Nursalam, Yunita Ekaputri (2018) Pengaruh Dosis Herbisida Dan Waktu Penyiangan Pada Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah salah satu komoditas sayuran bernilai penting di Indonesia, karena banyak digunakan sebagai bumbu dapur, sebagai obat tradisional dan memiliki kandungan gizi yang tinggi. Setiap 100 g bawang merah mengandung kalori 40 kcal, protein 1,10 g, lemak total 0,10 g, karbohidrat 9,34 g, gula 4,24 g, mineral dan vitamin. Permasalahan yang menjadi faktor menurunnya produksi bawang merah selain luas lahan adalah adanya gulma. Gulma dapat menurunkan hasil pertanian karena adanya persaingan dengan tanaman utama untuk mendapatkan unsur hara, cahaya atupun ruang tumbuh, beberapa jenis gulma juga memiliki efek alelopat sehingga dapat meracuni tanaman utama, oleh karena itu harus dilakukan pengendalian. Salah satu cara pengendalian gulma yang banyak dilakukan petani adalah penyiangan, namun hal tersebut membuat biaya produksi meningkat karena mahalnya biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja penyiangan. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hal tersebut dapat dengan memadukan cara kimiawi dan mekanik. Herbisida yang banyak digunakan untuk mengendalikan gulma pada budidaya bawang merah adalah herbisida berbahan aktif osksifluorfen 240 g/l yang digunakan sebagai herbisida pra-tumbuh. Hipotesis dari penelitian ini adalah penggunaan herbisida berbahan aktif oksifluorfen dengan dosis berbeda dapat menunda waktu penyiangan dan memberikan pengaruh yang baik pada pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ngijo, Kecamatan Karangploso, Malang yang terletak pada ketinggian sekitar 525 mdpl, pada bulan april sampai dengan Juli 2018. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), dengan mengkombinasikan dosis oksifluorfen dan waktu penyiangan, sehingga mendapatkan delapan perlakuan dengan empat kali ulangan. Delapan kombinasi perlakuan yaitu sebagai berikut: H0 = Tanpa herbisida + tanpa penyiangan (kontrol), H1 = Bebas gulma (penyiangan satu minggu sekali), H2 = Oksifluorfen 240 g ha-1 + tanpa penyiangan, H3 = Oksifluorfen 240 g ha-1 + penyiangan 15 HST, H4 = Oksifluorfen 240 g ha-1 + penyiangan 45 HST, H5 = Oksifluorfen 480 g ha-1 + tanpa penyiangan, H6 = Oksifluorfen 480 g ha-1 + penyiangan 15 HST dan H7 = Oksifluorfen 480 g ha-1 + penyiangan 45 HST. Penelitian meliputi analisa tanah, persiapan lahan, penyemprotan herbisida, penanaman, pemupukan, pemeliharaan dan panen. Pengamatan yang dilakukan meliputi pengamatan gulma, pertumbuhan bawang merah, komponen hasil bawang merah, efisensi pengendalian gulma, indeks gulma, dan keracunan tanaman. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis ragam uji F taraf 5%, kemudian dilanjutkan uji perbandingan antar perlakuan. Apabila perlakuan yang diberikan berpengaruh nyata, maka akan dilakukan uji lanjut dengan uji BNT pada taraf 5%. Hasil Analisa vegetasi gulma sebelum pengolahan lahan menunjukkan terdapat 13 jenis gulma. Kemudian Analisa vegetasi pada umur 15, 30, 45 dan 60 HST menunjukkan adanya 5 jenis gulma baru. Gulma tersebut termasuk jenis dauniii lebar, rumput-rumputan dan teki-tekian. Gulma yang mendominasi antara lain Amaranthus spinosus, Echinochloa cruss-galli, Cynodon dactylon dan Eleuisne indica. Peningkatan dosis herbisida oksifluorfen 240 g ha-1 menjadi 480 g ha-1 tidak dapat menunda waktu penyiangan. Perlakuan herbisida oksifluorfen 240 g ha-1 + penyiangan 15 HST (H3) efektif dalam hal menekan gulma, meningkatkan pertumbuhan tanaman, meningkatkan komponen hasil dan layak secara ekonomi.
English Abstract
Shallot (Allium ascalonicum L.) is one of the important vegetable commodities in Indonesia. Each 100 grams of shallot contains 40 kcal calories, 1.10 gr protein, 0.10 gr total fat, 9.34 gr carbohydrate, 4.24 gr sugar, minerals and vitamins. One of the problem causing the decrease of shallot production is the existence of weeds. Weeds can reduce the yield of shallot because of the competition to get nutrients, light, growing space, even some weeds also have an alelopathic effect that can poison the main crop, therefore its existence must be controlled. Weed control methods are mostly done is weeding, but can increase production cost, to solve the problem can be by combining chemical and mechanical methods. Herbicides often used to control weeds on shallots are herbicides containing active ingredients osksifluorfen 240 g / l used as a pregrowing herbicide. The hypothesis of this study is the use of herbicide with a different dose can delay the weeding time and can increase the growth and yield of shallot. This research was conducted in Ngijo Village, Karangploso District, Malang which is located at an altitude of about 525 mdpl, from April to July 2018. This research uses Randomized Block Design (RBD), combining dose of oxyfluorphen and weeding time, with four replication. Eight combinations of treatments are as follows: H0 = No herbicides + no weeding (control), H1 = Weed free, H2 = Oksifluorfen 240 g ha-1 + without weeding, H3 = Oksifluorfen 240 g ha-1 + weeding 15 DAP, H4 = Oksifluorfen 240 g ha-1 + weeding 45 DAP, H5 = Oksifluorfen 480 g ha-1 + without weeding, H6 = Oksifluorfen 480 g ha-1 + weeding 15 DAP and H7 = Oksifluorfen 480 g ha-1 + weeding 45 DAP. Research implementation includes soil analysis, land preparation, herbicide spraying, planting, fertilizing, maintenance and harvesting. Parameters observed included weed observation, shallot growth, shallot yield components, weed control efficiency, weed index, and plant fitotoxicity. The data obtained were analyzed by Analysis of Variance (Anova) F-test 5% level, then continued the comparison test between treatments. The significant effect treatment will be tested further with BNT test at 5% level. The Results of weed vegetation before tillage management shows there are 13 types of weeds. Then analysis of weed vegetation at 15, 30, 45 and 60 DAP showed the existence of 5 new types of weeds. The weeds include broadleaves, grasses and sedges. The dominant weeds are Amaranthus spinosus, Echinochloa cruss-galli, Cynodon dactylon and Eleuisne indica. Increasing the dose of oxifluorfen herbicide 240 g ha-1 to 480 g ha-1 cannot delay the time of weeding. The treatment of oxifluorfen herbicide 240 g ha-1 + weeding 15 DAP (H3) is effective in terms of suppressing weeds, increasing plant growth, increasing yield components and economically feasible.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FP/2018/873/051811403 |
Uncontrolled Keywords: | Herbisida, Penyiangan, Pengendalian Hama, Budidaya Bawang Merah |
Subjects: | 600 Technology (Applied sciences) > 632 Plant injuries, diseases, pests > 632.9 General topics of pest and disease control > 632.95 Pesticides > 632.954 Herbicides |
Divisions: | Fakultas Pertanian > Budidaya Pertanian |
Depositing User: | Nur Cholis |
Date Deposited: | 20 Feb 2019 02:38 |
Last Modified: | 20 Oct 2021 00:37 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/161923 |
Preview |
Text
YUNITA EKAPUTRI NURSALAM.pdf Download (27MB) | Preview |
Actions (login required)
View Item |