Ulfa, Nur Laela (2019) Partisipasi Pemuda Dalam Pengembangan Desa Wisata Secara Berkelanjutan Di Desa Ngrayudan, Kecamatan Jogorogo, Ngawi. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Kondisi kepariwisataan nasional tahun 2016 secara makro menunjukkan perkembangan dan partisipasi yang terus meningkat dan semakin signifikan terhadap PDB nasional sebesar 4,03% atau senilai Rp 500,19 triliun, dengan peningkatan devisa yang dihasilkan mencapai Rp 176 - 184 triliun dan penyerapan tenaga kerja pariwisata sebanyak 12 juta orang (Kementerian Pariwisata, 2016). Melalui sektor ini, pemerintah berupaya mengembangkan pariwisata berbasis komunitas yang kemudian dikenal dengan istilah desa wisata. Perkembangan desa wisata tidak diiringi dengan pengelolaan yang sesuai dengan prinsip pariwisata berkelanjutan. Menurut World Tourism Organization (2004), pengelolaan semua destinasi wisata yang berkelanjutan harus mempertimbangkan 3 aspek diantaranya: keberlajutan secara ekonomi, lingkungan dan budaya. Kondisi di lapang menunjukkan bahwa pengelolaan desa wisata hanya mengedepankan aspek ekonomi, mengabaikan aspek kelestarian lingkungan dan sosial budaya. Hal ini diperkuat oleh penelitian Darmakusuma Darmanto (2016) di Desa Wisata Sambi yang menunjukkan bahwa ada beberapa hal terkait dengan budaya setempat yang mulai luntur selama proses pengembangan desa wisata, beberapa diantaranya adalah budaya gotong royong dan tradisi nyadran yang mulai ditinggalkan oleh masyarakat. Penelitian lain oleh Yulianto (2016) di Desa Wisata Nglanggeran juga menunjukkan adanya kerusakan lingkungan fisik dan lingkungan biotik meskipun dalam tingkat sedang. Apabila dibiarkan terus menerus, maka manfaat desa wisata yang diharapkan akan diperoleh dalam jangka panjang, hanya bisa dinikmati saat ini dan bahkan dapat menimbulkan kerugian di masa yang akan datang. Upaya pengembangan desa wisata yang berkelanjutan tidak lepas dari peran stakeholder khususnya pemuda. Kualitas stakeholder pemuda menjadi syarat penting. Hal ini sesuai dengan misi Kementerian Pariwisata (2012) bahwa pariwisata berkelanjutan harus didukung oleh pengembangan sumberdaya manusia yang terencana dengan baik, untuk memenuhi kebutuhan masa depan dan juga untuk memperbaiki pasokan sumberdaya manusia dalam bidang kepariwisataan dan hospitality. Potensi pemuda di Desa Wisata Ngrayudan sebanyak 52 orang namun hanya 12 orang (21%) yang memiliki keterlibatan aktif serta belum mengetahui tentang pentingnya pengelolaan desa wisata yang berkelanjutan. Penelitian tentang pemuda dalam pngembangan desa wisata yang telah dilakukan sebelumnya, belum ada yang mengkaji tentang partisipasi pemuda dalam pengembangan desa wisata berkelanjutan. Penelitian Haryati (2016) memfokuskan pada peran pemuda dalam mengelola ekowisata di Desa Wisata Kandri, Semarang. Lestari et al. (2016) juga meneliti tentang partisipasi pemuda dalam mengembangkan Desa Wisata Pentingsariii ii di Yogyakarta. Namun penelitian tersebut belum menjelaskan mengenai partisipasi pemuda mengelola desa wisata secara berkelanjutan. Sehingga penelitian ini ingin : a) Menganalisis peran stakeholder dalam mendorong pemuda untuk terlibat aktif dalam pengelolaan dan pengembangan Desa Wisata Ngrayudan, Jogorogo; b) Menganalisis faktor pendukung dan penghambat bagi pemuda untuk terlibat aktif dalam dan pengembangan Desa Wisata Ngrayudan, Jogorogo, dan c) Menganalisis partisipasi pemuda dalam mewujudkan Desa Wisata Ngrayudan menuju pariwisata berkelanjutan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Lokasi penelitian di Desa Ngrayudan, Kecamatan Jogorogo, Kabupaten Ngawi pada Januari-Februari 2019. Teknik penentuan informan pada penelitian ini adalah menggunakan teknik purposive. Informan dalam penelitian ini adalah Kepala Desa Ngrayudan, Ketua Kelompok Sadar Wisata, dan pemuda. Teknik purposive ini peneliti menetapkan kriteria tertentu yang mesti dipenuhi oleh orang yang akan dijadikan sumber informasi. Kriteria pemuda sebagai informan adalah berusia 18-30 tahun, bergabung dalam kelompok sadar wisata Desa Ngrayudan, dan terlibat dalam pengelolaan Desa Wisata Ngrayudan. Peran stakeholder untuk mendorong partisipasi pemuda yaitu dengan cara menginspirasi dan melibatkan pemuda dalam kegiatan pengambilan keputusan (rapat). Partisipasi pemuda adalah dalam bentuk ide, tenaga, dan finansial (pada awal pembetukan desa wisata). Banyak informan pemuda yang belum paham mengenai konsep pariwisata berkelanjutan. Pembagian tugas dalam struktur organisasi masih belum ada sehingga pengelolaan masih belum fokus. Beberapa potensi ekonomi belum dikelola dengan baik sehingga dampak dari desa wisata hanya dirasakan oleh sebagian masyarakat. Faktor pendukung terbesar pemuda berpartisipasi mengembangkan desa wisata adalah motivasi diri. Sedangkan faktor penghambat utama adalah kesibukan pribadi. Pemuda terlibat dalam pelestarian lingkungan yaitu pada kegiatan penanaman bersama di Hutan Segawen. Pemuda juga berpartisipasi dalam pengembangan ekonomi kreatif di desa diantaranya produksi dan pemasaran produk Coffee Ngrayudan, budidaya jamur, dan pengelolaan paket wisata. Pemuda berpartisipasi dalam kegiatan pelestarian budaya diantaranya melalui penyelenggaraan Festival Gravitasi Bumi, sosialisasi terkait larangan desa (kearifan lokal), dan pelestarian budaya seni tari di Sanggar Retno Dumilah. Pemuda memiliki peran aktif dalam membangun kesadaran masyarakat dengan cara memberikan contoh perilaku sehingga masyarakat terdorong untuk melakukan hal yang sama khususnya dalam pengembangan Desa Wisata Ngrayudan. Saran dari penelitian ini adalah sebagai bahan kajian bagi pemerintah untuk membuat kebijakan dalam meningkatkan pengetahuan dan kualitas sumberdaya manusia dari stakeholder pemuda dalam mengembangkan pariwisata secara berkelanjutan.
English Abstract
The condition of national tourism in 2016 on a macro basis shows the development and contribution that continues to increase and increasingly significant to the national GDP of 4.03% or Rp. 500.19 trillion, with the increase in foreign exchange generated reaching Rp 176 - 184 trillion and absorbing tourism labor as much as 12 million people (Ministry of Tourism, 2016). Through this sector, the government seeks to develop community-based tourism which became known as tourism village. The development of tourist villages is not accompanied by management in accordance with the principles of sustainable tourism. According to the World Tourism Organization (2004), the management of all sustainable tourist destinations must consider 3 aspects including: economic, environmental and cultural sustainability. Conditions in the field indicate that the management of tourist villages only prioritizes economic aspects, ignoring aspects of environmental sustainability and socio-cultural. This is reinforced by the research of Darmakusuma Darmanto (2016) in Sambi Tourism Village which shows that there are several things related to local culture that began to fade during the process of developing tourist villages, some of which were mutual cooperation and nyadran traditions which were abandoned by the community. Another study by Yulianto (2016) in the Nglanggeran Tourism Village also showed a deterioration of the physical environment and biotic environment even at a moderate level. If left unchecked, the tourism village benefits that are expected to be obtained in the long term, can only be enjoyed now and can even cause future losses. Efforts to develop sustainable tourism villages cannot be separated from the role of stakeholders, especially youth. The quality of youth stakeholders is an important requirement. This is consistent with the mission of the Ministry of Tourism (2012) that sustainable tourism must be supported by well-planned human resource development, to meet future needs and also to improve the supply of human resources in the field of tourism and hospitality. Youth potential in Ngrayudan Tourism Village is 52 people but only 12 people (21%) have active involvement and do not know about the importance of sustainable tourism village management. Research on youth in tourism village development that has been done before, no one has studied the contribution of youth in the development of sustainable tourism villages. Haryati's research (2016) focuses on the role of youth in managing ecotourism in Kandri Tourism Village, Semarang. Lestari et al. (2016) also examined youth participation in developing Pentingsari Tourism Village in Yogyakarta. However, the study has not explained the contribution of youth in managing tourism villages in a sustainable manner.iv iv So that this study wants to: a) Analyze the role of stakeholders in encouraging youth to be actively involved in the management and development of Ngrayudan Tourism Village, Jogorogo; b) Analyzing supporting and inhibiting factors for youth to be actively involved in and developing the Ngrayudan Tourism Village, Jogorogo, and c) Analyzing the contribution of youth in realizing the Ngrayudan Tourism Village towards sustainable tourism. This type of research is qualitative descriptive. The research location was in Ngrayudan Village, Jogorogo District, Ngawi Regency in January-February 2019. The technique of determining informants in this study was to use a purposive technique. The informants in this study were the Ngrayudan Village Chief, Chair of the Tourism Awareness Group, and youth. This purposive technique researchers set certain criteria that must be met by people who will be used as a source of information. The criteria for youth as informants are 18-30 years old, join the tourism awareness group in Ngrayudan Village, and are involved in the management of Ngrayudan Tourism Village. The role of stakeholders to encourage youth contribution is by inspiring and involving youth in decision-making activities (meetings). Youth contribution is in the form of ideas, energy, and finance (at the beginning of the formation of tourist villages). Many informants young people do not understand the concept of sustainable tourism. The division of tasks within the organizational structure still does not exist so management is still not focused. Some economic potential has not been managed properly so that the impact of tourism villages is only felt by some people. The biggest supporting factor for youth contributing to developing tourism villages is self-motivation. While the main inhibiting factor is personal activity. Youth involved in environmental preservation, namely in joint planting activities in Segawen Forest. Youth also contribute to the development of the creative economy in the village including the production and marketing of Ngrayudan Coffee products, mushroom cultivation, and tour package management. Youth contribute to cultural preservation activities including the organization of the Earth Gravity Festival, socialization of village restrictions (local wisdom), and preservation of the culture of dance in the Retno Dumilah Studio. Youth has an active role in building public awareness by providing examples of behavior so that people are encouraged to do the same, especially in the development of Ngrayudan Tourism Village. Suggestions from this research are as study material for the government to make policies in increasing the knowledge and quality of human resources from youth stakeholders in developing tourism in a sustainable manner.
Other obstract
-
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FP/2019/676/05197450 |
Subjects: | 300 Social sciences > 338 Production > 338.4 Secondary industries and services > 338.47 Services and specific products > 338.479 1 Services and specific products (Geography and travel) |
Divisions: | Fakultas Pertanian > Sosial Ekonomi Pertanian |
Depositing User: | Nur Cholis |
Date Deposited: | 24 Aug 2020 07:24 |
Last Modified: | 24 Aug 2020 07:24 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/173853 |
Actions (login required)
View Item |