Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Kombinasi Bio-Geotekstil dengan Biomassa Legume pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Lahan Kering.

Ramadhan F.P., Rizky Wahyu (2019) Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Kombinasi Bio-Geotekstil dengan Biomassa Legume pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Lahan Kering. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Di Indonesia, tanaman jagung secara umum dibudidayakan pada lahan kering (tegalan). Pertanian lahan kering sering menghadapi berbagai permasalahan, seperti tingginya tingkat degradasi lahan. Hal tersebut menimbulkan dampak menurunnya kemampuan lahan, dicirikan dengan ketersediaan air dan kandungan bahan organik yang rendah. Salah satu upaya dalam mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan penerapan teknologi pertanian konservasi, diantaranya pengaturan sistem olah tanah dan aplikasi kombinasi bahan organik sebagai mulsa yang tepat. Sistem olah tanah dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu olah tanah minimum dan olah tanah maksimum (konvensional). Dalam menjaga kualitas tanah (sifat fisik dan biologi), maka sistem olah tanah dapat dikombinasikan dengan aplikasi mulsa. Inovasi baru yang saat ini mulai dikembangkan dalam bentuk mulsa organik adalah pemanfaatan Bio-Geotekstil yang dikombinasikan dengan biomassa tanaman legume. Tujuan dari penelitian ini yaitu mempelajari pengaruh sistem olah tanah dan kombinasi Bio-Geotekstil dengan biomassa legume, serta menentukan perlakuan yang tepat pada pertumbuhan dan hasil tanaman jagung di lahan kering. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga Mei 2018 di Kebun Percobaan Agro Techno Park, Universitas Brawijaya, terletak di Desa Jatikerto, Kabupaten Malang. Lahan di daerah Jatikerto termasuk jenis tanah Alfisol dan berupa lahan kering dengan ketinggian ±330 m dpl. Pada penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang disusun secara faktorial, dengan 2 faktor percobaan. Faktor I berupa sistem olah tanah terdiri dari T1 : Olah Tanah Minimum (sekitar lubang tanam) dan T2 : Olah Tanah Maksimum (konvensional). Sedangkan Faktor II berupa berbagai kombinasi Bio-Geotekstil dengan biomassa legume terdiri dari B0 : Tanpa mulsa, B1 : Bio-Geotekstil + biomassa orok-orok, B2 : Bio-Geotekstil + biomassa koro benguk, B3 : Bio-Geotekstil + biomassa gude, B4 : Bio-Geotekstil + biomassa tunggak, dan B5 : Bio-Geotekstil (tanpa biomassa legume). Petak percobaan terdiri dari 12 kombinasi perlakuan dengan 3 kali ulangan, sehingga keseluruhan terdapat 36 satuan kombinasi perlakuan. Parameter pengamatan yang diamati adalah parameter lingkungan mikro tanaman, parameter agronomi seperti pertumbuhan tanaman, serta hasil (panen). Data pendukung berupa hasil analisis tanah untuk mengetahui kandungan C-Organik, N-Total, dan Berat Isi tanah. Kemudian data hasil pengamatan dianalisis menggunakan Analisis Ragam (ANOVA). Dimana dilakukan uji F 5% untuk mengetahui ada atau tidaknya interaksi / pengaruh nyata pada perlakuan. Kemudian dilanjutkan dengan menggunakan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) dengan taraf 5% untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada perlakuan sistem olah tanah dan kombinasi Bio-Geotekstil + biomassa legume tidak menunjukkan adanya interaksi, akan tetapi masing-masing perlakuan memberi pengaruh nyata terhadap ii parameter iklim mikro tanaman rata-rata pada umur mengamatan 20 – 65 hst. Sedangkan kombinasi perlakuan sistem olah tanah dengan Bio-Geotekstil + biomassa legume, menunjukkan adanya interaksi nyata terhadap parameter pertumbuhan tanaman jagung (panjang akar, berat kering akar, dan bobot kering total tanaman) rata-rata pada umur pengamatan 55 – 70 hst, dan luas daun pada 70 hst, serta seluruh hasil (panen) tanaman jagung rata-rata pada umur pengamatan 100 hst. Kombinasi perlakuan olah tanah minimum dengan perlakuan Bio-Geotekstil + biomassa orok-orok hingga Bio-Geotekstil (tanpa biomassa legume), bobot tongkol tanpa kelobot per hektar yang dihasilkan lebih besar dibandingkan perlakuan tanpa mulsa. Sedangkan kombinasi perlakuan olah tanah maksimum dengan perlakuan Bio-Geotekstil + biomassa orok-orok dan Bio-Geotekstil + biomassa tunggak, bobot tongkol tanpa kelobot per hektar yang dihasilkan lebih besar dibandingkan perlakuan tanpa mulsa, Bio-Geotekstil + biomassa koro benguk, dan Bio-Geotekstil (tanpa biomassa legume). Hasil analisis usaha tani menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan olah tanah maksimum dengan Bio- Geotekstil + biomassa orok-orok menghasilkan nilai R/C rasio paling tinggi yaitu 3,12 dibandingkan dengan kombinasi perlakuan sistem olah tanah dengan berbagai perlakuan kombinasi bahan Bio-Geotekstil lainnya, sehingga teknologi pertanian konservasi kombinasi olah tanah maksimum dengan Bio-Geotekstil + biomassa orok-orok yang dilakukan lebih memperoleh keuntungan yang optimal.

English Abstract

Corn plants are generally cultivated on dry land in Indonesia. Dryland farm is common with land degradation problems that affects on the declining of land capability such as water shortage and organic matter loss. One of the attempt to resolve the problem is application of conservation farming technology. Soil tillage management and a proper organic matter combination applicated as mulch are the instances of such technology. As soil tillage is considered as the important techniques, it consists of minimum tillage and conventional tillage. Soil tillage can be combined with mulch application to maintain both physical and biological soil properties or quality. Additionally, technology innovation of soil mulch in the recent time is called Bio-Geotextile which combines with legumes biomass. This research was aimed to study the effect of tillage systems and combination of Bio- Geotextiles with legumes biomass, and to determine the appropriate treatment for the growth and production of corn on dry land. The research was carried out from January to June 2018 at The Agro Techno Park Experimental Garden, Brawijaya University, that is located in Jatikerto Village, Malang Regency. Soil ordo in this place was classified as Alfisol. The land was categorized as dry land with an altitude ± 330 m above sea level. Factorial randomized block design was the experimental method used in this research. The first factor for this experiment was tillage systems which consist of T1: minimum tillage; and T2: maximum tillage. The second factor was combination of organic mulches that consist of B0: Non mulch; B1: Bio-Geotextile + Crotalaria juncea biomass; B2: Bio-Geotextile + Mucuna pruriens biomass; B3: Bio-Geotextile + Cajanus cajan biomass; B4: Bio-Geotextile + Vigna unguiculata biomass, B5:Bio-Geotextile without legume biomass. The observed parameters were soil and other environmental micro climates parameters, plant growth parameters, as well as yield parameters. Supportin gdata from soil analysis were organic carbon, total N, and soil bulk density. The data were statistically analyzed with ANOVA (Analysis of Variance) and was continued with The Honest Real Test (HSD) with 5% level to find out the difference between the treatments. The result revealed that the treatment of the tillage system and combination of Bio-Geotextiles with legumes biomass did not show any interaction, however, each treatment had a significant influence on soil temperature and moisture at 25 - 65 days after planting (DAP). On the other side, the use of tillage system and Bio- Geotextile materials combination, demonstrated interaction on plant growth parameters such as root lenght and dry weight, leaf area, and total plant dry weight, at 55 – 70 DAP. This data trend was the same with the average of corn yield parameters at 100 DAP. iv Combination of minimum tillage and Bio-Geotextiles with and without legume biomass treatments produced weights of cob (without carbs) per hectar greater than non mulch treatment. Whereas the cob weight (without carb) of the combination of maximum tillage treatment with Bio-Geotextile + Crotalaria juncea biomass and Bio-Geotextile + Vigna unguiculata biomass treatments were greater compared to non mulch, Bio-Geotextile + Mucuna prurien biomass, and Bio-Geotextiles whitout legume biomass treatments. The result of farming system analysis showed that the combination of maximum tillage treatment with Bio- Geotextile + Crotalaria juncea biomass produced the highest R/C value (3.12) compare to the other combination of tillage systems with various of Bio- Geotextile + legumes biomass treatments. Conventional tillage with Bio- Geotextile + Crotalaria juncea biomass treatment presented the optimal value of benefits.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FP/2019/175/051906918
Uncontrolled Keywords: -
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 633 Field and plantation crops > 633.1 Cereals > 633.15 Corn
Divisions: Fakultas Pertanian > Budidaya Pertanian
Depositing User: Endang Susworini
Date Deposited: 10 Aug 2020 06:42
Last Modified: 10 Aug 2020 06:42
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/173332
Full text not available from this repository.

Actions (login required)

View Item View Item