Adi, Mohammad Setya (2018) Manajemen Transportasi Alat Berat untuk Menghubungkan Kembali Jalan-Jalan yang Tertimbun Longsor Di Wilayah Pacitan. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Wilayah Pacitan memiliki zona kerentanan gerakan tanah yang tinggi, hal ini menyebabkan wilayah Pacitan memiliki potensi yang tinggi terhadap bencana longsor, terlebih ketika memasuki musim hujan. Pada akhir tahun 2017, tercatat 60 titik lokasi bencana longsor yang tersebar diseluruh wilayah Pacitan. Dimana dari 60 titik bencana ini, 34 titik bencana terjadi dalam kurun waktu dua hari, yakni tanggal 28 hingga 29 November 2017. Terjadinya bencana ini telah menutup bahkan merusak beberapa akses jalan, sehingga masyarakat kesulitan untuk menjangkau fasilitas umum. Bencana ini juga terjadi di jalan vital yang menyebabkan bantuan logistik sulit untuk menjangkau masyarakat. Besar kerusakan yang beragam dan tersebarnya titik-titik bencana, membuat penanganan dalam membuka titik-titik longsor menjadi lebih lama. Permasalahan ini menjadi lebih kompleks dikarenakan alat berat yang akan diterjunkan dalam penanganan hanya terbatas enam unit alat berat, yang memiliki kapasitas yang beragam dan kemampuan yang berbeda-beda. Sehingga dibutuhkan penerjunan alat berat untuk menangani bencana yang terjadi agar lebih efektif dan efisien, serta langkah-langkah dalam penerjunan alat berat tersebut dapat digunakan kembali ketika terjadi bencana di masa mendatang. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan algoritma yang perlu dikembangkan agar penanganan bencana berupa pembukaan jalan-jalan yang tertimbun longsor dapat berjalan lebih efektif dan efisien serta mengetahui bagaimana algoritma yang dikembangkan jika dihadapkan dengan permasalahan yang berbeda. Perhitungan diawali dengan mengetahui kondisi urutan penanganan, alat berat yang diterjunkan, lamanya waktu tempuh, lamanya penanganan, serta biaya yang dikeluarkan saat ini. Kemudian dilakukan pengembangan algoritma, dimana dalam penelitian ini dikembangkan dua algoritma. Algoritma pertama adalah modified christofides et al. algorithms dan algoritma kedua adalah algoritma yang dikembangkan oleh penulis dengan pendekatan yang sama seperti algoritma pertama, namun dengan melihat permasalahan yang dihadapi. Kedua algoritma ini nantinya akan menyelesaikan kondisi bencana yang terjadi saat ini, sebelum dilakukan pengujian terhadap tiga skenario yang nantinya dibuat. Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh bahwa algoritma 1 dan algoritma 2 lebih unggul dari kondisi penerjunan alat berat saat ini. Keduanya lebih unggul dari segi rute yang ditempuh, lamanya waktu tempuh, lamanya penanganan yang dilakukan, serta biaya yang dikeluarkan. Dari segi total waktu penerjunan, algoritma 1 lebih cepat 1.148,983 menit, sedangkan algoritma 2 lebih cepat 668,02 menit. Sedangkan dari segi total biaya, algoritma 1 dan 2 lebih murah Rp. 9.148.000,00. Jika hanya membandingkan antara algoritma 1 dengan algoritma 2 dalam menangani kondisi bencana saat ini, algoritma 1 dapat lebih baik dari algoritma 2. Namun hal ini tidak membuat algoritma 1 menjadi algoritma yang lebih unggul. Hal ini dikarenakan algoritma 2 dapat mendekati kondisi optimal meskipun tidak memiliki tahapan iterasi seperti algoritma 1. Sedangkan algoritma 1 jika tidak dilakukan tahap iterasi, memberikan hasil yang lebih jauh dari kondisi optimal. Hal inipun terjadi ketika dilakukan pengujian dari kedua algoritma tersebut terhadap tiga skenario yang dibuat.
English Abstract
The Pacitan region has a high vulnerability zone for land movement, which has caused it to have a high potential for landslides, especially in the rainy season. At the end of 2017, there were 60 landslide locations scattered throughout the Pacitan region. 34 disaster points occurred within two days, from 28 to 29 November 2017. The occurrence of this disaster has closed and even damaged several road accesses, thus caused difficulty to access public facilities. This also damaged the vital roads thus made it difficult for the logistic aids to reach the victims. Diverse damage amounts and landslide locations dotted about, make disaster handling become so long. The amount of damage and the diverse spread of disaster points makes handling in landslide points longer. This problem is more complex because the heavy equipment to be deployed in handling is only limited to six units of heavy equipment, which have varying capacities and different capabilities. Therefore, it takes a heavy equipment to handle the disaster in order to be more effective and efficient, and the steps in which the heavy equipment can be reused when a disaster occurs in the future. This study aims to determine the algorithms that need to be developed so that disaster handling in the form of opening roads buried by landslides can run more effectively and efficiently, and find out how algorithms developed when faced different problems. The calculation starts by knowing the existing situation of how handling order, what heavy equipments are deployed, how length of travel time, how length of handling and how much costs incurred. Then towards the development of algorithms, which in this study two algorithms were developed. The first algorithm is modified Christofides et al. algorithm and the second is algorithm developed by author with the same approach as the first algorithm, but by looking at the problems at hand. Both of these algorithms will be trying to deal with the existing disaster situations, before tests are conducted against the three scenarios that will be made later. Based on the results, obtained better results by using the first and the second algorithms when compared to existing handling conditions. Both are better of the route taken, the length of travel time, the length of handling, as well as the costs incurred. In terms of total handling and travel time, the first algorithm is 1.148,983 minutes faster, while the second algorithms is 668,02 minutes faster. Whereas in terms of total cost incurred, the first and the second algorithm are cheaper by Rp. 9.148.000,00. First and second algorithm comparison in handling current disaster situations shows that first algorithm is likely to perform better than the second one, but this does not make first algorithm the superior one. On the other hand, the second algorithm can approach optimal situations even though it does not have an iterative phase such as the first. Whereas first algorithm gives results that are further than optimal situations unless done in iteration phase. This also happens in testing of the two algorithms for the three scenarios made.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FT/2018/1079/051812072 |
Uncontrolled Keywords: | Manajemen Bencana, Manajemen Transportasi, Minimum Spanning Tree Rural Postman Problem Disaster Management, Minimum Spanning Tree, Rural Postman Problem, Transportation Management |
Subjects: | 300 Social sciences > 363 Other social problems and services > 363.3 Other aspects of public safety > 363.34 Disasters |
Divisions: | Fakultas Teknik > Teknik Industri |
Depositing User: | Budi Wahyono Wahyono |
Date Deposited: | 20 May 2019 06:24 |
Last Modified: | 29 Mar 2022 07:12 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/163180 |
Preview |
Text
Mohammad Setya Adi.pdf Download (7MB) | Preview |
Actions (login required)
View Item |