Upaya Peningkatan Ketangguhan Desa Berdasarkan Indikator Desa Tangguh Bencana Di Pulau Giligenting Kabupaten Sumenep

Savila, Vicelia Intan and Dr. Eng. Turniningtyas Ayu R., ST., M.T and Aris Subagiyo, ST., MT (2018) Upaya Peningkatan Ketangguhan Desa Berdasarkan Indikator Desa Tangguh Bencana Di Pulau Giligenting Kabupaten Sumenep. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik utama dunia, sehingga rawan terhadap kejadian bencana. Jumlah korban terbanyak dari kejadian bencana berasal dari kelompok masyarakat miskin dan rentan. Pemerintah memiliki tanggung jawab untuk melindungi masyarakat dari ancaman bencana. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kapasitas masyarakat yaitu melalui pengembangan desa tangguh bencana. Pengertian desa tangguh bencana adalah desa yang memiliki kemampuan mandiri untuk beradaptasi dan menghadapi potensi ancaman bencana, serta memulihkan diri dengan segera dari dampak-dampak bencana yang merugikan. Kabupaten Sumenep baru memiliki lima desa tangguh bencana dan berada pada kategori desa tangguh bencana pratama. Kelima desa tersebut berada pada wilayah darat Kabupaten Sumenep, sedangkan di wilayah kepulauan belum ada satupun desa tangguh bencana. Masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil sangat rentan terhadap kejadian bencana. Pengembangan desa tangguh bencana perlu dilakukan di wilayah kepulauan Kabupaten Sumenep. Pulau Giligenting memiliki ancaman bencana multi bahaya meliputi bencana tsunami, cuaca ekstrem, gelombang ekstrem dan abrasi, serta kekeringan. Karakteristik pantai di Pulau Giligenting adalah berpasir, sehingga memiliki tingkat laju abrasi lebih tinggi dibanding karakteristik pantai lainRencana mengenai penanggulangan bencana di Pulau Giligenting sangat dibutuhkan untuk jangka panjang, karena perubahan iklim berdampak pada lingkungan dan mempengaruhi kejadian bencana. Penelitian ini bertujuan merumuskan arahan untuk mewujudkan Desa Tangguh Bencana di Pulau Giligenting. Sebelum mengetahui arahan perlu diketahui nilai tingkat ketangguhan tiap desa terhadap bencana. Variabel desa tangguh bencana pada penelitian ini yaitu legislasi, perencanaan, pendanaan, pengembangan kapasitas, dan penyelenggaraan penanggulangan bencana. Pengukuran tingkat ketangguhan desa menggunakan kuesioner yang terdiri dari enam puluh pertanyaan. Pertanyaan tersebut disusun dengan jawaban Ya dan Tidak. Jawaban Ya akan mendapat nilai skor 1 dan Tidak mendapat nilai skor 0. Nilai tersebut akan dijumlahkan untuk mengetahui tingkat ketangguhan desa. Terdapat tiga kategori desa tangguh bencana berdasarkan Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pedoman Desa/Kelurahan Tangguh Bencana yaitu desa tangguh bencana pratama (nilai skor 20-35), desa tangguh bencana madya (nilai skor 36-50), dan desa tangguh bencana utama (nilai skor 51-60). Pulau Giligenting terdiri dari empat desa, yaitu Desa Aenganyar, Desa Bringsang, Desa Galis, dan Desa Gedugan. Setelah mengetahui tingkat ketangguhan tiap desa, dilakukan analisis regresi logistik biner kepada enam variabel desa tangguh bencana. Analisis regresi logistik biner digunakan untuk mengetahui variabel mana yang paling berpengaruh terhadap tingkat ketangguhan desa di Pulau Giligenting. Variabel yang paling berpengaruh digunakan sebagai acuan untuk merumuskan arahan dalam mewujudkan desa tangguh bencana. Berdasarkan hasil penelitian diketahui tiga desa termasuk pada ketegori desa tidak tangguh bencana (Desa Bringsang, Desa Galis, dan Desa Gedugan), sedangkan Desa Aenganyar termasuk Desa Tangguh Pratama. Variabel yang paling mempengaruhi tingkat ketangguhan desa di Pulau Giligenting adalah pengembangan kapasitas dan penyelenggaraan penanggulangan bencana. Hal tersebut dikarenakan empat variabel lain tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat ketangguhan desa terhadap bencana. Alasan variabel pengembangan kapasitas dan penyelenggaraan penanggulangan bencana signifikan karena memiliki indikator yang paling banyak mempengaruhi nilai skor desa tangguh bencana. Ke empat desa di Pulau Giligenting telah melakukan kegiatan pengembangan kapasitas dan penyelenggaraan penanggulangan bencana. Arahan untuk mewujudkan desa tangguh bencana di Pulau Giligenting melalui upaya pengembangan kapasitas dan penyelenggaraan penanggulangan bencana. Upaya tersebut diantaranya yaitu membentuk forum relawan penanggulangan bencana tiap desa, mengadakan pelatihan kepada masyarakat terkait pengurangan risiko bencana, mengembangkan ekonomi lain yang tidak rentan bencana, melakukan pengelolaan sumber daya alam untuk menanggulangi bencana di desa-desa Pulau Giligenting.

English Abstract

Indonesia is located at the confluence of the three major tectonic plates of the world, making it vulnerable to catastrophic events. The highest number of casualties from disaster events comes from the poor and vulnerable groups. The government has the responsibility to protect the community from the threat of disaster. One of the efforts made by the government to increase the capacity of the community is through the development of disaster resilient villages. The definition of a disaster resilient village is a village that has the ability to independently adapt and deal with the potential threat of disasters, and to recover quickly from the adverse impacts of disasters. The new Sumenep Regency has five disaster-resilient villages and is in the category of pratama disaster resilient villages. The five villages are located in the land area of Sumenep Regency, while in the archipelago there is not yet one resilient village. Coastal communities and small islands are very vulnerable to disasters. Disaster-resilient village development needs to be carried out in the archipelago of Sumenep Regency. Giligenting Island has a multi-hazard threat including tsunami disaster, extreme weather, extreme waves and abrasion, and drought. The characteristics of the beach in Giligenting Island are sandy, so it has a higher abrasion rate than other coastal characteristics. The plan for disaster management on Giligenting Island is needed for the long term, because climate change affects the environment and influences the occurrence of disasters. This study aims to formulate directives to realize the Disaster Resilient Village on Giligenting Island. Before knowing the direction it is necessary to know the value of the level of resilience of each village to disaster. The disaster resilient village variables in this study are legislation, planning, funding, capacity building, and the implementation of disaster management. Measurement of the level of village resilience using a questionnaire consisting of sixty questions. The question is prepared with answers to Yes and No. Yes answers will get a score of 1 and do not get a score of 0. The value will be added to determine the level of village resilience. There are three categories of disaster resilient villages based on the Head Regulation of the National Disaster Management Agency Number 1 of 2012 concerning Guidelines for Tangguh Bencana Village / Kelurahan, namely the pratama disaster resilient village (score 20-35), resilient village disaster (score 36-50), and main disaster resilient village (score 51-60). Giligenting Island consists of four villages, namely Aenganyar Village, Bringsang Village, Galis Village, and Gedugan Village. After knowing the level of resilience of each village, binary logistic regression analysis was carried out on six disaster resilient village variables. Binary logistic regression analysis is used to find out which variables have the most influence on the level of village resilience on Giligenting Island. The most influential variables are used as a reference to formulate direction in realizing disaster resilient villages. Based on the results of the study it was found that three villages included in the village category were not disaster resilient (Bringsang Village, Galis Village, and Gedugan Village), while Aenganyar Village included the Tangguh Pratama Village. The variables that most influence the level of village resilience in Giligenting Island are capacity building and the implementation of disaster management. This is because four other variables have no significant effect on the level of village resilience to disasters. The reason for the variable capacity building and implementation of disaster management is significant because it has the most indicators that influence the value of the disaster resilient village scores. The four villages on Giligenting Island have carried out capacity building activities and implementation of disaster management. Directives to realize a disaster-resilient village on Giligenting Island through capacity building efforts and the implementation of disaster management. These efforts include establishing a disaster relief forum for each village, conducting training for the community related to disaster risk reduction, developing other non-disaster-prone economies, managing natural resources to cope with disasters in Giligenting Island villages.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FT/2018/996/051810919
Uncontrolled Keywords: Ketangguhan Desa, Desa Tangguh Bencana, Pulau Giligenting, Kabupaten Sumenep, Bencana Alam
Subjects: 300 Social sciences > 363 Other social problems and services > 363.3 Other aspects of public safety > 363.34 Disasters
Divisions: Fakultas Teknik > Teknik Perencanaa Wilayah dan Kota
Depositing User: Budi Wahyono Wahyono
Date Deposited: 09 May 2019 02:45
Last Modified: 08 Mar 2022 06:50
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/162188
[thumbnail of Vicelia Intan Savila.pdf]
Preview
Text
Vicelia Intan Savila.pdf

Download (5MB) | Preview

Actions (login required)

View Item View Item