Paweningsih, Risma Dwi (2019) Karakterisasi Jagung Ketan (Zea Mays L. Var. Ceratina) Pada Generasi S5. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Salah satu komoditas tanaman pangan yang dibutuhkan yaitu jagung. Jagung umumnya dikenal sebagai tanaman serealia yang banyak digunakan sebagai sumber nutrisi. Jagung ketan disebut juga sebagai jagung pulut. Jagung ketan dirilis pada tahun 2013 dan diberi nama Pulut URI (Untuk Rakyat Indonesia) yang dapat digunakan untuk memenuhi permintaan industri olahan berbasis jagung. Jagung ketan memiliki kandungan tepung pada endosperm yang sama dengan kandungan tepung tapioka yang dihasilkan oleh tanaman ketela pohon sehingga bisa dimanfaatkan sebagai tanaman subtitusi. Jagung ketan memiliki kandungan pati dalam bentuk 100% amilopektin yang memiliki rasa manis, pulen dan penampilan menarik. Produktivitas jagung ketan masih rendah disebabkan oleh penerapan teknologi yang masih rendah akibat penerapan teknologi yang masih rendah termasuk penggunaan benih yang hanya diambil dari pertanaman yang bukan diperuntukkan sebagai benih. Jagung ketan lokal memiliki banyak kelebihan dibanding jagung kuning sehingga bisa menjadi pengganti padi untuk mendukung program ketahanan pangan, namun jagung ketan kurang popular khususnya di masyarakat kota karena kurang dipromosikan dan belum mendapat perhatian sungguh-sungguh untuk dikembangkan. Bila hal ini terus berlanjut maka kekhawatiran punahnya beberapa kultivar jagung ketan lokal yang kita miliki akan terjadi sehingga menyebabkan hilangnya salah satu sumber pangan di daerah. Produktivitas jagung dapat ditingkatan dengan langkah awal yaitu melalui karakterisasi. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui karakter kualitatif dan karakter kuantitatif 13 galur jagung ketan generasi S5 dan untuk mengetahui besar kecilnya keragaman 13 galur jagung ketan generasi S5. Manfaat dari penelitian ini ialah dapat mengetahui karakter kualitatif dan karakter kuantitatif 13 galur jagung ketan generasi S5 dan dapat mengetahui besar kecilnya keragaman 13 galur jagung ketan generasi S5. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Dadaprejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu. Alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya cangkul, tugal, gembor, timbangan analitik, papan label, color chart, jangka sorong, busur, alat tulis, kamera, PPI (Panduan Pengujian Individual), meteran dan knapsack sprayer. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah benih jagung ketan generasi S5 yang terdiri dari galur G1, G2, G3, G4, G5, G6, G7, G8, G9, G10, G11, G12 dan G13. Bahan lainnya yang digunakan ialah pupuk kandang, NPK, Urea, fungisida dan insektisida. Penelitian ini tanpa menggunakan rancangan dengan satu faktor yang terdiri dari galur G1, G2,G3, G4, G5, G6, G7, G8, G9, G10, G11, G12 dan G13 yang terdiri dari 3 ulangan. Sampel pengamatan tiap ulangan diambil sebanyak 8 tanaman. Parameter yang diamati terdiri dari karakter kualitatif (bentuk ujung daun, letak helai daun, warna antosianin pada pelepah daun, warna antosianin pada seludang daun, warna antosianin pada akar tunjang, derajat zig zag, warna antosianin pada ruas, warna antosianin pada dasar kelopak, warna antosianin tidak termasuk dasar kelopak, warna antosianin pada anther, kerapatan bulir, warna antosianin pada anther, letak percabangan samping, bentuk tongkol, tipe biji,ii warna permukaan biji, warna sisi dasar biji, ada tidaknya antosianin pada kelopak janggel dan rambut tongkol dan intensitas warna antosianin pada pada kelopak janggel dan rambut tongkol) dan karakter kuantitatif (sudut antara helai daun dan batang, lebar helai daun, panjang tanaman, waktu antesis, sudut antara poros utama dan percabangan samping, jumlah cabang samping utama, panjang cabang samping, panjang poros utama di atas cabang samping terbawah, panjang poros utama diatas cabang samping teratas, waktu munculnya rambut tongkol, rasio panjang letak tongkol paling atas terhadap panjang tanaman, panjang tongkol, panjang tangkai tongkol, diameter tongkol, jumlah baris biji pada tongkol dan kadar amilopektin). Data kualitatif disajikan melalui skoring. Data kuantitatif disajikan melalui skoring dan perhitungan koefisien keragaman genetik (KKG). Skoring pada karakter kualitatif maupun kuantittaif berdasarkan Panduan Pengujian Individual (PPI) sedangkan untuk mencari ragam genetik semua karakter yang diamati, dihitung dengan menggunakan koefisien keragaman genetik. Berdasarkan hasil penelitian dari karakter kualitatif 13 galur jagung ketan pada masing-masing karakter didapatkan bahwa karakter kualitatif pada masingmasing galur menunjukkan keseragaman pada masing-masing galur yang diuji. Berdasarkan karakter kualitatif pada masing-masing galur menunjukkan keseragaman pada masing-masing galur yang diuji. Karakter kuantitatif pada masing-masing galur memiliki keragaman yang rendah kecuali pada karakter jumlah cabang samping pada galur G2 (KKG 57,77%), panjang poros utama di atas cabang samping teratas pada galur G2, G4 dan G8 (KKG 86,96% - 91,41%). Galur G2 memiliki kadar amilopektin tertinggi sebesar 53,84%, sedangkan kadar amilopektin terendah yaitu galur G1 dengan kadar sebesar 43,19%. Semakin tinggi kadar amilopektin, maka akan semakin tinggi pula tingkat kepulenan pada jagung.Galur G2 memiliki kadar amilopektin tertinggi sebesar 53,84%, sedangkan kadar amilopektin terendah yaitu galur G1 dengan kadar sebesar 43,19%. Semakin tinggi kadar amilopektin, maka akan semakin tinggi pula tingkat kepulenan pada jagung.
English Abstract
One of the food crops needed is corn. Corn is commonly known as a cereal plant widely used as a source of nutrients. Waxy corn is also called corn pulut. Waxy corn is released in 2013 and is named Pulut URI (For Indonesian People) which can be used to meet the demand of corn based industry. Glutinous corn has a starch content in the same endosperm with tapioca flour content produced by cassava plant so it can be used as substitution plant. Glutinous corn has starch content in the form of 100% amylopectin which has a sweet taste, pulen and attractive appearance. The productivity of waxy corn is still low due to the low technology application due to the low technology application including the use of seed which is only taken from the plantation which is not intended as the seed. Local glutinous corn has many advantages over yellow corn so it can be a substitute for rice to support food security program, but waxy corn is less popular, especially in urban communities because it is less promoted and has not received serious attention to be developed. If this continues then the fear of extinction of some local glutinous corn cultivars that we have will occur that cause loss of one source of food in the area. The productivity of maize can be increased by the first step through characterization. The purpose of this research was to determine the qualitative and quantitative characters of 13 waxy corn strain on S5 generation and to determine the diversity of the 13 waxy corn strain on S5 generation. The benefit of this research is to be able to know the qualitative and quantitative characters of 13 waxy corn strain on S5 generation and to know the diversity of the 13 waxy corn on S5 generation. This research was conducted in Dadaprejo Village, Junrejo Sub-district, Batu City. The tools used in this study include hoes, wood, sprayer, analytical scales, label boards, color charts, slide length, stationery, camera, PPI (Individual Testing Guide), meter and knapsack sprayer. The material used in this research is corn seeds of S5 generation consisting of strains G1, G2, G3, G4, G5, G6, G7, G8, G9, G10, G11, G12 dan G13. Other materials used are manure, NPK, Urea, fungicides and insecticides. This research without using a design with one factor consisting of strain G1, G2, G3, G4, G5, G6, G7, G8, G9, G10, G11, G12 dan G13 with three replications. Observation samples for each replication were taken as many as 8 plant. The observed parameters consist of qualitative character (shape of tip, attitude of blade, anthocyanin coloration of midrib, anthocyanin coloration of sheath, anthocyanin coloration of brace roots, degree of zig zag, anthocyanin coloration of internode, anthocyanin coloration of base of glume, anthocyanin coloration of glume excluding base, density of spikelets, anthocyanin coloration of anther, attitude of lateral branch, intencity of anthocyanin coloration of silk, shape of ear, type of grain, color of top of grain, main color of dorsal side of grain, anthocyanin coloration of glume of cob, anthocyanin coloration of silk and intencity of anthocyanin coloration of glume of cob) and quantitative character (angle between blade and steam, width of blade, length of plant, time of anthesis, angle between main axis and lateral branches, number of primary lateral branch,iv length of lateral branch, length of main axis above lowest lateral branch, length of main axis above highest lateral branch, time of silk emergency, ratio height of insertion of peduncle of upper ear to plant length, length of ear, length of peduncle, diameter of ear, number of rows of grain and anthocyanin level). Qualitative data is presented with scoring. Quantitative data is presented with scoring and calculation of genetic diversity coefficient (KKG). Scoring on both qualitative and quantitative characters is based on the Individual Testing Guide (PPI) and to find the genetic diversity of all observed characters, it is calculated using the coefficient of genetic diversity. The results of the research from qualitative characters of 13 strains of waxy corn in each character, it was found that in the qualitative character shows uniformity in each of the strain being tested. Quantitative characters in each strain have low diversity except for the number side of branches in the G2 strain (KKG 57,77%), length of main axis above highest lateral branch in the strain G2, G4 and G8 (KKG 86,96% - 91,41%). G2 strain has the highest amylopectin content of 53.84%, while the lowest amylopectin content is G1 strain with levels of 43.19%. The higher the amylopectin level, the higher the level of extinction in corn
Other obstract
-
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FP/2019/115/051906832 |
Subjects: | 600 Technology (Applied sciences) > 633 Field and plantation crops > 633.1 Cereals > 633.15 Corn |
Divisions: | Fakultas Pertanian > Budidaya Pertanian |
Depositing User: | Nur Cholis |
Date Deposited: | 24 Aug 2020 07:00 |
Last Modified: | 08 Mar 2022 04:23 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/172988 |
Preview |
Text
RISMA DWI PAWENINGSIHok.pdf Download (5MB) | Preview |
Actions (login required)
View Item |