Rahmayanthi, Fadhila (2019) Analisis Kinerja Pasar Benih Padi Di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan menyatakan bahwa negara berkewajiban mewujudkan ketersediaan, keterjangkauan, dan pemenuhan konsumsi pangan (Badan Ketahanan Pangan, 2016). Pemenuhan komoditas pangan ini perlu dilakukan dengan segera karena termasuk dalam kebutuhan pokok masyarakat terutama padi (Nurhemi, 2014). Selama 10 tahun terakhir terdapat pertumbuhan penduduk hingga mencapai 1,36% pada tahun 2016 (BPS, 20171). Sumber yang sama menyampaikan bahwa pertumbuhan penduduk yang meningkat akan sebanding dengan tingkat konsumsi yang juga meningkat, sedangkan pertumbuhan jumlah produksi padi masih berfluktuasi dengan jumlah yang bervariasi. Penggunaan benih varietas unggul yang memiliki produktifitas tinggi, umur yang genjah, dan tahan cekaman dapat meningkatkan jumlah produksi padi dengan diikuti optimalisasi penggunaan sarana produksi lainnya (Sayaka dan Hidayat, 2015). Salah satu provinsi yang mengalami peningkatan jumlah produksi padi adalah Jawa Timur. Selain itu, Provinsi Jawa Timur juga memiliki produsen benih padi terbesar, yaitu berjumlah 582 produsen (Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan, 2015). Salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang ikut menyumbang peningkatan produksi padi adalah Pasuruan dan berada di peringkat keenam (BPS Jawa Timur, 2013). Namun, berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan peneliti diketahui bahwa jumlah produsen benih yang aktif semakin berkurang hingga menjadi sebanyak 12 unit usaha. Oleh karena itu penelitian analisis kinerja pasar benih padi di Kabupaten Pasuruan dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis saluran dan marjin pemasaran, keuntungan pemasaran, progresif pemasaran, dan efisiensi pemasaran. Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian lain adalah penggunaan indikator progresif pemasaran. Indikator progresif pemasaran masih belum banyak digunakan oleh peneliti terdahulu. Indikator ini digunakan untuk mengetahui peningkatan output pemasaran dalam kurun waktu tertentu (Bain, 1966). Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Pasuruan merupakan salah satu kabupaten yang mampu mencapai peningkatan produksi padi dan termasuk dalam peringkat 10 besar kabupaten yang memproduksi padi terbanyak (BPS Jawa Timur, 2013; 2016). Responden pada penelitian ini adalah produsen dan lembaga pemasaran. Metode penentuan responden produsen dilakukan dengan metode sensus yang terdiri dari 10 unit usaha. Penentuan responden lembaga pemasaran dengan menggunakan metode snowball sampling. Berdasarkan informasi produsen, diketahui jumlah responden lembaga pemasaran berjumlah 12 unit usaha. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan pengambilan data sekunder berupa data dukung dari pihak BPSB. Penelitian ini menggunakan metode statistik deskriptif serta dilakukan analisis marjin pemasaran, analisis rasio keuntungan dan biaya, serta analisis efisiensi pemasaran. Kriteria kinerja pasar yang baik menurut indikator pertama adalah bentuk saluran pemasaran sederhana dan nilai marjin pemasaran rendah. Hasil penelitianmenunjukan terdapat empat saluran pemasaran benih padi. Setiap saluran terbagi menjadi dua, yaitu tanpa petani mitra dan dengan petani mitra. Hanya sekitar 20% produsen yang melakukan kerja sama dengan petani mitra. Produsen dan lembaga pemasaran di setiap saluran juga melakukan fungsi pemasaran yang terdiri dari fungsi fisik, fungsi pertukaran, dan fungsi fasilitas. Dari keseluruhan saluran, saluran pemasaran I memiliki nilai marjin pemasaran yang paling kecil. Produsen pada saluran pemasaran I langsung melakukan pemasaran ke petani konsumen, sehingga tidak melibatkan banyak lembaga pemasaran. Berdasarkan keseluruhan analisis saluran dan marjin pemasaran, diketahui bahwa kinerja pasar benih padi menunjukan hasil cukup baik. Kinerja pasar yang baik menurut indikator kedua adalah 1. Memiliki nilai keuntungan yang sesuai kontribusi antara produsen dan lembaga pemasaran yang terlibat, 2. Perbedaan keuntungan di antara keduanya tidak terlalu besar. Perhitungan dari rasio keuntungan dan biaya menunjukan hasil bahwa pedagang besar memperoleh nilai rasio paling tinggi, yaitu sebesar 6,83. Nilai tersebut berarti setiap pedagang besar melakukan kegiatan pemasaran dengan biaya Rp 1,00 maka pedagang besar akan memperoleh keuntungan sebesar Rp 6,83. Nilai rasio yang diperoleh antara pedagang besar dengan produsen dan pedagang pengecer memiliki perbedaan nilai hingga berbanding 3 kali lipat. Hal ini dapat diartikan bahwa pengambilan keuntungan tidak merata dan tidak sesuai dengan kontribusi antar pelaku pemasaran. Oleh karena itu berdasarkan indikator keuntungan pemasaran diketahui bahwa kinerja pasar benih padi menunjukan hasil yang tidak baik. Kriteria kinerja pasar yang baik menurut indikator ketiga adalah rata-rata volume penjualan produsen benih padi meningkat, jumlah produsen benih yang aktif meningkat, dan jumlah varietas benih padi juga meningkat. Berdasarkan indikator progresif pemasaran, kinerja pasar benih padi dinilai cukup baik. Selama kurun waktu tahun 2012 hingga 2016 jumlah produsen serta jenis varietas benih padi tetap sama, walaupun volume penjualan produsen masih tidak stabil. Volume penjualan meningkat pada tahun 2012 hingga 2015, namun jumlahnya menurun pada tahun 2016. Selama periode tersebut jumlah produsen masih tetap sama, yaitu 12 unit usaha. Sementara varietas benih padi yang diproduksi dan dipasarkan adalah ciherang, IR-64, situbagendit, way apo buru, dan inpari 30. Kriteria kinerja pasar yang baik berdasarkan indikator terakhir adalah nilai efisiensi < 1 dan perbedaan nilainya kecil antar saluran pemasaran. Kinerja pasar benih padi berdasarkan indikator efisiensi pemasaran menunjukan hasil cukup baik. Hal ini ditunjukan dari masing-masing nilai efisiensi menunjukan nilai kecil, yaitu < 1, namun terdapat perbedaan nilai efisiensi yang besar di setiap saluran pemasaran. Perbedaan nilai tersebut hingga berbanding 2 kali lipat. Nilai efisiensi terendah adalah pada saluran pemasaran I dengan nilai 0,032. Nilai efisiensi 0,032 dapat diartikan bahwa setiap satu rupiah yang diterima dari harga jual produk (Rp/kg) akan mengeluarkan biaya pemasaran sebesar 0,032. Berdasarkan hasil analisis dari keempat indikator, didapatkan bahwa tiga dari empat indikator menunjukan hasil cukup baik. Tiga indikator tersebut adalah saluran dan marjin pemasaran, progresif pemasaran, serta efisiensi pemasaran. Sedangkan satu indikator, yaitu keuntungan pemasaran, menunjukan hasil yang tidak baik. Maka dapat disimpulkan bahwa kinerja pasar benih padi berjalancukup baik. Jika dibandingkan antar saluran pemasaran, maka saluran pemasaran I adalah yang paling mendekati kategori kinerja pasar yang sangat baik. Saran yang dapat diberikan kepada produsen agar keuntungan yang didapatkan bertambah dan posisi dalam tawar-menawar lebih kuat adalah sebaiknya mencari informasi harga terbaru di tingkat petani konsumen. Selain itu, bagi lembaga pemasaran perlu menyesuaikan pengambilan keuntungan agar harga tidak jauh berbeda dengan produsen dan juga tetap disesuaikan dengan kontribusi yang dilakukan. Kepada produsen dan lembaga pemasaran, sebaiknya terus melakukan peranan aktif agar memberikan kontribusi terbaik bagi kegiatan pemasaran benih padi di Kabupaten Pasuruan
English Abstract
The law no. 18 of 2012 concerning Food states that the state is obliged to realize the availability, affordability, and fulfillment of food consumption (Badan Ketahanan Pangan, 2016). The fulfillment of these food commodities needs to be done immediately because it included in the basic needs of the community, especially rice (Nurhemi, 2014). Over the past 10 years there has been population growth reaching 1.36% in 2016 (BPS, 20171). Population growth is proportional to the increase of consumption level, while the amount of rice production still fluctuates with varying growth. The use of superior varieties seeds that have high productivity, early age, and stress resistance can increase the amount of rice production followed by the optimization of other production facilities (Sayaka dan Hidayat, 2015). One of the provinces that has increasing amount of rice production was East Java. Moreover, East Java Province also has the largest rice seed producer, which amounts to 582 producers (Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan, 2015). One of the districts in East Java Province which contributed to increase the rice production was Pasuruan (BPS Jawa Timur, 2013). However, based on a preliminary survey, it is known that the number of active seed producers has decreased to as many as 12 business units. Therefore analysis of market performance of paddy seed in Pasuruan Regency is carried out by reviewing the channels and marketing margins, profits, progressive marketing, and marketing efficiency. The difference between this research and previous research is progressive marketing indicator. Previous researcher not use this indicator for their research. The function of this indicator is to know increasing marketing output in certain period of time. The location of the study was conducted purposively with the consideration that Pasuruan Regency is one of the districts that is able to achieve higher production and it ranked in the top 10 districts which producing the most rice (BPS Jawa Timur, 2013; 2016). Respondents in this study were producers and marketing institutions. The method for determining producer respondents is done by the census method which consists of 10 business units. To determining marketing institution respondents is used the snowball sampling method. Based on producer information, it is known that the number of marketing institution respondents is 12 business units. The method of data collection is done by interviews and secondary data collection of supporting data from the BPSB. This study uses descriptive statistical methods and analysis of marketing margins, profit and cost ratio analysis, and analysis of marketing efficiency. The criteria for good market performance according to the first indicator are a simple marketing channel and a low marketing margin. The results showed that there were four channels of paddy seed marketing. Each channel is divided into two, namely without partner farmers and with partner farmers. Only about 20% of producers work together with partner farmers. Producers and marketing institutions in each channel also carry out a marketing function consisting ofphysical functions, exchange functions, and facility functions. From the whole channel, marketing channel I has the smallest marketing margin value. Producers in the marketing channel I directly marketing to consumer farmers, so it does not involve many marketing institutions. Based on the overall analysis of channel and marketing margins, it is known that the market performance of paddy seed shows adequate results. Good market performance according to the second indicator has the criteria that 1. The value of profits between producers and marketing institutions must be in accordance with their contribution, 2. The profit difference between the two is not too large. From the calculation of profit and cost ratios, wholesalers get the highest ratio value, which is equal to 6,83. This value means that every wholesalers carries out marketing cost of Rp 1,00, wholesalers will get a profit of Rp 6,83. Ratio values obtained between wholesalers with producers and retailers have different values up to 3 times. This can be interpreted that profit taking is uneven and it is not in accordance with contributions between marketing agents. Therefore, based on marketing profitability indicators, it is known that the paddy seed market performance shows bad results. The criteria for good market performance according to the third indicator are the average sales volume of paddy seed producers increases, the number of active seed producers increases, and the number of paddy seed varieties also increases. Based on the progressive marketing indicators, the performance of the paddy seed market is adequate. This can be seen from the period of 2012 to 2016 the number of producers and varieties of paddy seed that produced and marketed by producers remains the same type, although the sales volume of producers is still unstable. During this period the number of producers is still the same, which is 12 business units. While paddy seed varieties produced and marketed are ciherang, IR-64, situbagendit, way apo buru, and inpari 30. Sales volume increased in 2012 to 2015, but the number declined in 2016. The criteria for good market performance based on the last indicator are efficiency values < 1 and the value between marketing channels has small differences. The market performance of the paddy seed based on the last indicator, which is marketing efficiency, showing an adequate results. This is because each efficiency value shows a small value, which is <1, but there are large differences in the values in each marketing channel. The difference in value is up to 2 times. The lowest efficiency value is on the marketing channel I with a value of 0,032. The efficiency value of 0,032 means that every one rupiah received from the selling price of the product (Rp/kg) will spend marketing costs of 0,032. Based on the results of the four indicators analysis, it was found that three of the four indicators showed adequate results. That three indicators are channels and marketing margins, progressive marketing, and marketing efficiency. While that one indicator is market profitability. So it can be concluded that the market performance of the paddy seed is running quite well. When compared between marketing channels, the marketing channel I is the closest to the excellent market performance category. The advice that can be given to producers is to look for the latest price information at the consumer farmer level. So that the position of producers in bargaining can be stronger and the profit can increase. Moreover, marketing institutions need to adjust profit-taking so that prices are not much different fromthe producers and adjusted with the contributions. Producers and marketing institutions should continue to play an active role in making the best contribution to paddy seed marketing activities in Pasuruan Regency.
Other obstract
-
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FP/2019/655/05197429 |
Subjects: | 300 Social sciences > 338 Production > 338.1 Agriculture > 338.17 Products > 338.173 18 Products (Rice) |
Divisions: | Fakultas Pertanian > Sosial Ekonomi Pertanian |
Depositing User: | Nur Cholis |
Date Deposited: | 24 Aug 2020 07:25 |
Last Modified: | 24 Aug 2020 07:25 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/173875 |
Actions (login required)
View Item |