Collaborative Governance dalam Inovasi program SMART Health (Studi pada Desa Sepanjang Kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang

Andryani S, Whindy Dwi (2019) Collaborative Governance dalam Inovasi program SMART Health (Studi pada Desa Sepanjang Kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar (2018), penyakit kardiovaskular merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi sejak tahun 2013 dan terus meningkat hingga tahun 2018. Sehingga, pemerintah bersama dengan beberapa stakeholder mengembangkan inovasi yang disebut SMART Health. Sebuah program akan berjalan baik apabila terdapat keterlibatan secara aktif dari setiap pelaku dalam sebuah hubungan yang disebut dengan collaborative governance. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik observasi, dokumentasi, serta wawancara kepada 7 informan yang teribat langsung dalam proses kolaborasi dalam program SMART Health. Hasil Penelitian yang menggunakan kepustakaan model collaborative governance oleh Ansell dan Gash (2007), terdiri dari 4 variabel. Pertama kondisi awal, dalam pelaksanaannya terdapat pelaku yang mendominasi seperti Universitas Brawijaya yang diwakilkan Tim SMART Health dan Dinas Kesehatan Kabupaten Malang. Program SMART Health merupakan program ujicoba, sehingga semua anggaran pengembangan program berasal dari dana hibah oleh George Institute. Dana hibah tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan program serta insentif untuk setiap pelaku kolaborasi. Awal pengembangan ditemukan beberapa kendala yang mana dapat diatasi dengan rasa saling percaya. Kedua desain institusi, karena program ujicoba, maka program SMART Health belum memiliki aturan hukumnya. Ketiga proses kolaborasi, dimulai dengan pertemuan rutin yang dilakukan setiap pelaku kolaborasi program SMART Health yang dapat membangun kepercayaan serta membentuk komitmen dari sebuah pemahaman yang sama, sehingga SMART health mendapatkan penghargaan dan berencana memperluas daerah intervensi program dari 4 desa menjadi 100 desa. Keempat kepemimpinan fasilitatif, setelah dana hibah terhenti dan ujicoba berakhir, program SMART Health diambil alih oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Malang. Terakhir outcomes, setiap pelaku kolaborasi telah memiliki rasa saling percaya dan hubungan saling ketergantungan antara satu dengan yang lainnya. Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa proses kolaborasi dari program SMART Health di Desa Sepanjang Kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang telah berjalan dengan baik meskipun terdapat beberapa kendala, namun masih dapat teratasi sebab setiap pelaku kolaborasi telah memiliki rasa saling percaya dan saling ketergantungan anatra satu sama lain.

English Abstract

Based on Basic-Health Research Data (2018), cardiovascular disease is one of the highest causes of death since 2013 and increased until 2018. Thus, the government with several stakeholders developed an innovation called SMART Health. A program will work well if there is an active involvement of each actor in a relationship called collaborative governance. This study uses a qualitative approach with a case study method. In data collection, researcher uses observation technique, documentation, and interviews to 7 informants who are directly involved in the collaboration process in SMART Health program. The result of research is using collaborative governance models literature by Ansell and Gash (2007), consist of 4 variable. First starting condition, in its implementation there are dominating actors such as University of Brawijaya who are represented by SMART Health team and Malang District Health office. SMART Health program is a pilot program, so all program development budgets come from grants by George Institute. The grant is used to fulfill program needs and incentives for each collaborator. Early development found several obstacles which can e overcome with mutual trust. Second institutional design, because of the pilot program, SMART Health doesn’t have its own legal rules. Third collaborative process, start from regular meeting conducted by each SMART Health collaborator who can build trust and form a commitment from a common understanding, so SMART Health received an award and plans to expand the intervention area from 4 villages to 100 villages. Fourth facilitative leadership, after the grant was stopped and the trial ended, SMART Health program was taken by the Malang District Health Office. Last outcomes, each collaborator has mutual and a relationship of interdependence with another. Based on the result of the study, it can be concluded that the collaboration process of SMART Health program in Sepanjang Village, Gondanglegi Sub-district, Malang Regency has gone well even though there are some obstacles, but it can still be overcome because every collaborator has mutual trust and interdependence between each other.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FIA/2019/236/051906184
Uncontrolled Keywords: Inovasi Kesehatan, Collaborative Governance, Program SMART Health-Health Innovation, Collaborative Governance, SMART Health Program.
Subjects: 300 Social sciences > 353 Specific fields of public administration > 353.6 Public administration of health services
Divisions: Fakultas Ilmu Administrasi > Ilmu Administrasi Publik / Negara
Depositing User: soegeng sugeng
Date Deposited: 17 Nov 2020 00:25
Last Modified: 21 Oct 2021 08:23
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/171956
[thumbnail of Whindy Dwi Andryani S.pdf]
Preview
Text
Whindy Dwi Andryani S.pdf

Download (7MB) | Preview

Actions (login required)

View Item View Item