial yang mempengaruhi inefisiensi. Batasan masalah yang diteliti yaitu responden adalah petani mitra Pabrik Gula Pagottan yang berada di Kabupaten Madiun yang menggunakan lahan sawah irigasi teknis dengan bibit BL. Selain itu responden yang melakukan masa tanam periode 2017/2018 yang melakukan bongkar ratoon. Pengambilan sampelnya menggunakan metode sensus karena jumlah populasi pada tempat penelitian dibawah 100 yaitu 30, sehingga diperoleh responden sebanyak 30 petani. Metode analisis yang digunakan adalah Stochastic Frontier Analysis (SFA) dengan sistem MLE atau Maximum Likelihood Estimation. Metode analisis faktor sosial yang mempengaruhi inefisiensi yaitu regresi tobit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi tebu pada petani mitra Pabrik Gula Pagottan di Kabupaten Madiun dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi. Faktor-faktor produksi tersebut yaitu luas lahan, bibit, pupuk ZA, pupuk phonska, pupuk organik, pestisida, dan jumlah tenaga kerja. Faktor produksi yang memiliki koefisien positif diantaranya luas lahan, pupuk phonska, pupuk organik dan jumlah tenaga kerja dengan nilai masing-masing sebesar 0,776, 0,139, 0,301, dan 0,793. Sedangkan faktor produksi yang memiliki koefisien negatif diantaranya bibit, pupuk ZA, dan pestisida dengan nilai masing-masing sebesar -0,221, -0,257, dan -0,746. Usahatani tebu yang dilakukan petani mitra Pabrik Gula Pagottan di Kabupaten Madiun dengan sistem bongkar ratoon sudah efisien secara teknis namun belum optimal. Rata-rata nilai efisiensi teknisnya sebesar 88,26 % sehingga masih memiliki peluang untuk meningkat sebesar 11,74 %. Nilai efisiensi teknis tertinggi adalah 0,999 dan efisiensi terendahnya 0,717. ii Faktor sosial yang berpengaruh nyata terhadap inefisiensi adalah umur, tingkat pendidikan, dan pengalaman usahatani pada taraf siginifikansi 90%. Faktor umur petani memiliki nilai koefisien negatif sebesar -0,003, artinya setiap penambahan satu satuan umur akan menurunkan tingkat inefisiensi teknis sebesar -0,003. Faktor pengalaman usahatani petani memiliki nilai koefisien negatif sebesar -0,002, artinya setiap penambahan satu satuan pengalaman usahatani akan menurunkan tingkat inefisiensi teknis sebesar -0,002. Faktor status kepemilikan lahan petani memiliki nilai koefisien negatif sebesar -0,072, artinya setiap penambahan satu satuan status kepemilikan lahan petani akan menurunkan tingkat inefisiensi teknis sebesar -0,072. Berdasarkan kesimpulan dapat disarankan untuk petani tebu mitra PG. Pagottan yang belum mencapai full efisiensi teknis disarankan untuk mengurangi penggunaan input-input produksi berdasarkan margin nilai actual terhadap frontiernya yang ditemukan pada penelitian ini. Adapun petani yang telah mencapai full efisiensi teknis disarankan untuk tetap menggunakan input-input produksi tanpa menambah atau mengurangi jumlahnya agar dapat terus berproduksi secara efisien. Stake holder seperti pemerintah daerah, swasta, utamanya PG. Pagottan disarankan untuk selalu melakukan pendampingan terhadap petani selama berusahatani mulai dari pengolahan lahan hingga tebang muat angkut (TMA). Selain itu sebaiknya petani diberikan edukasi berupa sekolah lapang atau studi banding mengenai informasi dan teknologi yang dapat menambah pengetahuan dan skill petani dalam berusahatani tebu.
English Abstract
National sugar production in 2018 has not been able to meet the national sugar needs. National consumption sugar production is still at 2,1 million tons for the needs of 3,1 million tons (BPS, 2017). This causes the fulfillment of sugar needs still requires imports from other countries, which means that sugar self-sufficiency has not been reached. This has implications for achieving the target of government programs will be hampered. So there needs to be an increase in sugar production. Efforts to increase sugar production are not easy. Many factors cause production to not meet national sugar needs. Among them, land area and productivity are less than the maximum. Efforts in increasing productivity are by making efficiencies in the use of production factors. The working area of PT. Perkebunan Nusantara XI in the west is a smallholder farmer where it is suspected that the application of inputs is still inefficient. This is a problem that needs to be examined. The objectives of this study include analyzing the factors that influence the technical efficiency of sugarcane farming on Pagottan Sugar Mill partner farmers, analyzing the level of technical efficiency of sugarcane farming on Pagottan Sugar Mill partner farmers and analyzing the social factors that influence inefficiency. The limitation of the problem studied was that the respondent was a partner farmer of the Pagottan Sugar Factory in Madiun Regency who used technical irrigated rice fields with auntie BL. In addition, respondents who did the planting period of 2017/2018 did ratoon unloading. Sampling used the census method because the total population in the study area is below 100, 30, so that respondents were obtained as many as 30 farmers. The analytical method used is Stochastic Frontier Analysis (SFA) with the MLE or Maximum Likelihood Estimation system. The method of analyzing social factors that influence inefficiency is tobit regression. The results showed that sugar cane production at Pagottan Sugar Mill partner farmers in Madiun District was influenced by factors of production. The factors of production are land area, seedlings, ZA fertilizer, phonska fertilizer, organic fertilizer, pesticides, and the number of workers. Production factors that have positive coefficients include land area, phonka fertilizer, organic fertilizer and the number of workers with values of 0.776, 0.139, 0.301, and 0.793. While the factors of production that have negative coefficients include seeds, ZA fertilizer, and pesticides with values of -0,221, -0,257, and -0,746, respectively. Sugar cane farming carried out by farmers partner of the Pagottan Sugar Factory in iv Madiun Regency with the ratoon unloading system is technically efficient but not optimal. The average value of technical efficiency is 88.26 percent so it still has a chance to increase by 11.84 percent. The highest value of technical efficiency is 0.999 and the lowest efficiency is 0.717. Social factors that significantly affect inefficiencies are age, level of education, and farming experience at a significance level of 90%. The age factor of farmers had a negative coefficient of -0.003, meaning that each addition of one age unit will reduce the level of technical inefficiency by -0.003. The farmer experience experience factor had a negative coefficient of -0.002, meaning that each addition of one unit of farming experience will reduce the level of technical inefficiency by -0.002. The factor of farmer land ownership status has a negative coefficient of -0.072, meaning that each addition of one unit of farmer land ownership status will reduced the level of technical inefficiency by -0.072. Based on the conclusions it can be suggested for PG sugar cane farmers. Pagottan which has not yet achieved full technical efficiency is advised to reduce the use of production inputs based on the actual value margins of the frontier found in this study. Farmers who have achieved full technical efficiency are advised to continue to use production inputs without increasing or reducing the amount in order to continue producing efficiently. Stake holders such as local governments, the private sector, especially PG. Pagottan is advised to always provide assistance to farmers during their business activities ranging from land management to hauling and loading (TMA). In addition, farmers should be educated in the form of field schools or comparative studies on information and technology that can increase farmers' knowledge and skills in sugarcane farming.
| Item Type: | Thesis (Sarjana) |
|---|---|
| Identification Number: | SKR/FP/2019/780/051907727 |
| Uncontrolled Keywords: | - |
| Subjects: | 300 Social sciences > 338 Production > 338.06 Production efficiency |
| Divisions: | Fakultas Pertanian > Sosial Ekonomi Pertanian |
| Depositing User: | Endang Susworini |
| Date Deposited: | 10 Aug 2020 06:50 |
| Last Modified: | 16 Aug 2020 02:32 |
| URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/173887 |
Actions (login required)
 |
View Item |