Natalia, Stephanie Grace (2019) Perubahan Kondisi Sosial dan Ekonomi Masyarakat Sekitar Setelah Adanya Ekowisata Hutan Mangrove Wonorejo. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Pengembangan ekowisata menjadikan salah satu alternatif pembangunan yang dapat membantu mengatasi masalah kerusakan mangrove agar menghasilkan nilai tambah yang nyata dan positif bagi kegiatan konservasi lingkungan dan budaya setempat sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Aktivitas ekowisata kini menjadi tren yang menarik yang dilakukan oleh para wisatawan untuk menikmati bentuk wisata yang berbeda dari biasanya. Dalam konteks ini wisata yang dilakukan memiliki bagian yang tidak terpisahkan dengan upaya konservasi, pemberdayaan ekonomi lokal dan mendorong respek yang lebih tinggi terhadap perbedaan kultur. Berkembangnya ekowisata yang memberikan keuntungan secara ekonomis, akan berdampak pula pada kondisi ekologis. Dari segi ekologis dapat menurunkan kondisi lingkungan sekitar akibat wisatawan yang kurang peduli dengan lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mendeskripsikan kebijakan pengelolaan Kawasan Ekowisata Hutan Mangrove Wonorejo (2) Mendeskripsikan kondisi sosial dan ekonomi di Desa Wonorejo sebelum dan setelah adanya Ekowisata Hutan Mangrove Wonorejo (3) Menganalisis perubahan struktural masyarakat di Desa Wonorejo setelah adanya Ekowisata Hutan Mangrove Wonorejo (4) Menganalisis perubahan kultural masyarakat di Desa Wonorejo setelah adanya Ekowisata Hutan Mangrove Wonorejo (5) Menganalisis perubahan interaksional masyarakat di Desa Wonorejo setelah adanya Ekowisata Hutan Mangrove Wonorejo. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Lokasi penelitian di Ekowisata Hutan Mangrove Wonorejo, yang dilakukan pada bulan Februari – Maret 2019. Teknik penentuan informan pada penelitian ini adalah menggunakan purposive sampling. Kemudian data dianalisis dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif menurut Creswell. Hasil penelitian yang telah dilakukan maka didapatkan bahwa: (1) Kebijakan Pengelolaan Ekowisata Hutan Mangrove Wonorejo sangat berperan dalam menunjang kegiatan pengelolaan kawasan tersebut. Lembaga-lembaga yang terlibat dalam pengelolaan Ekowisata Hutan Mangrove Wonorejo adalah Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Surabaya, Dinas Pariwisata, Dinas Perhubungan, Kelurahan Wonorejo, Kelompok Tani Bintang Timur, Kelompok Parkir, Lembaga Ketahanan Masyarakat Kelurahan (LKMK) Wonorejo, Kelompok Ekowisata Perahu dan PKL. (2) Kondisi sosial masyarakat Desa Wonorejo sebelum dan setelah adanya Ekowisata Hutan Mangrove Wonorejo dapat dilihat dari kerjasama masyarakat Desa Wonorejo masih berjalan dengan baik, namun masyarakat yang aktif dalam kegiatan di Desa Wonorejo jumlahnya mulai berkurang. Konflik antara masyarakat berkaitan dengan persaingan usaha makanan dan kesalahpahaman yang terjadi antar petani. Namun persaingan usaha makanan dan kesalahpahaman yang terjadi antar petani dapat diselesaikan dengan jalan musyawarah. Rata-rata pendidikan yang ditempuh hanya mencapai ke jenjang SD, namun sekarang mampu menempuh sampai perguruan tinggi dan bangunan serta sarana prasarana sekolah sudah jauh lebih baik daripada sebelumnya. Kesehatan yang dijadikan keputusan masyarakat untuk memelihara kesehatan dengan cara pijat dan makan-makanan dari alam, namun sekarang masyarakat dalam memutuskan untuk mengobati penyakitnya dengan cara ke puskesmas yang lokasinya tidak jauh dari area tempat tinggal masyarakat. Kondisi ekonomi masyarakat Desa Wonorejo sebelum dan setelah adanya Ekowisata Hutan Mangrove Wonorejo dapat dilihat dari segi ekonomi yaitu pendapatan sangat minim dengan rata-rata pendapatan Rp1.316.000 tiap bulan, kemudian mengalami peningkatan yaitu rata-rata Rp3.285.000 tiap bulannya. Kondisi rumah masyarakat Desa Wonorejo juga minim dengan fasilitas bangunan maupun prasarana rumah yang tidak memadai dan sekarang kondisi rumah masyarakat lebih baik, karena sarana maupun prasarana rumah yang memadai. (3) Perubahan yang terjadi pada dimensi struktural antara lain: pendidikan di Desa Wonorejo meningkat ditandai dengan meningkatnya pendidikan yang ditempuh dari SD menjadi hingga ke perguruan tinggi; perubahan mata pencaharian dari tukang batu dan kuli bangunan menjadi petani dan pedagang; perekonomian masyarakat meningkat ditandai dengan meningkatnya kepemilikan barang dan perubahan kondisi rumah; serta munculnya stratifikasi sosial ditandai dengan munculnya pengkategorian tingkat pendidikan. (4) Perubahan yang terjadi pada dimensi kultural antara lain: perubahan pada gaya hidup ditandai dengan perubahan pola konsumsi makanan dari yang dulunya memakan makanan dari alam namun sekarang berubah untuk memilih makanan siap saji, perubahan pakaian yang digunakan, sarana dan prasarana, transportasi, dan teknologi; perubahan modal budaya dan modal sosial ditandai dengan adanya kegiatan sosial, dimana masyarakat yang dulunya aktif mengikuti kegiatan sosial namun kini sudah mulai berkurang; dan pola pikir masyarakat tentang kesadaran pentingnya pendidikan meningkat. (5) Perubahan yang terjadi pada dimensi interaksional antara lain: perubahan pada media yang digunakan dalam berinteraksi yang dulunya ketika berkomunikasi bertatap muka secara langsung namun kini menggunakan handphone dalam berkomunikasi; perbedaan orang tua yang memiliki literasi teknologi tinggi dengan orang tua yang memiliki literasi teknologi rendah dalam penggunaan media sosial; dan perubahan pada penggunaan bahasa yang dulu memperhatikan sopan santun ketika berbicara dengan orang yang lebih tua namun kini tidak memperhatikan sopan santun ketika berbicara dengan orang yang lebih tua. Saran dalam penelitian ini adalah bagi masyarakat Desa Wonorejo, perlu adanya upaya untuk ikut menjaga kelestarian Ekowisata Hutan Mangrove Wonorejo. Upaya tersebut dapat berupa melakukan sosialisasi lingkungan hidup agar masyarakat memiliki kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan, tidak membuang limbah ke sungai dan laut, tidak melakukan penebangan mangrove secara ilegal, dan perburuan liar. Bagi Pemerintah, perlu adanya upaya untuk pengembangan Ekowisata Hutan Mangrove Wonorejo yang akan dijadikan Kebun Raya Mangrove agar tidak merusak lingkungan mangrove. Upaya tersebut dapat berupa membentuk Badan Pengendalian Lingkungan. Tugas dari Badan Pengendalian Lingkungan adalah menanggulangi kasus pencemaran, baik pencemaran tanah maupun pencemaran air.
English Abstract
Ecotourism development makes it one of the development alternatives that can help overcome the problem of mangrove damage in order to produce real and positive added value for environmental conservation activities and local culture so that it can improve community welfare. Ecotourism activities are now an interesting trend carried out by tourists to enjoy different forms of tourism. In this context tourism carried out has an inseparable part of conservation efforts, empowering the local economy and encouraging higher respect for cultural differences. The development of ecotourism which provides economic benefits will also have an impact on ecological conditions. In terms of ecology, it can reduce environmental conditions due to tourists who are less concerned with the environment. The objectives of this study are: (1) Describe the management policies of the Wonorejo Mangrove Ecotourism Area (2) Describe the social and economic conditions in Wonorejo Village before and after the Wonorejo Mangrove Forest Ecotourism (3) Analyze the structural changes in Wonorejo Village after the Mangrove Forest Ecotourism Wonorejo (4) Analyze the cultural changes of the people in Wonorejo Village after the existence of Wonorejo Mangrove Forest Ecotourism (5) Analyze interactional changes in Wonorejo Village communities after the Wonorejo Mangrove Forest Ecotourism. This type of research is qualitative descriptive. The location of the study on Wonorejo Mangrove Ecotourism was conducted in February - March 2019. The technique of determining informants in this study was using purposive sampling. Then the data were analyzed using a qualitative descriptive approach according to Creswell. The results of the research that have been done are obtained: (1) Policy Management of Ecotourism of Wonorejo Mangrove Forest is very helpful in supporting the management activities of the area. The institutions involved in the management of ecotourism in the Wonorejo Mangrove Forest are the Surabaya City Agriculture and Forestry Service, Tourism Office, Transportation Agency, Wonorejo Village, East Star Farmer Group, Parking Group, Wonorejo Village Community Resilience Institution, Boat Ecotourism Group and PKL. (2) The social conditions of the Wonorejo Village community before and after the existence of Wonorejo Mangrove Ecotourism can be seen from the collaboration of the Wonorejo Village community which is still going well, but the community who are active in the activities in Wonorejo Village can begin to see. Conflict between communities about food business competition and misunderstandings that occur between farmers. However, food business competition and misunderstandings that occur between farmers can be resolved by deliberation. The average education pursued only reaches elementary school level, but now being able to reach higher education and building and school infrastructure are far better than before. Health that takes the community's decision to take care of health by means of massage and eating food from nature, but now the community decides to treat the disease by going to a puskesmas that requires not far from the area where the community lives. The economic conditions of the Wonorejo Village community before and after the Wonorejo Mangrove Ecotourism can be seen in terms of the economy, namely very little income with an average of IDR1,316,000 every month, then increasing by an average of IDR3,285,000 every month. The conditions of Wonorejo village community houses are also minimal with inadequate building facilities or home infrastructure and now the condition of the community is better, because of adequate facilities and home infrastructure. (3) Changes that occur in the structural dimension include: education in the village of Wonorejo has increased marked by an increase in education which has increased from elementary school to higher education; changes in the livelihood of masons and construction workers to become farmers and traders; income increases with the transfer of ownership and changes in housing conditions; and limiting social stratification is characterized by the categorization of education levels. (4) Changes that occur in the cultural dimension include: changes in lifestyle characterized by changes in consumption patterns from what used to be food from nature but are now changing to choosing ready-to-eat foods, changes in clothing used, access and infrastructure, transportation, and technology; changes in cultural capital and social capital are characterized by the existence of social activities, while the community actively participates in social activities but has now begun to diminish; and the people's mindset about awareness of the importance of education is increasing. (5) Changes that occur in interactional dimensions include: changes in the media used in interactions that were previously compiled face-to-face with those who now use cellphones in communication; differences in parents who have high technology with parents who have high technology in the use of social media; and change the use of language that used to pay attention to polite manners talking to older people but now is not polite to talk to older people. Suggestions in this study are for the people of Wonorejo Village, there needs to be an effort to help preserve the ecotourism of Wonorejo Mangrove Forest. These efforts can take the form of socializing the environment so that people have an awareness of the importance of preserving the environment, not disposing of waste into rivers and the sea, not illegal logging, and illegal hunting. For the Government, there needs to be an effort to develop the Ecotourism of the Wonorejo Mangrove Forest which will become a Mangrove Botanical Garden so as not to damage the mangrove environment. Such efforts can be in the form of establishing an Environmental Control Agency. The task of the Environmental Management Agency is to tackle cases of pollution, both soil pollution and water pollution.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FP/2019/191/051906934 |
Uncontrolled Keywords: | - |
Subjects: | 300 Social sciences > 333 Economics of land and energy > 333.7 Land, recreational and wilderness areas, energy > 333.78 Recreational and Wilderness areas |
Divisions: | Fakultas Pertanian > Sosial Ekonomi Pertanian |
Depositing User: | Endang Susworini |
Date Deposited: | 24 Aug 2020 07:15 |
Last Modified: | 11 Apr 2022 02:46 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/173515 |
![]() |
Text
Stephanie Grace Natalia (2).pdf Download (1MB) |
Actions (login required)
![]() |
View Item |