Aulia, Arriza Zuhdi (2018) The Refusal Strategies In Sundanese Performed By The Students Of Faculty Of Cultural Studies Brawijaya University In Daily Life. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Bahasa Sunda adalah bahasa lokal kedua yang paling banyak digunakan di Indonesia setelah bahasa Jawa. Menolak adalah salah satu tindakan tertentu yang juga dilakukan oleh para penutur bahasa Sunda dalam kehidupan sehari-hari mereka. Karena di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya juga terdapat banyak mahasiswa berbahasa Sunda, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis jenis-jenis strategi penolakan yang mereka lakukan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yakni analisis dokumen karena data yang diteliti merupakan bahan tertulis. Data penelitian ini adalah ujaran bahasa Sunda yang dihasilkan oleh sepuluh mahasiswa dari semua program studi di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya. Data dikumpulkan menggunakan Tugas penyelesaian percakapan tertulis (DCT) yang dikembangkan oleh Billmyer & Varghese (2000) yang dimodifikasi untuk mencapai tujuan penelitian. Data dianalisis dengan cara mengklasifikasikan jenis-jenis ucapan penolakan dari sepuluh mahasiswa berdasarkan teori Felix-Brasdefer (2008). Penelitian ini menemukan bahwa mahasiswa penutur bahasa Sunda Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya lebih suka menggunakan strategi tidak langsung daripada strategi langsung dan tambahan untuk penolakan. Salah satu kategori penolakan tidak langsung, alasan/penjelasan menjadi strategi yang paling banyak dilakukan sebanyak 74 kali. Diikuti oleh permintaan maaf/penyesalan yang juga merupakan kategori penolakan tidak langsung sebagai kategori paling banyak dilakukan kedua sebanyak 39 kali. Kedua strategi ini sering dikombinasikan oleh para peserta, menunjukkan bahwa ini adalah cara paling sopan untuk menolak keinginan lawan bicara dalam kehidupan sehari-hari mereka. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada 11 jenis strategi penolakan dalam bahasa Sunda yang digunakan oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya dalam kehidupan sehari-hari, yaitu: penolakan langsung (24 kali), penolakan yang dimitigasi (dua kali), alasan/penjelasan ( 74 kali), permintaan maaf/penyesalan (39 kali), alternatif (7 kali), penundaan (12 kali), ketentuan yang ditetapkan untuk penerimaan di masa depan/masa lalu (dua kali), penyiapan (9 kali), opini positif (sekali), kesediaan (sekali), terimakasih/penghargaan (12 kali). Peneliti menyarankan bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti jenis-jenis strategi penolakan pada bahasa lokal lainnya di Indonesia seperti Jawa, Madura, Banjar, dan sebagainya. Peneliti selanjutnya juga dapat menggunakan objek, teori, dan metode yang berbeda untuk penelitian mereka.
English Abstract
Sundanese is the second most spoken local language in Indonesia after Javanese. Refusing is one of certain acts that is also performed by Sundanese speakers in their daily lives. Since there are also many Sundanese speaking students at Faculty of Cultural Studies Brawijaya University, this study is conducted to analyze the types of refusal strategies performed by them in their daily lives. This study used qualitative approach namely document analysis since the data being analyzed were written materials. The data of this study were Sundanese utterances produced by ten students of all study programs at Faculty of Cultural Studies Brawijaya University. The data were gathered using Discourse Completion Task (DCT) developed by Billmyer & Varghese (2000) and modified to reach the objective. The data were analyzed by classifying the types of refusal utterances produced by ten students based on Felix-Brasdefer's (2008) theory. This study found that the Sundanese speaking students of Faculty of Cultural Studies Brawijaya University preferred using indirect strategies rather than the direct strategy and adjuncts to refusals. One of the indirect refusal categories, reason/explanation became the most performed strategy by 74 times. Followed by apology/regret which is also an indirect refusal category as the second most performed category by 39 times. These two strategies were often combined by the participants, indicating that this is the most polite way to refuse the interlocutor's desire in their daily lives. The conclusion of this study shows that there are 11 types of refusal strategies in Sundanese used by the students of Faculty of Cultural Studies Brawijaya University in daily life, namely: direct refusal (24 times), mitigated refusal (twice), reason/explanation (74 times), apology/regret (39 times), alternative (7 times), postponement (12 times), set condition for future/past acceptance (twice), preparator (9 times), positive opinion (once), willingness (once), gratitude/appreciation (12 times). The researcher suggests for the next researchers to identify the types of refusal strategies on other local languages in Indonesia such as Javanese, Madurese, Banjarese, and so on. They can also use different object, theory, and method for their researches.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FBS/2018/454/051812193 |
Uncontrolled Keywords: | strategi penolakan, bahasa Sunda, Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya / refusal strategies, Sundanese, Students of Faculty of Cultural Studies |
Subjects: | 400 Language > 499 Non-Austronesian languages of Oceania, Austronesian languages, miscellaneous languages > 499.22 Malayo-Polynesian languages of Indonesia, Malaysia, Singapore, Brunei, East Timor; Chamic languages > 499.223 2 Sunda (Sundanese) / Sundanese Language > 499 223 207 2 Sundanese language--Research |
Divisions: | Fakultas Ilmu Budaya > Bahasa dan Sastra Inggris |
Depositing User: | Endang Susworini |
Date Deposited: | 15 Apr 2020 13:43 |
Last Modified: | 17 Jun 2022 02:17 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/166645 |
Text
Arriza Zuhdi Aulia.pdf Download (1MB) |
Actions (login required)
View Item |