Studi Pemetaan Sebaran Bahan Organik Pada Lahan Bawang Putih (Allium Sativum L.) Di Kecamatan Pujon Kabupaten Malang

Siregar, Muhammad Fadly (2019) Studi Pemetaan Sebaran Bahan Organik Pada Lahan Bawang Putih (Allium Sativum L.) Di Kecamatan Pujon Kabupaten Malang. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Bawang putih (Allium sativum L.) dikonsumsi di Indonesia dalam jumlah yang besar sehingga pemerintah mengambil kebijakan untuk impor bawang putih dari negara lain. Menurut BPS (2018), konsumsi bawang putih di Indonesia sebesar 1,5 kg/kapita/tahun. Memenuhi kebutuhan bawang putih di Indonesia, pemerintah impor bawang putih dari negara Cina. Menurut BPS (2018), impor bawang putih pada tahun 2017 mencapai 559,728 ton. Menurut Kementan (2017), penambahan luas tanam bawang putih pada tahun 2019 menjadi 72.2449 ha dengan produksi mencapai 603.000 ton diharapkan mampu mencukupi kebutuhan bawang putih di Indonesia. Penambahan luas tanam diikuti dengan upaya perbaikan lahan bawang putih di Kecamatan Pujon dengan mengetahui sebaran bahan organik diharapkan mampu meningkatkan kesuburan tanah di Kecamatan Pujon. Penelitian ini bertujuan melakukan studi dan analisis tanah di Kecamatan Pujon tentang ketersediaan bahan oranik pada lahan bawang putih untuk mengetahui tingkat kesuburan dan keberlanjutan lahan bawang putih. Penelitian ini dilaksanakan pada Oktober 2018-Desember 2018. Penelitian dilakukan di Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang. Metode yang digunakan adalah metode survei. Metode survei terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu tahapan pra survei, survei, dan pasca survei. Tahapan pra survei yaitu mengurus perijinan pada pihak-pihak terkait dengan titik pengamatan dan pengambilan sampel, mengumpulkan data sekunder untuk melengkapi data penelitian, dan mempersiapkan peta dasar sebagai acuan penentuan titik pengamatan. Penentuan titik pengamatan berdasarkan peta SPL (Satuan Penggunaan Lahan) yang dibatasi dengan jenis tanah, lereng, dan landform di Kecamatan . Hasil dari pra survei di temukan 10 titik pengamatan pada 5 SPL di Kecamatan Pujon. 5 SPL tersebut dikarenakan petani yang menanam bawang putih terdapat pada SPL 1 sampai dengan 5. 10 titik pengamatan untuk mewakili titik pengamatan yang terdapat pada SPL yang sama kemudian dilakukan perbandingan setiap SPL tersebut. Minipit yang telah dibuat kemudian dibatasi berdasarkan perbedaan warna untuk mengetahui horizon yang ditemukan pada setiap kedalaman 50cm. Horizon yang ditemukan terdapat 1 sampai dengan 3 horizon. Tahapan survei yaitu pelaksanaan kegiatan survei untuk pengambilan sampel tanah dan wawancara dengan petani bawang putih di Kecamatan Pujon. Tahapan pasca survei yaitu analisis sampel tanah yang diambil dari 10 titik pengamatan untuk mengetahui sifat kimia tanah ( C Organik, bahan organik, dan asam humat) dan sifat fisika tanah ( berat isi, porositas, dan tekstur tanah). Sampel tanah di analisis di Laboratorium Fisika dan Kimia Tanah Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Kegiatan pasca survei meliputi analisis laboratorium dan analisis data statistik dengan Genstat Discovery Edition 4.0 untuk uji korelasi antar parameter yang diamati di laboratorium fisika dan kimia tanah untuk mengetahui keterkaitan parameter tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada horizon 1 sebaran rata-rata bahan organik pada setiap SPL termasuk kelaskategori tinggi. Rata-rata bahan organik pada SPL 1 sebesar 3,6%, SPL 2 sebesar 3,8%, SPL 3 sebesar 4,8%, SPL 3 sebesar 3,7%, dan SPL 5 sebesar 3,3%. Hal tersebut terjadi karena konsentrasi petani untuk pemupukan di lapisan atas lahan bawang putih. Sebararan rata-rata bahan organik pada setiap SPL di horizon 2 termasuk kelas kategori sedang hingga tinggi. Pada SPL 1 sebesar 3,4%, SPL 2 sebesar 3,3%, SPL 3 sebesar 4,3%, SPL 4 sebesar 3,1%, dan SPL 5 sebesar 2,69%. Kesimpulan penelitian terdapat peta sebaran sebaran bahan organik pada SPL 1 sampai dengan SPL 5 termasuk kategori rendah sampai dengan tinggi. Pada horizon 1 SPL 1 sampai dengan SPL 5, nilai rata-rata bahan organik yang ditemukan termasuk kategori tinggi. Horizon 2 SPL 1 sampai dengan SPL 5, nilai rata-rata bahan organik yang ditemukan termasuk kategori sedang dan tinggi. Kategori tinggi pada SPL 1,2,3,4 dan sedang pada SPL 5. Horizon 3 SPL 1 sampai dengan SPL 5, nilai rata-rata bahan organik yang ditemukan termasuk kategori sedang dan rendah. Pupuk organik mampu menaikkan nilai bahan organik tinggi karena kegiatan pemupukan menggunakan kotoran ayam atau kotoran kambing yang dilakukan oleh petani dilakukan dalam jumlah yang besar sekitar rata-rata 5 ton/ha. Penambahan bahan organik terbukti berdasarkan sifat fisika mampu menurunkan berat isi tanah, menaikkan nilai porositas tanah, dan tekstur lebih gembur, berdasarkan sifat kimia penambahan bahan organik menaikkan kandungan C organik, asam humat, dan pH tanah. Parameter sifat tanah fisika dan kimia yang diamati belum menunjukkan korelasi yang signifikan dengan produksi bawang putih.

English Abstract

Garlic (Allium sativum L.) is consumed in Indonesia in large quantities so that the government needs to take policies for the benefit of garlic from other countries. According to BPS (2018), consumption of garlic in Indonesia is 1.5 kg / capita / year. Meeting the needs of garlic in Indonesia, the government imports garlic from China. According to BPS (2018), imports of garlic in 2017 reached 559,728 tons. According to Ministry of Agriculture (2017), the allocation of garlic planting area in 2019 to 72.2449 ha with production reaching 603,000 tons is expected to be able to meet the needs of garlic in Indonesia. Addition of planting area followed by improvement of garlic land in Pujon Subdistrict with an understanding of the distribution of organic matter is expected to increase soil fertility in Pujon District. This study discusses the study and analysis of soil in Pujon Subdistrict about the need for organic material on garlic land to determine the level of fertility and sustainability of garlic land. This research was conducted in October 2018-December 2018. The study was conducted in Pujon District, Malang Regency. The method used is the survey method. The survey method is divided into three stages, namely the pre-survey, survey, and post-survey stages. The stages of the survey that regulate permits for the parties concerned by collecting samples and sampling, collecting secondary data to complete the research data, and preparing a basic map as a reference set the examination point. Determination of the revision point based on the map SPL (Land Use Unit) which is agreed with the type of land, slope, and landform in the District. Results from the pre-survey at 10 observation points on 5 SPL in Pujon Subdistrict. 5 SPL related to farmers who plant garlic in SPL 1 through 5. 10 points representing the same SPL are then carried out on each SPL. Minipit that has been made is then found based on color differences to find out the horizon found at every 50cm depth. The horizon is found around 1 to 3 horizons. Stages of the survey are the implementation of surveys for soil samples and interviews with garlic farmers in Pujon District. The post-survey stage is an analysis of soil samples taken from 10 collection points to study soil chemical properties (C Organic, organic matter, and humic acid) and soil physical properties (fill weight, porosity, and soil texture). Soil samples were analyzed at the Soil Physics and Chemistry Laboratory of the Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya. Postsurvey activities discuss laboratory analysis and statistical data analysis with Genstat Discovery Edition 4.0 to test arguments between parameters discussed in the soil physics and chemistry laboratory to determine the relevance of these parameters. The results of the study show that on the 1st horizon the distribution of the average organic matter in each SPL includes the high category class. The average organic matter in SPL 1 is 3.6%, SPL 2 is 3.8%, SPL 3 is 4.8%, SPL 3 is 3.7%, and SPL 5 is 3.3%. This happened because of the concentration of farmers for the white topsoil. The average range of organic matter in each SPL on horizon2 includes the medium to high category. In SPL 1 of 3.4%, SPL 2 of 3.3%, SPL 3 of 4.3%, SPL 4 of 3.1%, and SPL 5 of 2.69%. Research Conclusions There is a map of the distribution of organic materials in SPL 1 through SPL 5 including low to high categories. At the 1 SPL 1 to 5 SPL horizon, the average value of organic matter found is included in the high category. Horizon 2 SPL 1 to SPL 5, the average value of organic material found is included in the medium and high categories. High category in SPL 1,2,3,4 and medium on SPL 5. Horizon 3 SPL 1 up to SPL 5, average value of organic material found included in the medium and low category. Organic fertilizers can increase the value of high organic matter because fertilizing activities using chicken manure or goat manure carried out by farmers are carried out in large quantities around an average of 5 tons / ha. Addition of proven organic matter based on physical properties can reduce soil weight, increase soil porosity value, and loose texture, based on the nature of chemicals that buy organic materials containing C, humic acid, and soil pH. The parameters of the physical and chemical soil properties observed have not shown a significant correlation with garlic production.

Other obstract

-

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FP/2019/671/05197445
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 635 Garden crops (Horticulture) > 635.2 Edible tubers and bulbs > 635.25 Onions
Divisions: Fakultas Pertanian > Ilmu Tanah
Depositing User: Nur Cholis
Date Deposited: 24 Aug 2020 07:24
Last Modified: 24 Aug 2020 07:24
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/173845
Full text not available from this repository.

Actions (login required)

View Item View Item