Eksistensi Kearifan Lokal Tradisi Upacara Nadran Dalam Era Milenial Pada Masyarakat Pesisir Di Muara Angke, Jakarta Utara

Isanurcahyo, Ichtiar (2019) Eksistensi Kearifan Lokal Tradisi Upacara Nadran Dalam Era Milenial Pada Masyarakat Pesisir Di Muara Angke, Jakarta Utara. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Pesta laut atau upacara nadran adalah upacara tradisi nelayan di pesisir utara pulau Jawa yang sudah diselenggarakan sejak zaman nenek moyang, salah satunya terdapat di Muara Angke, Jakarta Utara. Penyelenggaraan tradisi upacara nadran setahun sekali, terutama menjelang saat datangnya musim yang baik bagi melayan untuk melaut mencari ikan. Namun, dengan maraknya budaya global (global culture) dan gaya hidup (life style) pop culture. Fenomena tersebut terjadi sebagai dampak dari arus globalisasi yang sudah tidak bisa dibendung lagi. Salah satu fenomena penting proses globalisasi telah menciptakan generasi gadget, istilah yang digunakan untuk menandai munculnya generasi milenial. Generasi milenial merupakan generasi yang dalam kehidupan sehariharinya bergantung pada teknologi gadget. Dengan kondisi tersebut maka, ketahanan bahkan kelangsungan hidup budaya nasional akan tetap ada dan berlanjut ke generasi-generasi selanjutnya atau tidak. Tujuan melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis tentang: (1) Sejarah tradisi upacara nadran pada masyarakat pesisir Muara Angke Jakarta Utara. (2) Perubahan sosial budaya yang terjadi pada masyarakat pesisir Muara Angke Jakarta Utara. (3) Eksistensi kearifan lokal tradisi upacara nadran pada masyarakat pesisir Muara Angke Jakarta Utara dan upaya masyarakat dalam melestarikan tradisi upacara nadran di Muara Angke Jakarta Utara. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan metode naturalistik dan penelitian historis. Metode naturalistik dapat disebut juga sebagai metode kualitatif. Alat pengumpul data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Jenis dan sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Key Informan penelitian dalam penelitian ini adalah masyarakat pesisir, ketua kelompok nelayan, pemuka agama, ketua pelaksana acara tradisi upacara nadran 2017, tokoh mayarakat dan lurah. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah menggunakan purposive sampling dan snowball sampling. Keabsahan data yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan triangulasi data. Adapun analisis data pada penelitian ini adalah menggunakan analisis deskriptif kualitatif model analisis interaktif miles dan huberman. Sejarah tradisi upacara nadran memang sudah ada sejak zaman nenek moyang. Sejarah tradisi upacara nadran di Muara Angke berawal pada tahun 200an tepatnya pada tahun 2005. Pada tahun 2005 pertama kali tradisi upacara nadran diselenggarakan oleh nelayan-nelayan Muara Angke. Awal mula masuknya tradisi upacara nadran Muara Angke berawal dari masyarakat pesisir atau nelayan Muara Angke rata-rata dari mereka bukan asli Jakarta. Nelayannelayan Muara Angke didominasi oleh nelayan yang berasal dari Indramayu dan Cirebon. Nelayan-nelayan yang berasal dari Indramayu dan Cirebon tersebut memiliki inisiatif untuk mengadakan tradisi upacara nadran di Muara Angke. Berdasarkan penelitian ini didapatkan tujuan dilaksanakan tradisi upacara nadran di Muara Angke ini sebagai berikut mensyukuri berkah dari Allah SWT atas kelimpahan hasil tangkapan yang didapatkan nelayan. Memohon keselamataniii para nelayan dalam mencari nafkah di laut dan keselamatan keluarga nelayan di rumah. Mengharapkan peningkatan hasil tangkapan pada tahun mendatang. Melestarikan tradisi nenek moyang. Pelaksanaan tradisi upacara nadran di Muara Angke Jakarta utara biasanya dilaksanakan pada saat hari maulid Nabi Muhammad SAW atau bulan agustus. Pelaksanaan tradisi upacara nadran ini dahulu dilaksanakan setahun sekali. Namun, akhir-akhir ini pelaksanaan tradisi upacara nadran ini tidak menentu tergantung permintaan dari nelayan serta tokoh-tokoh masyarakat di Muara Angke. Pelaksanaan rangkaian acara upacara nadran dilaksanakan selama tiga hari secara berrturut-turut paling cepat dilakukan selama dua hari. Proses melarung kepala kerbau tersebut berlangsung selama dua jam. Acara tradisi upacara nadran 2017 memiliki simbol-simbol yang sakral dalam perayaannya. Simbol-simbol tersebut memiliki arti atau makna yang berbeda-beda tergantung dari simbol yang di pakai. Tradisi upacara nadran ini terdapat simbolsimbol yang wajib ada dalam perayaan tradisi tersebut. Simbol-simbol wajib dan sering ada pada perayaan tradisi upacara nadran 2017 tersebut sebagai berikut: kepala kerbau, miniatur kapal, sesajen terdiri dari: nasi tumpeng, kelapa muda, bunga tujuh warna, jajanan pasar (buah-buahan dan sayuran). Perubahan sosial budaya masyarakat yang terjadi pada masyarakat pesisir Muara Angke atas diselenggarakan tradisi upacara nadran ini dapat dikatakan cukup signifikan. Perubahan sosial budaya yang terjadi pada masyarakat pesisir Muara Angke yaitu seperti keakraban masyarakat antar satu sama lain semakin erat, kesadaran dan kepedulian masyarakat sangat tinggi, keikutsertaan budaya dari luar jawa dalam acara tradisi upacara nadran, adanya pembacaan do’a secara islami pada acara tradisi upacara nadran dan semakin meningkatnya religius masyarakat. Upaya masyarakat dalam mempertahankan tradisi upacara nadran di Muara Angke ini masih belum sama sekali dilakukan. Upaya seperti penyampaian informasi mengenai tradisi upacara nadran ke generasi-generasi muda ini masih nihil belum ada. Berdasarkan hasil penelitian ini dengan diperkuat oleh pernyataan para responden atau sampel serta observasi lapang yang dilakukan oleh peneliti didapatkan bahwa eksistensi kearifan lokal tradisi upacara nadran pada masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut: kebijakan atau hukum adat yang mengikat masyarakat. Sosialisasi serta penyampaian informasi mengenai pelestarian budaya tradisi upacara nadran ke generasi muda. Dukungan dan kerjasama dari pemerintah setempat dan stakeholder terkait. Minat atau keinginan masyarakat. Modernisasi era milenial dengan teknologi (gadget) Faktor-faktor tersebut dapat memperaruhi eksistensi suatu budaya akan tetap eksis sampai sekarang atau tidak. Penelitian ini didapatkan bahwa tradisi upacara nadran di Muara Angke Jakarta Utara eksistensinya masih ada namun semakin menurun disebabkan oleh perubahan yang terjadi di masyarakat salah satunya akibat dari faktor-faktor tersebut. Peneliti mengajukan beberapa saran terbagi menjadi dua bagian yaitu saran akademis dan saran praktis sebagai berikut: saran akademis yaitu ditujukan untuk pemerintah, Lembaga akademisi, dan masyarakat. Saran praktis yaitu (1) Sejarah pelaksanaan tradisi upacara nadran di Muara Angke dapat mempengaruhi perubahan sosial dan budaya yang terjadi di masyarakat. Perubahan sosial dan budaya terjadi sangat signifikan dikarenakan adanya tradisi upacara nadran ini. Pelaksanaan tradisi upacara nadran ini memiliki nilai-nilai yang terdapat dalam setiap peristiwa budaya yang disajikan, sehingga perubahan yang terjadi memiliki nilai positif pada masyarakat. (2) Upaya pelestarian merupakan suatu hal penting dalam mempertahankan sesuatu yang dianggap itu sangat penting. Upayaiv pelestarian yang diutamakan adalah tertuju pada genarasi-generasi muda. Tradisi upacara nadran merupakan salah satu identitas budaya mayarakat pesisir yang harus terus dilestarikan oleh masyarakat. Upaya pelestarian yang harus dilakukan itu seperti sosialisasi penyampaian informasi ke masyarakat khususnya ke generasi-generasi muda sebagai penerus tradisi tersebut. Upaya pelestarian sangat penting agar eksistensi tradisi upacara nadran ini tetap berlangsung dan dikenal sampai kapanpun. (3) Eksistensi kearifan lokal dapat diketahui dengan melihat faktor-faktor yang terjadi dalam masyarakat. Cara untuk mengetahui eksistensi suatu kearifan lokal tidak hanya dilihat dari satu sisi yaitu pelaksanaan budaya tersebut. Namun, eksistensi kearifan lokal dapat dilihat dan diketahui dari beberapa faktor-faktor eksistensi lain sebagai berikut: kebijakan atau hukum adat yag mengikat masyarakat, dukungan dari pemerintah setempat serta stakeholder terkait, sosialisasi serta penyampaian informasi mengenai pelestarian budaya ke masyarakat khususnya generasi muda, minat atau keinginan masyarakat, dan modernisasi era milenial. Suatu budaya seperti kearifan lokal tradisi upacara nadran ingin tetap eksis dalam era yang semakin modern ini harus memperhatikan dan menjalankan faktor-faktor eksistensi tersebut dengan baik. Apabila faktorfaktor tersebut tidak dijalankan dengan baik maka, dapat dikatakan suatu budaya tersebut ekesistensi atau keberadaannya masih ada namun semakin menurun akibat perubahan yang terjadi pada faktor-faktor tersebut.

English Abstract

-

Other obstract

-

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FPIK/2019/151/051903190
Subjects: 300 Social sciences > 394 General customs > 394.4 Official ceremonies and observances
Divisions: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan > Sosial Ekonomi Agrobisnis Perikanan
Depositing User: Nur Cholis
Date Deposited: 28 Jul 2020 08:15
Last Modified: 25 Oct 2021 09:02
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/169936
[thumbnail of ICHTIAR ISANURCAHYO (2).pdf]
Preview
Text
ICHTIAR ISANURCAHYO (2).pdf

Download (2MB) | Preview

Actions (login required)

View Item View Item