Utami, Lungayu Titah (2019) Kemampuan Tanaman Aneka Kacang untuk Menghasilkan Biomassa dan Nitrogen pada Pemberian Inokulan Rhizobium di Lahan Salin. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Lahan salin berpontensi untuk pengembangan pertanian, tetapi kadar garam (Na) > 2 dS m-1 dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Tanah dikategorikan salin apabila daya hantar listrik dari ekstrak tanah jenuh air > 2 dS m-1. Di Indonesia diperkirakan total luas lahan salin 440.300 ha. Lahan salin dapat dimanfaatkan sebagai lahan pertanian melalui dua pendekatan yaitu dengan penanaman tanaman yang toleran dan modifikasi lingkungan. Modifikasi lingkungan di lahan salin yang dapat dilakukan adalah melakukan perbaikan lahan dengan menanam tanaman aneka kacang yang dapat dijadikan sebagai tanaman penutup lahan dan biomassa dari tanaman aneka kacang dapat digunakan untuk pupuk hijau. Tanaman aneka kacang adalah tanaman yang memiliki kemampuan bersimbiosis dengan bakteri penambat nitrogen, dengan adanya pembentukan bintil akar yang dapat mengikat gas nitrogen diudara kemudian difiksasi dan menghasilkan unsur hara nitrogen yang dapat digunakan tanaman untuk tumbuh. Sehingga, biomassa tanaman aneka kacang dapat mengandung nitrogen lebih tinggi dari tanaman lain. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan tanaman aneka kacang menghasilkan biomassa dan mengetahui kandungan nitrogen, agar dapat digunakan sebagai pupuk hijau. Penelitian dilaksanakan di Desa Sidomukti Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan yang terletak pada ketinggian 18,7 mdpl dengan suhu rata-rata 25-34 °C serta EC 2,06 dS m-1. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2018 hingga Juni 2019. Rancangan yang digunakan pada penelitian adalah Rancangan Petak Terbagi. Petak utama terdiri dari 2 taraf, yaitu R1: pemberian inokulan dan R2: tanpa pemberian inokulan rhizobium. Anak petak, terdiri dari 5 taraf, yaitu T1: Koro Pedang (Canavalia ensiformis), T2: Koro Benguk (Mucuna pruriens), T3: Koro Komak (Lablab purpureus), T4: Koro Glinding (Phaseolus lunatus L.) dan T5: Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus L. DC.). Penelitian terdiri dari 10 kombinasi perlakuan dan diulang sebanyak 3 kali, sehingga terdapat 30 satuan percobaan. Luas lahan setiap satuan percobaan adalah 5 m x 4 m. Pengamatan tanaman aneka kacang dilakukan sebanyak 3 kali dengan interval dua minggu sekali, yaitu pada 4 MST, 6 MST dan 8 MST. Variabel pengamatan yang digunakan adalah pertumbuhan dan hasil tanaman. Pengamatan pertumbuhan: panjang tanaman, jumlah daun, luas daun, bobot segar brangkasan, bobot segar akar, bobot kering brangkasan, bobot kering akar dan jumlah bintil akar. Pengamatan hasil: umur berbunga, jumlah polong yang terbentuk per tanaman dan bobot biji per tanaman Pada pertengahan fase vegetatif dan pertengahan fase generatif dilakukan pengamatan kandungan N pada tanaman umur 6 MST dan 12 ii MST. Selanjutnya, data hasil pengamatan dianalisis menggunakan metode analisa ragam uji F taraf 5%. Jika perlakuan berpengaruh nyata maka dilanjutkan dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) dengan taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian inokulan rhizobium tidak mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman tanaman koro pedang, koro benguk, koro komak, koro glinding dan kecipir di lahan salin, tetapi dipengaruhi oleh jenis tanaman tersebut, karena beberapa jenis tanaman aneka kacang tidak cocok dengan jenis inokulan rhizobium sehingga simbiosis tidak maksimal bahkan tidak terjadi. Selain itu, juga terdapat perbedaan karakteristik pada masing-masing tanaman yang menyebabkan perbedaan pertumbuhan dan hasil tanaman. Kandungan nitrogen pada tanaman koro pedang, koro benguk, koro komak, koro glinding dan kecipir berturut-turut 4,98 %, 4,08 %, 5,60 %, 6,05 %, dan 7,68 % tidak dipengaruhi oleh pemberian inokulan rhizobium maupun jenis tanaman aneka kacang. Tanaman koro pedang, koro benguk, koro komak, koro glinding dan kecipir menghasilkan bobot segar brangkasan berturut- turut 387,20 g tan-1, 393,20 g tan-1, 487 g tan-1, 241,20 g tan-1 dan 185,60 g tan-1 pada umur 8 MST dapat digunakan sebagai pupuk hijau. Brangkasan segar tanaman koro komak dapat dijadikan sebagai pupuk hijau yang lebih baik dibandingkan jenis tanaman aneka kacang lainnya karena kandungan nitrogen pada bobot segar brangkasan tanaman koro komak lebih tinggi 13,37 g tan-1 daripada jenis tanaman aneka kacang lainnya yaitu sebesar koro pedang pada 12,13 g tan-1, koro benguk 7,27 g tan-1, koro glinding 2,00 g tan-1 dan kecipir 4,55 g tan-1 pada umur 6 MST.
English Abstract
The saline land can developed as better agricultural land. The soil is categorized as saline when the electrical power of the water-saturated soil extract > 2 dS m-1 and it can inhibit plant growth. In Indonesia, total saline land area estimated 440,300 ha. The saline land can be used as agricultural land through two approaches, with planting of tolerant crops and with environmental modifications. Environmental modifications improved the saline land with land repairs. The method to repairs the saline land is planting various bean plant that can be used as land cover crops and biomass of various bean crops can be applied to green manure. Various bean plants are plants that have symbiotic ability with nitrogen fastening bacteria, with the formation of root nodules that can bind nitrogen gas in the air and then fixate and produce nitrogen nutrients that can be used crops to grow. Thus, the biomass plant of various beans can contain higher nitrogen than other crops. Therefore, the purpose of research is to determine the ability of various bean plants to produce biomass and to know contens of nitrogen in order to be used as green manure. The location of research was at the village Sidomukti, Brondong, Lamongan District located at an altitude of 18,7 m below sea level with an average temperature of 25-34 °C and EC 2,06 dS m-1. This research carried out in December 2018 to June 2019. The design used in this research is split plot design. The main plot consist of 2 levels, there are R1: Rhizobium inoculant and R2: without rhizobium inoculant. Sub plot, consisting of 5 levels, there are T1: Jack bean (Canavalia ensiformis), T2: Velvet bean (Mucuna pruriens), T3: Lablab bean (Lablab purpureus), T4: Lima bean (Phaseolus lunatus L.) and T5: Winged bean (Psophocarpus tetragonolobus L. DC.). The research has 10 combination treatment and repeated 3 times, so there were 30 units of trial. The land area of each unit of trial is 5 m x 4 m. The observation of various bean plants is done 3 times with two weeks intervals, there are on 4 WAP, 6 WAP and 8 WAP. Variable observed there are 2 phase in growth phase and yield. The growth observations: Length of the plant, the number of leaves, the leaf area per plant, the fresh weight of the brawling, the fresh weight of the roots, dry weight of brutity, the dry weight of the root and number of root nodules. Yield observations: flowering age, the number of pods formed per plant and dry seed weight per plant in the middle of the vegetative phase and the middle of the generative phase is performed N content observation in plants aged 6 WAP and 12 WAP. Furthermore, the result data of analyzed using Analysis of Variant (ANOVA) with 5% level. The treatment was significant different then it followed by a test of LSD (Least Significant Difference) with 5% level. iv The results showed that rhizobium inoculant didn’t influence the growth and yield of jack bean, velvet bean, lablab bean, lima bean and winged bean in saline land, but influenced by various bean plants, because some various bean plants didn’t match with type of rhizobium inculant so the symbiosis wasn’t maximal not even occured. Moreover, there was also has different characteristics of various bean plants that caused differences in plant growth and yield. The content of nitrogen in jack bean 4,98 %, velvet bean 4,08 %, lablab bean 5,60 %, lima bean 6,05 % dan winged bean 7,68 % wasn’t influence by rhizobium inoculant and various various bean plants. Jack bean, velvet bean, lablab bean, lima bean and winged bean produced fresh weights of 387,20 g plant-1, 393,20 g plant-1, 487 g plant-1, 241,20 g plant-1 and 185,60 g plant-1 in 8 WAP can be used as green manure. The fresh bralness of the plant can be used as green manure better than other various bean plants because the content of nitrogen in the fresh weight of lablab bean plant was high, that was 13,37 g plant-1 in 6 WAP, while jack bean 12,13 g plant-1, velvet bean 7,27 g plant-1, lima bean 2,00 g plant -1 and winged bean 4, 55 g plant-1.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FP/2019/158/051906901 |
Uncontrolled Keywords: | - |
Subjects: | 600 Technology (Applied sciences) > 634 Orchards, fruits, forestry > 634.6 Tropical and subtropical fruits > 634.65 Papayas, avocados, mangosteens > 634.651 Papayas > 634.651 8 Special cultivation methods; Fertilizers, soil conditioners, growth regulators |
Divisions: | Fakultas Pertanian > Budidaya Pertanian |
Depositing User: | Endang Susworini |
Date Deposited: | 10 Aug 2020 06:45 |
Last Modified: | 10 Aug 2020 06:45 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/173436 |
Actions (login required)
View Item |