Analisis Potensi Pemenuhan Standar Terhadap Ekstensifikasi Barang Kena Cukai Minuman Ringan Berpemanis (Studi Pada Badan Kebijakan Fiskal, Direktorat Jenderal Bea Cukai Pusat, Dan Kementerian Kesehatan Ri)

Sekarleta, Angelica Septyolla (2019) Analisis Potensi Pemenuhan Standar Terhadap Ekstensifikasi Barang Kena Cukai Minuman Ringan Berpemanis (Studi Pada Badan Kebijakan Fiskal, Direktorat Jenderal Bea Cukai Pusat, Dan Kementerian Kesehatan Ri). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Cukai adalah pungutan negara yang dikenakan terhadap barang-barang tertentu yang mempunyai sifat atau karakteristik yang telah ditentukan. Cukai dikenakan atas suatu barang tertentu yang memiliki eksternalitas negatif sebagai bentuk pengawasan dan pembatasan suatu barang tersebut. Melalui ekstensifikasi objek cukai, pemerintah ingin meningkatkan peranan cukai sebagai alat pengawasan dan pengendalian sekaligus meningkatkan penerimaan negara dari sektor cukai, walaupun penerimaan negara memang bukan tujuan utama dari diberlakukannya ekstensifikasi cukai. Jumlah Barang Kena Cukai di Indonesia saat ini, sangat jauh tertinggal dibandingkan negara lain yang telah berhasil mengenakan cukai atas komoditi yang lebih beragam temasuk minuman ringan berpemanis. Tren budaya mengkonsumsi minuman ringan berpemanis di berbagai kalangan usia yang tinggi menyebabkan munculnya isu kesehatan dimana tingkat penyakit tidak menular di Indonesia tinggi khususnya diabetes dan obesitas serta dampak BPJS yang defisit karena pembengkakan biaya di bidang kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemenuhan standar minuman ringan berpemanis sebagai bahan esktensifikasi Barang Kena Cukai di Indonesia yang dilihat dari sisi kebijakan cukai, benchmark negara lain, potensi penerimaan negara, dan potensi peningkatan kesehatan akibat dampak negatif yang ditimbulkan oleh minuman ringan berpemanis khususnya penyakit tidak menular. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif dengan metode deskriptif dan pendekatan studi kasus. Pengumpulan data diperoleh melalui wawancara dengan pihak BKF, DJBC Pusat, dan Kemenkes RI;dokumentasi;dan studi kepustakaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa minuman ringan berpemanis memenuhi standar sebagai bahan ekstensifikasi BKC di Indonesia. Terkait kebijakan cukai, minuman ringan berpemanis memenuhi standar karakteristik BKC sesuai dengan Undang-Undang Nomor 39 tahun 2007 syarat a, b, dan c walaupun syarat b tidak terlalu signifikan, administrasi cukai berdasarkan benchmark negara lain juga masih sesuai dengan Undang-Undang di Indonesia. Benchmark yang digunakan dalam penelitian ini adalah negara Thailand dan Meksiko. Minuman ringan berpemanis juga berpotensi menyumbang penerimaan negara khususnya penerimaan cukai yang dapat dialokasikan untuk dana kesehatan sehingga prevalansi penyakit-penyakit tidak menular yang disebabkan oleh minuman ringan berpemanis akan menurun.

English Abstract

Excise is a state levy imposed on certain items that have predetermined characteristics or characteristics. Excise is imposed on a particular item that has a negative externality as a form of supervision and limitation of an item. Through extensification of excise objects, the government wants to increase the role of excise as a means of supervision and control while increasing state revenues from the excise sector, even though state revenues are not the main goal of the implementation of excise tax. The current amount of excise tax in Indonesia is far behind compared to other countries that have successfully imposed excise on more diverse commodities including Sugar Sweetened Beverages. The cultural trend of consuming soft drinks sweetened at various age groups has led to the emergence of health issues where the level of noncommunicable diseases in Indonesia is high, especially diabetes and obesity and the impact of BPJS is a deficit due to swelling costs in the health sector. This research aims to analyze the fulfillment of sweetened soft drink standards as an ingredient for excise excise goods in Indonesia, which is seen from the side of excise policy, benchmarking other countries, potential state revenues, and potential health improvements due to negative impacts caused by soft drinks, especially non-communicable diseases . The type of research used is a type of qualitative research with descriptive methods and a case study approach. Data collection was obtained through interviews with the BKF, the Central DJBC, and the Indonesian Ministry of Health, documentation, and library studies. The results of this study indicate that sweetened soft drinks meet the standards as an extension of BKC in Indonesia. Regarding the excise policy, soft drinks with sweeteners meet BKC characteristic standards in accordance with Law Number 39 of 2007, conditions a, b, and c even though the b conditions are not too significant, excise administration based on benchmarks of other countries is still in accordance with the Law in Indonesia. Benchmarks used in this study were Thailand and Mexico. Sweetened soft drinks also have the potential to contribute to state revenues, especially excise revenues, which can be allocated to health funds so that the prevalence of non-communicable diseases caused by soft drinks will decrease

Other obstract

-

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FIA/2019/193/051906149
Uncontrolled Keywords: Cukai, Ekstensifikasi, Minuman Ringan Berpemanis, Excise, Extensification, Sugar Sweetened Beverages
Subjects: 300 Social sciences > 382 International commerce (Foreign trade) > 382.7 Tariff policy
Divisions: Fakultas Ilmu Administrasi > Ilmu Administrasi Bisnis / Niaga
Depositing User: Nur Cholis
Date Deposited: 27 Oct 2020 10:56
Last Modified: 27 Oct 2020 11:12
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/172804
Full text not available from this repository.

Actions (login required)

View Item View Item