Yudisthira, Rully Galuh Nadi (2018) Pengaruh Dosis Herbisida Dan Frekuensi Penyiangan Pada Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu tanaman sayuran yang banyak diusahakan oleh petani, karena memiliki kandungan gizi yang tinggi serta banyak dimanfaatkan sebagai bumbu penyedap masakan dan bahan untuk obat-obatan penyakit tertentu. Tingginya pemanfaatan bawang merah menyebabkan permintaan bawang merah terus meningkat. Sehingga perlu dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan produksi bawang merah. Salah satu usaha yang dapat dilakukan yaitu dengan cara perbaikan teknik budidaya. Aspek penting yang harus diperhatikan yaitu pengendalian gulma. Gulma merupakan tumbuhan yang tidak diinginkan kehadirannya karena dapat mengganggu pertumbuhan tanaman yang dibudidayakan. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa bawang merah adalah pesaing yang buruk bagi gulma. Cara pengendalian gulma yang umum dilakukan oleh petani adalah penyiangan secara manual dengan tangan. Namun saat ini biaya untuk tenaga kerja penyiangan cukup mahal, sehingga untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dengan mengkombinasikan penyiangan secara manual dan kimiawi. Pengendalian gulma secara kimiawi dilakukan dengan mengaplikasikan herbisida. Salah satu herbisida yang dapat digunakan untuk pengendalian gulma pada budidaya bawang merah adalah herbisida berbahan aktif oksifluorfen sebagai herbisida pra-tumbuh. Oleh karena itu diperlukan adanya penelitian untuk mengetahui metode pengendalian gulma yang tepat sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil bawang merah. Hipotesis dalam penelitian ini adalah penggunaan herbisida berbahan aktif oksifluorfen dengan dosis yang berbeda dan frekuensi penyiangan yang berbeda dapat menekan pertumbuhan gulma dan meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga Juli 2018 di Desa Ngijo, Kecamatan Karangploso, Malang yang terletak pada ketinggian sekitar 525 mdpl. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial dengan mengkombinasikan dosis herbisida dan frekuensi penyiangan gulma, sehingga didapatkan 8 perlakuan dengan empat kali ulangan. Adapun perlakuan tersebut adalah sebagai berikut: P0 = Tanpa herbisida + tanpa penyiangan (kontrol), P1 = Bebas Gulma, P2 = Oksifluorfen 240 g ha-1, P3 = Oksifluorfen 240 g ha-1 + penyiangan 1 kali 15 hst, P4 = Oksifluorfen 240 g ha-1 + penyiangan 2 kali 15 hst dan 45 hst, P5 = Oksifluorfen 480 g ha-1, P6 = Oksifluorfen 480 g ha-1 + penyiangan 1 kali 15 hst, P7 = Oksifluorfen 480 g ha-1 + penyiangan 2 kali 15 hst dan 45 hst. Parameter yang diamati meliputi pertumbuhan bawang merah, komponen hasil bawang merah, pengamatan fitotoksisitas, efisiensi pengendalian gulma dan indeks gulma. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis ragam pada taraf 5%, kemudian dilanjutkan uji perbandingan antar perlakuan. Perlakuan yang berpengaruh nyata akan diuji lanjut dengan uji BNT pada taraf 5%.ii Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan herbisida Oksifluorfen dan penyiangan memberikan pengaruh nyata dalam menghambat pertumbuhan gulma, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah. Peningkatan dosis herbisida Oksifluorfen 240 g ha-1 menjadi 480 g ha-1 memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata. Perlakuan herbisida Oksifluorfen 240 g ha-1 + penyiangan 1 kali pada 15 hst (P3) cukup efektif dalam menghambat pertumbuhan gulma, serta dapat meningkatkan hasil panen bawang merah dan layak secara ekonomi.
English Abstract
Shallot (Allium ascalonicum L.) is one of the many vegetable crops cultivated by farmers, because it has a high nutritional content and widely used as a seasoning and ingredients for certain diseases drugs. The high utilization of shallot causes the shallot demand continues to increase. So it is necessary to make various efforts to increase the production of shallot. One effort that can be done is by improving the cultivation technique. Important aspects that must be considered is weed control. Weeds are undesirable plants because they can interfere with the growth of cultivated plants. Many studies have shown that shallot are a bad competitor for weeds. Common weed control methods by farmers are weeding manually by hand. But now the cost for weeding labor is quite expensive, so to resolve this can be done by combining weeding manually and chemically. Chemical weed control implemented by applying herbicides. One of the herbicides that can be used for weed control on shallot cultivation is the herbicide containing oxyfluorfen active as a pre-growing herbicide. Therefore, it is necessary research to know the appropriate weed control methods so it can increase the growth and the shallot yield. The hypothesis in this research is the use of herbicide with active Oxyfluorfen 240 g l-1 with a different dose and different frequency of weeding can control weeds and increase the growth and yield of shallot crops. This research was conducted April until July 2018 in Ngijo Village, Karangploso District, Malang which is located at an altitude about 525 amsl. The research uses Randomized Complete Block Design (RCBD) by combining the dose of herbicide and weeding weed frequency, so obtained 8 treatments with four replications. The treatment is as follows: P0 = No herbicide + no weeding (control), P1 = Weed Free, P2 = Oxyfluorfen 240 g ha-1, P3 = Oxyfluorfen 240 g ha-1 + weeding 1 time 15 dap, P4 = Oxyfluorfen 240 g ha-1 + weeding 2 times 15 dap and 45 dap, P5 = Oxyfluorfen 480 g ha-1, P6 = Oxyfluorfen 480 g ha-1 + weeding 1 time 15 dap, P7 = Oxyfluorfen 480 g ha-1 + weeding 2 times 15 dap and 45 dap. Parameters observed included shallot growth, shallot yield component, phytotoxicity observation, weed control efficiency and weed index. The data obtained were analyzed by Analysis of Variance (Anova) at 5% level, then continued with comparison test between treatments. The treatment has significant effect will be tested further with LSD test at 5% level. The research results showed that the combination dose of herbicide Oxyfluorfen and weeding has a significant effect on inhibit weed growth, so that it can increase plant growth and yield. Increased dosage of the herbicide Oxyfluorfen gives an effect that is not significantly different. The treatment of herbicide Oxyfluorfen 240 g ha-1 + weeding 1 time at 15 days (P3) is effective to inhibit weed growth, improve yields of shallot and economically feasible.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FP/2018/874/051811404 |
Uncontrolled Keywords: | Herbisida, Penyiangan, Pengendalian Hama, Budidaya Bawang Merah |
Subjects: | 600 Technology (Applied sciences) > 632 Plant injuries, diseases, pests > 632.9 General topics of pest and disease control > 632.95 Pesticides > 632.954 Herbicides |
Divisions: | Fakultas Pertanian > Budidaya Pertanian |
Depositing User: | Nur Cholis |
Date Deposited: | 20 Feb 2019 02:39 |
Last Modified: | 20 Oct 2021 00:43 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/161926 |
Preview |
Text
RULLY GALUH NADI YUDISTHIRA.pdf Download (27MB) | Preview |
Actions (login required)
View Item |