Pengaruh Penggunaan Zat Pengatur Tumbuh BAP dan NAA Terhadap Presentase Tumbuh Bahan Tanam Krisan (Chrysanthemum morifolium) secara In vitro.

Lydianthy, Holanda (2019) Pengaruh Penggunaan Zat Pengatur Tumbuh BAP dan NAA Terhadap Presentase Tumbuh Bahan Tanam Krisan (Chrysanthemum morifolium) secara In vitro. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Krisan (Chrysanthemum morifolium) merupakan tanaman bunga hias berupa herba yang sering disebut sebagi seruni atau bunga emas (Golden Flower). Krisan termasuk salah satu jenis tanaman hias yang paling diminati oleh masyarakat karena memiliki nilai estetika yang tinggi yaitu pada warna bunga yang indah dan bentuk bunganya yang beraneka ragam juga sering digunakan sebagai hiasan dekorasi ruangan untuk menambah nilai estetika. Di Indonesia permintaan konsumen yang semakin meningkat dari tahun ke tahun pada produksi krisan menjadikan tanaman krisan mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan dan dibudidayakan. Adapun kendala yang sering dihadapi dalam pengembangan dan budidaya krisan adalah persediaan bibit untuk perbanyakan krisan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah persediaan bibit krisan yang terus bertambah dengan menggunakan teknik kultur jaringan. Perbanyakan kultur jaringan dengan menggunakan bagian dari tanaman yang masih muda pada keadaan yang aseptik. Krisan termasuk tanaman yang dapat diperbanyak dengan menggunakan teknik kultur jaringan. Dengan teknik ini diharapkan penyediaan bibit dalam jumlah yang banyak dapat terpenuhi dalam waktu yang realtif singkat karena kecepatan pada tahap multiplikasi (Gunawan, 1995). Krisan diperbanyak dengan kultur jaringan dengan menggunakan tunas krisan yang masih muda. Tunas yang sudah di inisiasi akan menghasilkan tunas yang bergerombol, sehingga dilakukan tahap multiplikasi sebagai perbanyakan. Pada tahap multiplikasi menggunakan media MS dengan penambahan Zat Pengatur Tumbuh sitokinin dan auksin. ZPT yang akan digunakan pada penelitian ini adalah BAP dan NAA. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan kombinasi konsentrasi terbaik pemberian ZPT BAP dan NAA pada tahap multiplikasi tunas. Hipotesis dari penelitian ini ialah terdapat pengaruh pada kombinasi konsentrasi ZPT BAP dan NAA terhadap induksi tunas krisan. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Januari hingga Maret 2019 di Materia Medika, Kota Batu, Jawa Timur. Alat yang digunakan dalam penelitian ini ialah botol-botol kultur, Laminar Air Flow (LAF), petridish, bunsen, botol semprot, autoklaf, magnetic stirrer, pH meter, gelas ukur, pipet, karet, tissue, kertas label, rak kultur, peralatan diseksi (pinset besar atau kecil, pisau pemes, gunting eksplan) dan timbangan analitik. Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah larutan stok MS, Zat Pengatur Tumbuh BAP dan NAA, eksplan krisan dengan ukuran 2-3 cm, alkohol 70%, myoinositol, agar sukrosa, aquades. Metode penelitian yang akan digunakan ialah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan beberapa perlakuan. Perlakuan yang akan dilakukan dengan mengkombinasi konsentrasi ZPT BAP dan NAA antara lain kontrol (tanpa penambahan ZPT), BAP 0 + NAA 0,025, BAP 0,25 + NAA 0, BAP 0,25 + NAA 0,025, BAP 0,5 + NAA 0, BAP 0,5 + NAA 0,05, BAP 0,75 + NAA 0, BAP 0,75 + NAA 0,025, BAP 1 + NAA 0 dan BAP 1 + NAA 0,025. Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dianalisis menggunakan analisis ragam (Uji F) pada taraf 5% untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh dari perlakuan yang diberikan. Kemudian apabila hasil pengujian didapatkan pengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan perbandingan antar perlakuan dengan menggunakan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf p = 0,05. Pelaksanaan kegiatan yang akan dilakukan pada penelitian ini ialah sterilisasi alat dan bahan sebelum digunakan untuk kegiatan sub kultur, pengambilan eksplan krisan, pembuatan media MS dengan penambahan ZPT dan inokulasi eksplan di Laminar Air Flow Cabinet (LAFC) dengan kondisi yang steril. Adapun parameter yang diamati dalam penelitian ini ialah parameter non destruktif antara lain presentase hidup dan kontaminasi eksplan, jumlah tunas per eskplan, saat muncul akar per eksplan, jumlah daun per eskplan, jumlah akar per eksplan dan panjang akar. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan B1N1 dengan konsentrasi BAP 0,25 mg/L + NAA 0,025 mg/L merupakan kombinasi yang paling efektif terhadap pertumbuhan tunas, daun dan tinggi pada eksplan krisan yang ditanam. Sedangkan pada media yang dikombinasikan dengan BAP tidak mampu menginduksi akar, perlakuan yang menghasilkan akar yaitu pada perlakuan Kontrol tanpa penambahan ZPT dan yang diberikan NAA 0,025 mg/L.

English Abstract

Chrysanthemum (Chrysanthemum morifolium) is an ornamental flower plant in the form of herbs, which is often referred to as ceruni or bunga emas (Golden Flower). Chrysanthemum is one of the most desirable types of ornamental plants due to the fact that it has a high aesthetic value; specifically the beautiful colors of the flower and diverse forms of the flower, which are also often used as decoration for room decoration to increase aesthetic value. In Indonesia, consumer demand is increasing from year to year in the production of chrysanthemums that makes chrysanthemum plants have good prospects to be developed and cultivated. The obstacle that is often faced in developing and cultivating chrysanthemums is the supply of seeds for chrysanthemum multiplication. One effort that can be done to overcome the problem of the supply of chrysanthemum seedlings that continues to grow is by using tissue culture techniques. Propagation of tissue culture using parts of young plants in aseptic conditions. Chrysanthemum is a plant that can be propagated using tissue culture techniques. With this technique, it is expected that the supply of seeds in large quantities can be fulfilled in a relatively short time due to the rapidity at the multiplication stage (Gunawan, 1995). Chrysanthemum is propagated by tissue culture using young chrysanthemum buds. The buds that have been initiated will produce buds that are clustered, so that the multiplication stage is carried out as propagation. In the multiplication stage using MS media with the addition of Regulatory Substances Growing cytokines and auxin. The growth regulator that will be used in this study is BAP (Benzyl amino purine) and NAA (Napthalene acetic acid). The purpose of this study is to obtain the best combination of the concentration of growth regulator BAP and NAA at the multiplication stage of shoots. The hypothesis of this study is that there is an influence on the combination of growth regulator BAP and NAA concentrations on the induction of chrysanthemum buds. This research was conducted from January to March 2019 at Materia Medika, Batu City, East Java. The instruments used in this study are culture bottles, Laminar Air Flow Cabinet (LAFC), petridish, bunsen, spray bottles, autoclaves, magnetic stirrers, pH meters, measuring cups, pipettes, rubber, tissue, label paper, culture shelves, equipment dissection (large or small tweezers, pemes blades, explant scissors) and analytical scales. The material used for this study is MS stock solvent, Growth Regulator Substance BAP and NAA, chrysanthemum explants measuring 2-3 cm, 70% alcohol, myoinositol, sucrose, distilled water. The research method that used is a completely randomized design (RAK) with several treatments. The treatments will be carried out by combining the concentrations of growth regulator BAP and NAA including controls (without addition of growth regulator), BAP 0 + NAA 0,025, BAP 0,25 + NAA 0, BAP 0,25 + NAA 0,025, BAP 0,5 + NAA 0, BAP 0,5 + NAA 0,05, BAP 0,75 + NAA 0, BAP 0,75 + NAA 0,025, BAP 1 + NAA 0 dan BAP 1 + NAA 0,025. The data obtained from this observation will be analyzed using variance analysis (F test) at the level 5% to find out wheter there is an effect of the given treatments or not. If the results of the test have a real effect, then it will be continued with comparing among treatments using the Real Honest Difference Tes (BNJ) at the level of p = 0,05. The implementation of the activities to be carried out in this study is the sterilization of tools and materials before being used for sub-culture activities, chrysanthemum extraction, MS media production with growth regulator addition and explant inoculation in Laminar Air Flow Cabinet (LAFC) in sterile conditions. The parameters observed in this study are non-destructive parameters such as the percentage of life and contamination of explants, number of shoots per plant, when roots appear per explant, number of leaves per plant, number of roots per explant and root length. Based on the research, the results showed that the combination treatment B1N1 with concentration BAP 0,25 mg/L + NAA 0,025 mg/L were the optimum for chrysanthemum explant shoot growth, leaf and explant height. At the same time, on media combined with hormones BAP can not induce roots at all the treatments, there are two treatments that induce roots Control without addition ZPT and the media provided NAA 0,025 mg/L.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FP/2019/10/051906747
Uncontrolled Keywords: -
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 635 Garden crops (Horticulture) > 635.9 Flowers and ornamental plants
Divisions: Fakultas Pertanian > Budidaya Pertanian
Depositing User: Endang Susworini
Date Deposited: 24 Aug 2020 07:15
Last Modified: 24 Aug 2020 07:15
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/173426
Full text not available from this repository.

Actions (login required)

View Item View Item