Pola Perubahan Budaya Larung sesaji di Pantai Kenejran, Kelurahan Kenjeran, Kecamatan Bulak, Kota Surabaya, Jawa Timur

Anggraini, Wiji Dina (2019) Pola Perubahan Budaya Larung sesaji di Pantai Kenejran, Kelurahan Kenjeran, Kecamatan Bulak, Kota Surabaya, Jawa Timur. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari sekitar 17.000 pulau besar dan kecil serta 81.000 km garis pantai. Pulau tersebut membentang dari Sabang sampai Merauke mengandung ribuan sungai, danau, rawa, dan genangan air lainnya dengan potensi perikanan air tawar yang sangat besar. Masyarakat yang tinggal di daerah pesisir tentunya memiliki kebudayaan yang khas yang telah ia jaga sekian lama. Kebudayaan tidak lepas dari masyarakat, kebudayaan adalah cara dan manifestasi kehidupan mahluk manusia, kebudayaan adalah produk dari manusia. Masyarakat pesisir pantai kenjeran masih menjalankan tradisi Larung sesaji. Larung sesaji yang dilakukan sekarang ini berbeda dari zaman dulu, yang mana dulu membawa berbagai macam makanan di atas perahu dan dilarungkan sekarang kegiatan Larung sesaji di Pantai Kenjeran dengan membaca shalawat burdah di atas perahu dan istigosah. Tujuan dari penelitian untuk mendeskripsikan sejarah budaya Larung sesaji, eksistensi budaya, pola berubahan budaya dan dampak terhadap masyarakat pesisir Pantai Kenjeran,Kelurahan Kenjeran, Kecamatan Bulak, Kota Surabaya Penelitian Skripsi ini dilaksanakan di Pantai Kenjeran, Kelurahan Kenjeran, Kecamatan Bulak, Kota Surabaya pada bulan Desember 2018 sampai Januari 2019. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Pendekatan deskriptif kualitatif. Teknik pengambilan data melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Untuk penentuan responden atau narasumber menggunakan Purposive sampling. Budaya Larung sesaji mulai ada di Pantai Kenjeran ketika dulu nenek moyang mengalami dimana hasil tangkapan nelayan sedikit atau sepi. Sehingga, mereka berinisiatif melakukan ritual Larung sesaji di Pantai Kenjeran untuk memohon agar hasil tangkapan kembali seperti semula yaitu melimpah. Di Kejawan Lor sendiri terdapat seorang Kyai bernama Kyai Bukhori yang mana beliau dulu santri di Tebuireng Jombang. Beliau ini adalah pendiri masjid yang ada di Kejawan Lor gang 3. Kyai Bukhori ini bisa dibilang pembawa perubahan dengan dakwahnya tentang Islam di Kejawan lor. Beliau mulai menguatkan ajaran Islam dengan mendirikan masjid, mengajar ngaji, ceramah setelah shalat dan juga ceramah setiap malam jumat legi. Kehadiran beliau inilah yang merubah bahkan menghilangkan tradisi Larung sesaji ke shalawatan dan istighosah. Eksistensi budaya Larung sesaji di Pantai Kenjeran bisa dibilang masih eksis atau keberadaanya masih ada dan masih dilaksanakan tetapi perlu digaris bawahi bahwa sudah terjadi perubahan budaya masyarakatnya. Berubah menjadi acara shalwatan dan istigosah. Perubahan yang ada itu lebih ke cara masyarakat sekarang yang berkiblat dengan agamanya dan meninggalkan cara nenek moyangnya dulu mbak. Penyebabnya adalah masuknya agama Islam, mayoritas beragama Islam dan masyarakat sudah modern. Hubungan agama dengan kebudayaan sangatlah erat tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Upaya pelestarian yaitu rutin melaksanakan istigosah dengan semua kalangan jamaahnya, melaksanakan shalawatan di atas perahu dan tetap menjalankan kegiatan masyarakat yang sudah lama dilaksanakan seperti hias perahu, dorong perahu dan slametan perahu agar tidak terkikis hilang. Dampaknya adalah masyarakat semakin tinggi rasa kekeluargannya, adanya kelompok nelayan untuk berbagi informasi, nelayan juga paham akan menjaga kebersihan pantai, nelayan menggunakan alat tangkap yang tidak membahayakan ikan agar ikan di Pantai Kenjeran bisa terus berkembangbiak dan masyarakat mampu memanfaatkan hasil laut dengan baik agar menambah nilai jual. Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini untuk Pemerintah, harus mendukung adanya tradisi yang sudah lama dilakukan oleh masyarakat nelayan yang notabenenya mayoritas kegiatannya di pantai. Tradisi yang ada harus dipertahankan dengan rutin dilaksanakan semua elemen masyarakat dan pemerintah juga harus saling membantu sama lain. Tujuannya agar tradisi budaya yang ada tidak hilang karena berubah dengan adanya perubahan regenerasi penerusnya. Untuk masyarakat sebagai pelaku utama tradisi ini, harus konsisten atas apa yang ia lakukan dan percayai. Dengan begitu, mereka secara tidak langsung akan selalu menjaga tradisi budaya yang ada. Salah satumya, mengenalkan sejak dini kepada anak atau remaja setempat agar mengetahui budaya yang ada di daerahnya. Dengan begitu, budaya akan terus memiliki penerusnya ke depannya. Sebagai akademisi, sudah sebaiknya juga ikut berperan sebagai Agen of Change untuk masyarakat sekitar. Dimulai dengan hal kecil, yaitu mengetahui budaya apa saja yang ada diwilayahnya. Dengan memiliki pengetahuan dan kreatifitas, harus peduli dengan budaya yang ada salah satunya mendukung nelayan dengan menggelar perahu hias. Ini juga dapat membantu mengenalkan pihak luar dengan adanya sosial media agar budaya yang belum diketahui atau belum terekspos dapat menambah pengetahuan masyarakat luar Kenjeran, sehingga dapat menarik minatnya untuk berkunjung.

English Abstract

-

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FPIK/2019/250/051903247
Uncontrolled Keywords: -
Subjects: 300 Social sciences > 306 Culture and institutions > 306.4 Spesific aspects of culture
Divisions: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan > Agrobisnis Perikanan
Depositing User: soegeng sugeng
Date Deposited: 20 Jul 2020 05:12
Last Modified: 23 Oct 2021 06:18
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/169864
[thumbnail of Wiji Dina Anggraini.pdf]
Preview
Text
Wiji Dina Anggraini.pdf

Download (2MB) | Preview

Actions (login required)

View Item View Item