Analisis Usahatani Pertanian Perkotaan Dan Kontribusi Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Di Kelurahan Pengadegan, Pancoran, Jakarta Selatan

Ladita, Fierhany Agia (2019) Analisis Usahatani Pertanian Perkotaan Dan Kontribusi Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Di Kelurahan Pengadegan, Pancoran, Jakarta Selatan. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Alih fungsi lahan pertanian merupakan masalah umum di area perkotaan. Hal ini disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk. Menurut Badan Pusat Statistik (2017) peningkatan jumlah penduduk Indonesia di wilayah perkotaan meningkat sekitar 1,36% setiap tahunnya, hal ini berdampak pada masalah sektor pangan maupun perekonomian. Di daerah perkotaan, lahan yang tersedia tidak seharusnya semua tertutupi oleh bangunan maupun infrastruktur, akan tetapi terdapat area terbuka yang biasa disebut Ruang Terbuka Hijau (RTH), hal tersebut tertulis dalam Undang-Undang Republik Indonesia. Salah satu wilayah perkotaan yang belum mencapai presentase RTH yang dianjurkan adalah DKI Jakarta. Salah satu solusi yang mungkin dapat dilakukan adalah dengan menerapkan pertanian perkotaan. Harapannya pertanian perkotaan dapat mengatasi permasalahan daerah seperti ketersediaan pangan di perkotaan, kemiskinan dan kurangnya taman hijau maupun area terbuka. Salah satu wilayah yang sudah melakukan penerapan pertanian perkotaan adalah Kelurahan Pengadegan, Jakarta Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mendeskripsikan karakteristik Usahatani Pertanian Perkotaan di Kelurahan Pengadegan, Jakarta Selatan, (2) Menganalisis kelayakan Usahatani Pertanian Perkotaan di Kelurahan Pengadegan, Jakarta Selatan, (3) Menganalisis kontribusi dari Usahatani Pertanian Perkotaan terhadap pendapatan rumah tangga di Kelurahan Pengadegan, Jakarta Selatan. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Pengadegan, Pancoran, Jakarta Selatan. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan di kelurahan tersebut sudah menerapkan pertanian perkotaan, sehingga dalam perhitungan akan lebih mudah mengetahui analisis kelayakan dan kontribusi pendapatan. Penelitian dilaksanakan pada bulan April hingga Mei 2019. Teknik penentuan sample yang digunakan peneliti adalah Non Probability Sampling, dengan metode yang dipilih adalah metode sensus. Peneliti menggunakan metode tersebut karena menurut survey di lapang, masyarakat yang melakukan sistem pertanian perkotaan di Kelurahan Pengadegan adalah sebanyak 50 orang. Pertanian perkotaan yang diterapkan di Kelurahan Pengadegan telah berlangsung sejak bulan April 2017. Berawal dari gagasan salah seorang ketua RT 01/RW 01, yakni Bapak Saparno. Sistem pertanian perkotaan yang diterapkan yakni sebagian besar menggunakan sistem hidroponik dengan verticulur farming dan menggunakan lahan pekarangan yang dimiliki seluas 1 – 2 m2. Komoditas yang rata-rata ditanam responden adalah pakcoy, sawi, selada, kangkung dan cabai rawit. Alasan utama responden menerapkan pertanian perkotaan adalah rata-rata untuk menambah pendapatan, walau kenyataannya belum demikian. Karakteristik responden yang dominan dalam menerapkan usahatani perkotaan di Kelurahan Pengadegan adalah responden dengan usia 29 – 38 tahun sebanyak 18 responden, berjenis kelamin perempuan sebanyak 28 responden, dengan tingkat pendidikan terakhir SMA/SMK sebanyak 27 responden, pekerjaan responden cenderung sebagai PNS/PS/Karyawan/Buruh sebesar 19 responden,ii dengan jumlah anggota keluarga 3 orang sebanyak 19 responden, luas lahan yang digunakan sebesar 1 m2 dan sudah melakukan kegiatan usahatani selama satu tahun. Kegiatan usahatani perkotaan yang dilakukan di Kelurahan Pengadegan telah layak secara finansial. Dengan nilai R/C Rasio komoditas pakcoy sebesar 1,42 (>1), komoditas sawi putih 1,79 (>1), komoditas selada 1,82 (>1), komoditas kangkung sebesar 1,71 (>1) dan komoditas cabai rawit sebesar 3,07 (>1). Dengan keuntungan komoditas pakcoy sebesar Rp. 166.637/10 gr benih/tahun, komoditas sawi putih sebesar Rp. 279.125/10 gr benih/tahun, komoditas selada sebesar Rp. 223.574/10 gr benih/tahun, komoditas kangkung sebesar Rp. 254.146/10 gr benih/tahun dan komoditas cabai rawit sebesar Rp. 415.906/10 gr benih/tahun. Berdasarkan hasil analisis didapatkan rata-rata kontribusi usahatani terhadap pendapatan rumah tangga secara keseluruhan didapatkan sebesar 4%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa kontribusi usahatani terhadap pendapatan rumah tangga masih sangat kurang. Kontribusi yang sangat kurang ini salah satunya disebabkan oleh pendapatan non usahatani yang lebih tinggi dari pendapatan usahatani. Untuk permasalahan usahatani perkotaan yang dialami adalah budidaya yakni cuaca yang tidak menentu membuat tanaman menjadi rusak atau tidak dapat dipanen, kurangnya bantuan pemerintah diantaranya dalam hal penyuluhan menyebabkan kurangnya informasi yang dimiliki responden. Serta masalah pemasaran, rendahnya hasil produksi membuat pemasaran produk terbatas. Sedangkan manfaat yang dirasakan responden selama menerapkan pertanian perkotaan yang paling dominan adalah pertanian perkotaan dapat memanfaatkan lahan kosong dan menciptakan pemandangan yang indah dan rasa nyaman.

English Abstract

The conversion of agricultural land is a common problem in urban areas. This is caused by an increase in population. According to the Central Bureau of Statistics (2017) the increase in the population of Indonesia in urban areas increases by around 1.36% annually, this has an impact on the problems of the food sector and the economy. In urban areas, the available land should not all be covered by buildings or infrastructure, but there should be an open area commonly called Green Open Space, it has been written in the Law of Republic of Indonesia. One of the urban areas that has not reach the recommendation of green open space presentation is DKI Jakarta. One possible solution is to implement urban farming. The application of urban farming can overcome regional problems such as food availability in urban areas, poverty and lack of green parks and open areas. One area that has implemented urban agriculture is Pengadegan Village, South Jakarta. This study aims to (1) Describe the characteristics of Urban Farming in Pengadegan Village, South Jakarta, (2) Analyze the feasibility of Urban Farming in Pengadegan Village, South Jakarta, (3) Analyze the contribution of Urban Agriculture to household income in Pengadegan Village, South Jakarta. This research was located at Pengadegan Village, Pancoran, South Jakarta. The research location was determined purposively based on the considerations in that that village had implemented urban agriculture, so it would be easier to find out the feasibility analysis and income contribution. This research was conducted in April to May 2019. The technique of determining the sample used by researchers was the Non Probability Sampling, with the method chosen was the census method. The researcher used this method because according to the field survey, there were 50 people who carried out urban farming systems in the Pengadegan Village. Urban farming which is implemented in Pengadegan Village has been held since April 2017. Starting from the idea of one of the leaders of RT 01 / RW 01, namely Mr. Saparno. Most of them use a hydroponic system with verticulur farming and use their own land area of 1-2 m2. The commodity planted by respondents is pakcoy, chinese cabbage, lettuce, kale and chilli. The main reason for respondents applying urban farming is for increasing income, even though it doesn’t match reality. The dominant characteristics of respondents in implementing urban farming in Pengadegan Village are respondents with ages 29 - 38 as many as 18 respondents, female gender as many as 28 respondents, with the last education level of High School as many as 27 respondents, occupation of respondents tend to be Employees / Labor is 19 respondents, with the number of family members of 3 people as many as 19 respondents, the area of land used is 1 m2 and has been conducting farming activities for one year. Urban farming activities carried out in Pengadegan Village were financially feasible. With the value of R / C ratio of pakcoy commodity is 1,42 (> 1), white chinese cabbage feasible at 1,79 (> 1), lettuce commodities feasible at 1,82 (> 1), kangkung commodities feasible at 1,71 (> 1) and chilli feasible at 3,07 (> 1). With pakcoy commodity profits of Rp. 166.637/10 gr seeds/year, white mustard commodities of Rp. 279.125/10 gr seeds/year, lettuce commodities of Rp.iv 223.574/10 gr seeds/year, water spinach commodity Rp. 254.146/10 gr seeds/year and commodity of chilli is Rp. 415.906/10 gr seeds/year. Based on the results of the analysis, it was found that the average contribution of farming to the overall household income was 4%. This value indicates that the contribution of farming to household income is still lacking. This lack contribution is caused by non-farming income which is higher than farming income. For urban farming problems that are experienced are cultivation, which is uncertain weather making plants damaged or unable to be harvested. The lack of government assistance, such as counseling, caused a lack of information. As well as marketing problems, the low production results make product marketing is limited. While the most dominant benefits felt by respondents during the implementation of urban farming are urban farming can utilize empty land and creating beautiful scenery

Other obstract

-

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FP/2019/245/051906988
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 635 Garden crops (Horticulture) > 635.9 Flowers and ornamental plants > 635.97 Other groupings of ornamental plants
Divisions: Fakultas Pertanian > Sosial Ekonomi Pertanian
Depositing User: Nur Cholis
Date Deposited: 10 Nov 2020 10:07
Last Modified: 22 Oct 2021 03:01
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/172968
[thumbnail of FIERHANY AGIA LADITA (2).pdf]
Preview
Text
FIERHANY AGIA LADITA (2).pdf

Download (4MB) | Preview

Actions (login required)

View Item View Item