Analisis Histopatologi Limfoid Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) yang Diinfeksi White Spot Syndrome Virus (WSSV)

Sutrisno, Gery Purnomo Aji (2019) Analisis Histopatologi Limfoid Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) yang Diinfeksi White Spot Syndrome Virus (WSSV). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Udang vaname (Litopenaeus vannamei) saat ini telah banyak dibudidayakan di Indonesia. Para pembudidaya sudah banyak beralih ke udang vaname karena merupakan komoditas ekspor serta memiliki permintaan pasar yang cukup tinggi, menurut Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap (2013) produksi udang vaname mengalami peningkatan yang cukup signifikan setiap tahunnya. Udang vaname juga memiliki kelemahan, salah satunya juga sering terserang berbagai penyakit. Menurut Arafani, et al. (2016), pada budidaya udang vaname kemunculan penyakit merupakan kerugian besar, berbagai penyakit akibat infeksi bakteri dan virus menyebabkan budidaya terganggu. Virus bercak putih atau white spot syndrome virus (WSSV) merupakan salah satu penyakit yang paling mengancam industri tambak udang dan di seluruh dunia. Penyakit WSSV pada udang menyebabkan gagal panen, menurunkan minat petambak untuk melakukan budidaya udang, serta mematikan tambak-tambak produktif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kerusakan pada sel organ limfoid udang vaname (Litopenaeus vannamei) yang diinfeksi White Spot Syndrome Virus (WSSV) melalui analisis histopatologi. Konsentrasi penyerangan WSSV adalah organ limfoid yang berfungsi sebagai penghasil getah bening dalam proses imunitas tubuh udang, hal inilah yang menyebabkan penurunan daya tahan tubuh udang sangat cepat jika terkena penyakit ini (Bower, 1996). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental. Menurut Jaedun (2011), Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dilakukan secara sengaja oleh peneliti dengan cara memberikan perlakuan tertentu terhadap subjek penelitian guna mengetahui suatu keadaan yang diteliti bagaimana akibat dari perlakuan. Perlakuan yang diberikan yaitu injeksi inokulum virus dengan dosis 102, 103, 104 dan kontrol tanpa injeksi inokulum virus. Kemudian dipelihara selama 3 hari. Selanjutnya dilakukan pengamatan gejala klinis dan histopatologi organ limfoid yang sudah diinfeksi virus dengan selang waktu 6 jam, 12 jam, 24 jam, 36 jam, 48 jam, 60 jam dan 72 jam. Hasil dari pengamatan histopatologi didapatkan pada organ limfoid mengalami kerusakan hipertropi yaitu membesarnya inti sel akibat serangan virus. Diambil kesimpulkan bahwa dosis 102 sudah menyebabkan kerusakan berat pada 48 jam pasca injeksi dan semakin tinggi dosis tingkat kerusakan organ dan kematian udang semakin tinggi. Hasil gejala klinis akibat infeksi WSSV pada 6 jam sampai 24 jam pada seluruh perlakuan udang sehat tidak menunjukan gejala sakit, kemudian pengamatan di 36 jam menunjukkan gejala kaki renang kemerahan dan berenang tidak terarah, di 48 jam pengamatan menunjukkan gejala kaki dan tubuh udang kemerahan dan berenang tidak terarah, dan pengamatan di 72 jam pasca infeksi menunjukkan gejala kaki dan tubuh udang kemerahan.

English Abstract

-

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FPIK/2019/405/051903962
Subjects: 500 Natural sciences and mathematics > 595 Arthropoda > 595.3 Crustacea > 595.38 Eucarida > 595.388 Natantia (Shrimps)
Divisions: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan > Manajemen Sumberdaya Perairan
Depositing User: Budi Wahyono Wahyono
Date Deposited: 24 Oct 2019 03:46
Last Modified: 27 Oct 2021 01:58
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/170425
[thumbnail of Gery Purnomo Aji Sutrisno (2).pdf]
Preview
Text
Gery Purnomo Aji Sutrisno (2).pdf

Download (3MB) | Preview

Actions (login required)

View Item View Item