Analisa Banjir Akibat Keruntuhan Bendungan Wonorejo dengan Menggunakan HEC-RAS

Pramono, Agung (2019) Analisa Banjir Akibat Keruntuhan Bendungan Wonorejo dengan Menggunakan HEC-RAS. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Bendungan Wonorejo merupakan bendungan urugan non homogen yang dibangun pada tahun 1992, salah satu pemanfaatannya untuk mereduksi banjir di DAS Wonorejo dan DAS Segawe. Keruntuhan Bendungan Wonorejo dapat disebabkan karena overtopping dan piping. Maka perlu dilakukan studi analisa keruntuhan bendungan (Dam Break Analysis) yang nantinya dapat diketahui bencana serta wilayah-wilayah yang terkena dampak bencana. Analisa keruntuhan bendungan ini dengan menggunakan program HEC-RAS versi 5.0.3. Analisa dan simulasi keruntuhan bendungan merupakan bentuk upaya pencegahan secara teknis dan politik, dimana tertulis didalam peraturan dan undang-undang terkait oleh dokumen keamanan dan dokumen RTD bendungan. Dalam Studi ini, menggunakan 4 stasiun hujan, yaitu Stasiun Hujan Paingan, Stasiun Hujan Sendang, Stasiun Hujan Pagerwojo, dan Stasiun hujan Sumberpandan. Sebelum data hujan dipakai, data hujan tersebut diuji konsistensinya dengan metode kurva massa ganda. Selanjutnya mencari hujan rerata daerah menggunakan metode Polygon Thiessen. Untuk dapat menentukan besarnya curah hujan rancangan, metode yang dipakai dalam perhitungan adalah Distribusi Gumbel dan Log Pearson III. Kemudian diuji kesesuaian distribusi dengan 2 metode yaitu uji Smirnov-Kolmogorov dan uji Chi-Square. Setelah melakukan perhitungan uji kesesuaian, langkah selanjutnya menghitung debit banjir rancangan dengan HSS Nakayasu yang didapatkan debit inflow Q1000 sebesar 480,625 m3/det, dan QPMF sebesar 827,725 m3/det. Selanjutnya menghitung penelusuran banjir (flood routing) pada pelimpah ketika QPMF dengan hasil Outflow sebesar 520,766 m3/det dengan elevasi berada di +184,666 m. Dari hasil simulasi yang dilakukan menggunakan program HEC-RAS versi 5.0.3, keruntuhan overtopping merupakan peyebab keruntuhan Bendungan Wonorejo yang menimbulkan dampak paling besar dengan debit QPMF menghasilkan luas genangan sebesar 1879,08 ha dengan tinggi genangan maksimum sebesar 46,14 m dan kecepatan maksimum sebesar 16,05 m/s. Akibat dari keruntuhan Bendungan Wonorejo ini terdapat 47 desa di 9 kecamatan dengan total penduduk sebanyak 226659 jiwa di bagian hilir Bendungan Wonorejo yang terkena dampak resiko genangan. Selanjutnya adalah perhitungan analisa kerugian yang ditimbulkan akibat keruntuhan Bendungan Wonorejo sesuai dengan pedoman. Dari 47 desa yang terdampak akibat keruntuhan bendungan total kerugian mencapai Rp 664,065,207,220.

English Abstract

The Wonorejo Dam is a non homogeneous dam was built in 1992, one of its function is to reduce flooding in the Wonorejo watershed and Segawe watershed. The dam break of the Wonorejo Dam can be caused by overtopping and piping. Then it is necessary to do a dam break analysis study which will be able to find out the disaster and affected areas. Analyze the dam break using the HEC-RAS program version 5.0.3. Analysis and simulation of dam break is a form of technical and political prevention efforts, which are written in regulations and laws related to security documents and RTD document of dam. In this study, using 4 rain stations, namely the Paingan Rain Station, Sendang Rain Station, Pagerwojo Rain Station, and Sumberpandan Rain Station. Before the rain data was used, the rainfall data was tested for consistency with a double mass curve method. Next, just looking for regional average rainfall using the Polygon Thiessen method. To be able to determine the amount of rainfall design, the method used in the calculation is Gumbel Distribution and Log Pearson III. Then the suitability of the distribution was tested with 2 methods, namely Smirnov-Kolmogorov test and Chi-Square test. After calculating the suitability test, the next step is to calculate the design flood discharge with Nakayasu HSS which obtained Q1000 inflow discharge of 480.625 m3/sec, and QPMF of 827.725 m3/sec. Next, calculating flood routing on spillway when QPMF with the result of the Outflow is 520,766 m3/sec with an elevation at +184,666 m. From the result of simulations which carried out using the HEC-RAS version 5.0.3 program, the overtopping was the cause of the dam break of the Wonorejo Dam which caused the greatest impact with the QPMF discharge resulting in inundation area of 1879.08 ha with maximum inundation of 46.14 m and maximum amounting to 16.05 m/s. As a result of the dam break of the Wonorejo Dam there were 47 villages in 9 sub-districts with a total population of 226.659 in the lower reaches of the Wonorejo Dam affected by the risk of inundation. Next is the calculation of the analysis of the losses caused by the dam break of the Wonorejo Dam in accordance with the guidelines. From the 47 villages affected by the dam break, the total loss is about 664,065,207,220 rupiahs.

Other obstract

-

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FT/2019/368/051904964
Uncontrolled Keywords: Bendungan Wonorejo, keruntuhan bendungan. overtopping, piping, HEC-RAS, Wonorejo Dam, Dam Break. Overtopping, Piping, HEC-RAS
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 627 Hydraulic engineering > 627.4 Flood control
Divisions: Fakultas Teknik > Teknik Pengairan
Depositing User: Budi Wahyono Wahyono
Date Deposited: 05 Aug 2020 07:29
Last Modified: 05 Aug 2020 07:29
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/172718
Full text not available from this repository.

Actions (login required)

View Item View Item