Putri, Ananda Aimee Alysa (2019) Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Tataniaga Ubi Kayu (Manihot esculenta) di Desa Galuga, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Ubi kayu (Manihot esculenta) merupakan salah satu komoditas tanaman pangan jenis umbi-umbian yang banyak digemari oleh masyarakat. Ubi kayu memiliki berbagai macam kegunaan, seperti bahan makanan manusia, pakan ternak, maupun bahan industri. Salah satu daerah penghasil ubi kayu keempat terbesar di Jawa Barat adalah Kabupaten Bogor. Sentra produksi ubi kayu terbesar di Kabupaten Bogor terletak di Kecamatan Cibungbulang. Diantara 15 Desa yang ada di Kecamatan Cibungbulang, Desa Galuga merupakan desa yang memiliki nilai produktivitas yang tinggi. Produktivitas yang tinggi tersebut tidak selaras dengan produksi yang dihasilkan. Produksi ubi kayu di Desa Galuga sebesar 621 ton dengan luas panen 28 hektar dan produktivitasnya mencapai 29,3 ton/ha (BPS Kabupaten Bogor, 2016). Jika dilihat dari angka produktivitas ubi kayu Kabupaten Bogor pada tahun 2016 sebesar 25,54 ton/ha dan produktivitas ubi kayu nasional tahun 2018 sebesar 24,6 ton/ha, angka produktivitas ubi kayu di Desa Galuga dapat melebihi produktivitas Kabupaten Bogor bahkan nasional. Rata-rata harga pembelian ubi kayu di Kecamatan Cibungbulang sebesar Rp1.500/kg. Produksi usahatani ubi kayu juga dipicu oleh masalah yang beragam. Masalah yang paling utama dirasakan petani adalah harga yang tidak menentu dan tidak sebanding dengan kenaikan harga input seperti pupuk dan input-input lainnya. Rata-rata harga pembelian ubi kayu di Desa Galuga sebesar Rp1.500/kg. Harga tersebut pun dapat berfluktuatif tergantung dengan permintaan pasar. Jika harga jual ubi kayu menurun hingga Rp 700/kg maka sebagian besar petani tidak akan memanen hasil budidayanya. Melainkan ubi kayu tersebut tetap ada di dalam tanah dan dibiarkan hingga busuk. Hal tersebut yang menjadikan hasil produksi ubi kayu di Desa Galuga menjadi rendah. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Menganalisis pengaruh faktor produksi, yaitu lahan, stek, HOK, pupuk kandang, pupuk ponskha dan pupuk tsp terhadap hasil produksi ubi kayu di Desa Galuga, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, 2) Mendeskripsikan saluran tataniaga yang ada di Desa Galuga, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor dan 3) Menganalisis margin pemasaran dan farmer’s share yang di hasilkan setiap lembaga pemasaran. Penelitian ini dilakukan di Desa Galuga, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor pada bulan Desember 2018 hingga Februari 2019. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini menggunakan dua teknik penentuan responden yaitu sensus sampling untuk analisis faktor produksi dan snowball i sampling untuk analisis saluran tataniaga. Jumlah responden pada penelitian ini terbagi dua untuk analisis faktor produksi sebanyak 32 orang dan analisis saluran tataniaga sebanyak 8 orang. Metode pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Pada analisis faktor produksi data dianalisis menggunakan metode OLS dengan metode fungsi produksi Cobb-Douglas dengan variabel dependen jumlah produksi dan lima variabel independen yaitu luas lahan, jumlah stek, jumlah HOK, jumlah pupuk kandang, jumlah pupuk ponskha dan jumlah pupuk tsp. Pada analisis saluran tataniaga menggunakan analisis margin pemasaran dan farmer’s share. Hasil penelitian menunjukkan secara statistik berdasarakan analisis regresi, faktor produksi luas lahan (X1) dan jumlah stek (X2) memiliki pengaruh yang erat dengan variabel jumlah produksi ubi kayu. Sedangkan jumlah HOK (X3), jumlah pupuk kandang (X4), jumlah pupuk ponskha (X5) dan jumlah pupuk tsp (X6) memiliki hubungan yang lemah dengan variabel jumlah produksi ubi kayu (Y). Pada analisis saluran tataniaga didapatkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga saluran tataniaga ubi kayu di Desa Galuga, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, yaitu: 1) Saluran I: Petani - Pedagang Pengecer – Konsumen, 2) Saluran II: Petani – Tengkulak - Pedagang Besar - Pedagang Pengecer – Konsumen dan 3) Saluran III: Petani – Tengkulak – Pedagang Industri Keripik. Berdasarkan analisis margin pemasaran, saluran pemasaran III memiliki margin terkecil yaitu sebesar Rp 1.000, sedangkan saluran pemasaran II memiliki margin pemasaran terbesar yaitu Rp 4.000. Selaras dengan hasil margin pemasaran, nilai farmer’s share terbesar atau bagian harga terbesar yang diterima petani ada pada saluran pemasaran III yaitu sebesar 60%. Sedangkan nilai farmer’s share terkecil atau bagian harga terkecil yang diterima petani ada pada saluran pemasaran II yaitu sebesar 33,3%. Secara analisis margin pemasaran dan farmer’s share saluran pemasaran I lebih menguntungkan untuk petani dan saluran pemasaran III merupakan saluran yang paling tidak menguntungkan untuk petani ubi kayu di Desa Galuga dikarenakan merupakan pembagian harga terkecil yang diterima petani.
English Abstract
assava (Manihot esculenta) is one of the food crops of tubers which is popular with the community. Cassava has a variety of uses, such as human food, animal feed, and industrial materials. One of the fourth largest cassava producing areas in West Java is Bogor Regency. The biggest center for cassava production in Bogor Regency is located in Cibungbulang District. Among the 15 villages in Cibungbulang Subdistrict, Galuga Village is a village that has high productivity values. High productivity is not in harmony with the production produced. The production of cassava in Galuga Village is 621 tons with a harvest area of 28 hectares and its productivity reaches 29.3 tons / ha (BPS, Bogor Regency, 2016). If seen from the productivity of cassava in Bogor Regency in 2016 amounted to 25.54 tons / ha and the national cassava productivity in 2018 was 24.6 tons / ha, the productivity rate of cassava in Galuga Village could exceed the productivity of Bogor Regency and even nationally. The average purchase price of cassava in Cibungbulang Subdistrict is Rp1,500 / kg. Production of cassava farming is also triggered by various problems. The problem that most farmers feel is that prices are erratic and not comparable to increases in input prices such as fertilizers and other inputs. The average purchase price of cassava in Galuga Village is Rp1,500 / kg. The price can fluctuate depending on market demand. If the selling price of cassava decreases to Rp. 700 / kg, most farmers will not harvest their crops. But the cassava remains in the soil and is left to rot. This makes the cassava production in Galuga Village low. The objectives of this study are: 1) Analyzing the influence of production factors, namely land, cuttings, HOK, manure, ponskha fertilizer and tsp fertilizer on cassava production in Galuga Village, Cibungbulang Subdistrict, Bogor Regency, 2) Describing existing trading channels in Galuga Village, Cibungbulang Subdistrict, Bogor Regency and 3) Analyzing marketing margins and farmer's share generated by each marketing agency. This research was conducted in Galuga Village, Cibungbulang District, Bogor Regency in December 2018 to February 2019. The type of research used in this study is a quantitative approach. This study uses two respondent determination techniques, namely census sampling for factor production analysis and snowball sampling for trading channel analysis. The number of respondents in this study was divided into two factors for the analysis of production as many as 32 people and analysis of the trading channel as many as 8 people. The method of data collection is done through observation, interviews, and documentation. In the analysis of production factors the data were analyzed using the OLS method with the Cobb-Douglas production function iii method with the dependent variable number of production and five independent variables namely land area, number of cuttings, number of HOK, amount of manure, number of fertilizer and tsp fertilizer. In the trading channel analysis use marketing margin analysis and farmer's share. The results showed statistically based on regression analysis, the factor of land area production (X1) and the number of cuttings (X2) had a close influence with the variable amount of cassava production. While the number of HOK (X3), the amount of manure (X4), the amount of ponskha fertilizer (X5) and the amount of tsp fertilizer (X6) have a weak relationship with the variable amount of cassava production (Y). In the trading channel analysis, the results showed that there were three cassava channels in Galuga Village, Cibungbulang District, Bogor Regency, namely: 1) Channel I: Farmers - Retailers - Consumers, 2) Channels II: Farmers - Middlemen - Wholesalers - Retailers - Consumers and 3) Channel III: Farmers - Brokers - Chips Industry Traders. Based on marketing margin analysis, marketing channel III has the smallest margin of Rp.1,000, while marketing channel II has the largest marketing margin of Rp.4,000. In line with the results of marketing margins, the largest farmer's share value or the largest share of prices received by farmers is on marketing channel III, which is equal to 60%. While the smallest farmer share value or the smallest part of the price received by farmers is on marketing channel II which is 33.3%. In the analysis of marketing margins and farmer 's marketing channel share I is more profitable for farmers and marketing channel III is the most unprofitable channel for cassava farmers in Galuga Village because it is the smallest price distribution received by farmers.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FP/2019/62/051906724 |
Uncontrolled Keywords: | - |
Subjects: | 300 Social sciences > 338 Production > 338.1 Agriculture > 338.14 Factors affecting production |
Divisions: | Fakultas Pertanian > Sosial Ekonomi Pertanian |
Depositing User: | Endang Susworini |
Date Deposited: | 18 Aug 2020 02:59 |
Last Modified: | 18 Aug 2020 02:59 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/172642 |
Actions (login required)
View Item |