Analisis Perbandingan Usahatani Padi Organik Dan Anorganik Di Keluarahan Dadaprejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu

Raafindra, Dilla (2018) Analisis Perbandingan Usahatani Padi Organik Dan Anorganik Di Keluarahan Dadaprejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Organic farming is an agricultural system that is managed in such a way as to create sustainable productivity, organic farming in addition to environmentally friendly also does not give a harmful impact to humans themselves when consuming the results of organic agriculture, such as rice / rice, vegetables and fruits . In terms of capital, organic farming business is relatively small and almost all levels of society can do it. Capital on organic farming can be minimized. Because no need to buy fertilizer, chemical drugs are quite expensive. The analysis of the effect of organic agriculture can be seen from the economic aspect, the difficulty level of the practice of cultivation, and the reason why they have not applied the organic farming practices widely, so organic farming has not developed much among them. The analysis is highly worthy for organic farming communities that have been practicing organic farming for more than three years in a village, such as Dadaprejo Village and then comparing with inorganic farming practices among inorganic farmers at the same location. The formulation of the problem in this study is (1) How much income level form organic rice farm and inorganic rica farm in Dadaprejo Village And (2) What preventing and stimulus factors affect the application of organic agriculture in Dadaprejo Village. The objectives of this study is (1) to analyze income levels form organic rice farm and inorganic rice farm in Dadaprejo Village and (2) to describe preventing and stimulus factors in the application of organic agriculture. Hypothesis in this research are (1) Income of organic rice farming is higher than inorganic farming. And (2) Allegedly some stimulus factors affect the application of organic agriculture. The method of determining the respondents in this study was conducted on farmers in Dadaprejo Urban Village, Junrejo Sub-District, Batu City. Respondent determination is done by using purposive method. According to the head of farmer groups in the research area, farmers in Dadaprejo Urban Village only amounted to 120 people. The researcher had the assumption that 32 people result of calculation is the minimum number of respondent of research that can represent farmer population in Sri Sedono Farmer Group of Dadaprejo Urban Village. Determination of sample using Cluster Sampling method to determine sample size in each group. In the group of organic farmers can be 7 people because there are only seven people who do organic rice farming and so in the group of non-organic rice there are 25 people. The results of the study is total cost spending in one growing season per hectare on organic rice farming in the research area of Rp. 4.919.860, - while in the inorganic rice farming of Rp. 5.183.652, -. Differences in the price of fertilizer used. Reception on organic rice farming in the research area is Rp. 9,016,071, - while the reception of inorganic rice farming is Rp. 7,396,000, -. This difference in revenue is due to the different production and selling price of grain. In organic iii8 farmers the profit is Rp. 4,096,211, while for inorganic farmers the profit is Rp. 2.212.348. This results in significant differences in the benefits gained by rice farmers. Overall rice farming has a R / C ratio of more than 1, both for organic farmers and inorganic farmers with a value of 1.9 for organic farmers and a value of 1.4 for inorganic farmers. Based on R / C ratio analysis, it is concluded that organic farming and inorganic farming system is worthy to be continued and developed because it has fulfilled the criteria.From the results of the research is known the preventing and stimulus factors. Preventing factors in the application of organic agriculture needs extra energy and a troublesome process in the manufacture of fertilizers and pesticides. So that makes farmers somehow unwiling in applying organic farming. The stimulus factor for organic farming is that farmers can maintain the fertility of the land and reduce the total cost of farming in one growing season, as well as the increase in income and the level of the farmer's economy. Based on the research, the price of Mapan 05 seeds used by the respondents is still very expensive, that is Rp. 100.000 / Kg. This causes the amount of costs incurred by farmers is very high for the purchase of farm material. We recommend that the government or related agencies provide assistance in the form of subsidies to farmers in the area of research with the existence of a special cooperative in the provision of farm material and also provide distribution of output, so it will facilitate farmers in doing their farming. Based on the research can be seen that organic rice farming gave higher income compared with inorganic rice. But for the level of awareness of farmers to switch to organic is very less, therefore the need for guidance so that farmers want to adopt organic farming. Where the level of sustainability of the farm will continue and the level of farmers' economy will increase.

English Abstract

Pertanian organik merupakan suatu sistem pertanian yang dikelola sedemikian rupa sehingga mampu menciptakan produktivitas yang berkelanjutan, pertanian organik selain ramah lingkungan juga tidak memberi dampak yang membahayakan kepada manusia itu sendiri bila mengkonsumsi hasil-hasil pertanian organik, seperti padi/beras, sayuran dan buah-buahan. Dalam segi modal, usaha pertanian organik relatif kecil dan hamper semua lapisan masyarakat bisa melakukannya. Modal pada pertanian organik dapat ditekan seminimal mungkin. Karena tidak perlu membeli pupuk, obat-obatan kimia yang terbilang cukup mahal. Analisis pengaruh pertanian organik, dapat dilihat dari aspek ekonomi, tingkat kesulitan praktik budidayanya, dan alasan petani mengapa mereka belum menerapkan praktik pertanian organik secara luas, sehingga pertanian organik belum begitu berkembang dikalangan mereka. Analisis tersebut sangat memungkinkan dilakukan pada komunitas petani organik yang telah menjalankan praktik pertanian organik lebih dari tiga tahun di suatu kelurahan, seperti Kelurahan Dadaprejo kemudian membandingkan dengan praktik pertanian anorganik dikalangan petani anorganik pada lokasi yang sama. Pertanyaan penelitian pada penelitian ini adalah (1) Bagaimana tingkat pendapatan dari usahatani padi organik dan padi anorganik di Kelurahan Dadaprejo, (2) Faktor penghambat dan pendorong apa saja yang mempengaruhi pengaplikasian pertanian organik di Kelurahan Dadaprejo? Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Menganalisis tingkat pendapatan dari usahatani padi organik dan usahatani padi anorganik di Kelurahan Dadaprejo, (2) Mendeskripsikan faktor penghambat dan pendorong dalam pengaplikasian pertanian organik. Hipotesis pada penelitian ini adalah (1) Pendapatan usahatani padi organik diduga lebih tinggi daripada usahatani anorganik. Dan (2) Diduga ada beberapa faktor pendorong dalam pengaplikasian pertanian organik. Metode penentuan responden dalam penelitian ini dilakukan pada petani di Kelurahan Dadaprejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu. Penentuan responden dilakukan dengan menggunakan metode purposive. Menurut ketua kelompok tani di daerah penelitian, petani di Kelurahan Dadaprejo berjumlah 120 orang. Peneliti memiliki asumsi bahwa 32 orang hasil perhitungan merupakan jumlah minimal responden penelitian yang dapat mewakili populasi petani dalam Kelompok Tani Sri Sedono Kelurahan Dadaprejo. Penentuan sampel menggunakan metode Cluster Sampling untuk menentukan besaran sampel pada tiap kelompok. Pada kelompok petani organik di dapat 7 orang dikarenakan hanya ada tujuh orang saja yang melakukan usahatani padi organik dan sehingga pada kelompok padi non organik terdapat 25 orang. Dari hasil penelitian diketahui total biaya yang dikeluarkan dalam satu musim tanam per hektar pada usahatani padi organik di daerah penelitian yaitu i10 sebesar Rp. 4.919.860,- sedangkan pada usahatani padi anorganik sebesar Rp. 5.183.652,-. Perbedaan pada harga pupuk yang digunakan. Penerimaan pada usahatani padi organik di daerah penelitian adalah sebesar Rp. 9.016.071,- sedangkan penerimaan usahatani padi anorganik adalah sebesar Rp. 7.396.000,-. Perbedaan penerimaan ini dikarenakan berbedanya hasil produksi dan harga jual gabah. Pada petani organik keuntungannya sebesar Rp. 4.096.211, sedangkan untuk petani anorganik keuntungannya sebesar Rp. 2.212.348. Hal ini mengakibatkan perbedaan signifikan dalam keuntungan yang didapat oleh petani padi. Secara keseluruhan usahatani padi mempunyai nilai R/C ratio lebih dari 1, baik itu untuk petani organik maupun petani anorganik dengan nilai 1,9 untuk petani organik dan nilai 1,4 untuk petani anorganik. Berdasarkan analisis R/C ratio maka disimpulkan usahatani organik maupun usahatani anorganik layak untuk dilanjutkan dan dikembangkan karena telah memenuhi kriteria. Dari hasil penelitian tersebut diketahui adanya faktor penghambat dan faktor pendorong. Faktor penghambat dalam pengaplikasian pertanian organik butuh tenaga ekstra dan proses yang merepotkan dalam pembuatan pupuk maupun pestisida. Sehingga membuat petani agak enggan dalam mengaplikasikan pertanian organik. Faktor pendorong untuk pertanian organik adalah petani dapat menjaga kesuburan lahan dan mengurangi biaya total usahatani dalam satu musim tanam, serta meningkatnya pendapatan dan taraf perekonomian petani. Berdasarkan dari penelitian harga benih Mapan 05 yang digunakan oleh responden masih tergolong sangat mahal, yaitu Rp. 100.000/Kg. Hal ini menyebabkan jumlah biaya yang dikeluarkan oleh petani sangat tinggi untuk pembelian saprodinya. Sebaiknya pemerintah atau dinas terkait memberikan bantuan berupa subsidi kepada petani di daerah penelitian dengan adanya koperasi khusus dalam penyediaan saprodi dan juga menyediakan penyaluran hasil outputnya, sehingga akan mempermudah petani dalam melakukan usahataninya. Berdasarkan penelitian dapat dilihat bahwa usahatani padi organik lebih tinggi tingkat pendapatannya dibandingkan dengan padi anorganik. Tetapi untuk tingkat kesadaran para petani untuk beralih ke organik sangatlah kurang, maka dari itu perlu adanya pembinaan agar petani mau mengadopsi pertanian organik. Dimana tingkat keberlanjutan usahataninya akan berlanjut dan taraf ekonomi petani akan meningkat.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FP/2018/359/051807603
Uncontrolled Keywords: Padi organik
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 633 Field and plantation crops > 633.1 Cereals > 633.18 Rice
Divisions: Fakultas Pertanian > Sosial Ekonomi Pertanian
Depositing User: Nur Cholis
Date Deposited: 20 Mar 2019 07:29
Last Modified: 19 Oct 2021 15:27
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/161623
[thumbnail of DILLA RAAFINDRA.pdf]
Preview
Text
DILLA RAAFINDRA.pdf

Download (23MB) | Preview

Actions (login required)

View Item View Item