Eksistensi Dan Peran Tengkulak Dalam Pemasaran Tebu Di Wilayah Pg Pesantren Baru (Studi Kasus Pada Tengkulak Swn Di Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri)

Santoso, Adinda Nurjannah (2018) Eksistensi Dan Peran Tengkulak Dalam Pemasaran Tebu Di Wilayah Pg Pesantren Baru (Studi Kasus Pada Tengkulak Swn Di Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Kelangkaan tebu sebagai bahan baku gula menjadi permasalahan utama di PTPN X Pabrik Gula Pesantren Baru Kediri. Permasalahan ini menyebabkan pabrik tidak dapat mencapai Rencana Kegiatan dan Anggaran Perusahaan (RKAP) yang telah disusun. Menurut data PG Pesantren Baru tahun 2017, PG Pesantren hanya menggiling 766.927,9 ton tebu dari 965.736,5 ton RKAP yang telah disusun. Angka RKAP tersebut tidak dapat dicapai karena pabrik tidak memperoleh pasokan bahan baku yang cukup. Kehadiran tengkulak di wilayah PG Pesantren Baru Kota Kediri, menjadi pesaing baru PG Pesantren Baru dalam memperoleh bahan baku. Sejak tahun 2015, tengkulak berkembang pesat dengan membuka pok-pokan. Keberadaan tengkulak menjadi pilihan bagi petani untuk menjual tebu selain ke pabrik. Tengkulak bebas menerima tebu dari petani dalam atau luar wilayah Kediri untuk kemudian dijual ke pabrik gula yang mau membeli dengan harga yang telah disepakati. Pabrik gula yang membeli tebu tengkulak juga berasal dari luar Kediri, yaitu Malang, Tulungagung, Lamongan, dan Madiun. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mendeskripsikan situasi dan kondisi yang menjadi peluang hadirnya tengkulak di sekitar PG Pesantren Baru, (2) Mengidentifikasi cara-cara yang dilakukan tengkulak dalam membangun jaringan sosial kepada para petani untuk mendapatkan pasokan tebu dan dengan beberapa pabrik gula guna dapat memasok tebu, (3) Menganalisis dampak kehadiran tengkulak bagi petani dan PG Pesantren Baru. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Wonorejo, Desa Wonorejo, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri mulai dari bulan November 2017 hingga bulan Februari 2018. Informan dalam penelitian ini ditentukan secara sengaja (purposive) untuk memilih key informan dan snowball sampling untuk memilih informan selanjutnya. SWN sebagai tengkulak tebu dan WNT sebagai asisten wilayah Kecamatan Wates PG Pesantren Baru menjadi key informan dalam penelitian ini. Petani tebu menjadi informan yang dipilih secara snowball sampling. Penelitian ini adalah jenis penelitian studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam (indepth interview), observasi, dan dokumen. Teknik analisis yang digunakan adalah model interaktif dari Miles, Huberman, dan Saldana (2014) melalui tiga aktivitas yaitu kondensasi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Data yang diperoleh diuji keabsahannya menggunakan triangulasi yaitu triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu. Situasi dan kondisi penyebab hadirnya tengkulak adalah persaingan untuk mendapatkan bahan baku antar pabrik gula semakin ketat. Kebijakan pemerintah pada UU No 12 tahun 1992 semakin mengurangi ketersediaan tebu di lahan karena memberi kebebasan petani untuk memilih komoditas yang ditanam sehingga banyakyang memilih komoditas yang lebih menguntungkan. Kebijakan tersebut mendorong kehadiran tengkulak dan usaha tebu milik tengkulak semakin berkembang dengan munculnya pok-pokan (tempat jual beli tebu) sejak tahun 2010. Adanya sentra pabrik gula jawa di Kabupaten Kediri dan munculnya pabrik gula rafinasi semakin memperketat persaingan untuk mendapatkan bahan baku. Pelayanan pabrik gula yang dinilai petani kurang memuaskan mendorong munculnya tengkulak yang juga merupakan petani mitra PG Pesantren Baru karena petani membutuhkan uang dalam waktu cepat. SWN melihat adanya peluang dari ketidakpuasan petani kepada pabrik gula untuk mendirikan tempat jual beli tebu. Kepercayaan petani kepada pabrik juga semakin menurun karena rendahnya rendemen yang diperoleh petani dan lamanya proses lelang. Kebutuhan uang petani dalam waktu cepat menjadi peluang SWN untuk mendirikan tempat jual beli tebu dengan memberikan uang hasil penjualan tebu secara cepat kepada petani. Kapasitas giling PG Pesantren Baru yang terbatas menyebabkan adanya sistem gorek saat musim panen tebu sehingga beberapa petani tidak dapat mengirim ke pabrik. Hal ini berdampak pada sulitnya petani memperoleh SPTA dari pabrik. Petani yang telah melakukan tebang tebu namun tidak mendapatkan akses masuk pabrik menjadi peluang SWN untuk menerima tebu dari petani. SWN membangun jaringan kepada petani melalui hubungan personal yang baik dan memberikan pelayanan yang baik kepada petani. Tempat jual beli tebu miliknya dikenal memberikan uang hasil pembelian tebu petani secara cepat. Bisnis milik SWN yang berkembang cepat juga karena kemampuan SWN membangun kerja sama yang baik dengan pabrik gula di Kediri (PG Pesantren Baru, PG Ngadirejo, dan PG Mrican) dan di Malang (PG Kebon Agung dan PG Krebet Baru). Kebutuhan bahan baku tebu yang dirasakan pabrik gula mendorong untuk melakukan kerja sama dengan SWN. Kemampuan negosiasi dan menjaga hubungan personal yang baik menjadikan SWN dipercaya oleh lebih dari satu pabrik gula. Kehadiran tengkulak memberikan dampak positif bagi petani karena mempermudah petani mendapatkan uang secara cepat dan sebagai alternatif petani saat tebunya ditolak pabrik. Namun, kehadiran tengkulak memberi dampak negatif bagi PG Pesantren Baru dan dampak positif bagi pabrik gula mitra tengkulak. Kehadiran tengkulak menjadi pesaing bagi PG Pesantren Baru karena tengkulak dapat menjual tebu ke pabrik gula lain mitra tengkulak. Hal tersebut memberi dampak postif bagi pabrik gula lain mitra tengkulak karena mampu memberi pasokan tebu ketika mengalami kekurangan bahan baku. Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa (1) Tengkulak hadir karena implementasi kebijakan pemerintah pada UU No. 12 tahun 1992, persaingan antar pabrik gula dengan kuantitas tebu yang semakin terbatas, sistem pelayanan pabrik yang tidak transparan kepada petani mitra, berlakunya sistem gorek di PG Pesantren Baru, kehadiran petani TRMLL menjadi pesaing petani mitra, (2) Tengkulak membangun hubungan baik secara personal dengan petani tebu secara personal serta memberikan pelayanan yang baik melalui pembayaran secara langsung. Tengkulak membangun hubungan baik dengan pabrik gula melalui hubungan personal dengan ADM, (3) Kehadiran tengkulak memberi dampak positifbagi petani tebu serta memberikan dampak negatif bagi PG Pesantren Baru dan dampak positif bagi pabrik gula lain mitra tengkulak. Saran yang dapat diberikan peneliti antara lain (1) bagi PG Pesantren Baru: perlu adanya evaluasi dan peningkatan pelayanan terhadap petani mitra untuk memperkecil peluang beralihnya penjualan tebu petani ke pihak lain, (2) bagi pemerintah: seharusnya pemerintah lebih melindungi gula dalam negeri dan membuat kebijakan untuk tidak mengimpor gula ketika musim giling yang dapat menjadi pesaing gula dalam negeri, (3) bagi Asosiasi Petani Tebu Rakyat (APTR): perlu adanya penyempurnaan sistem lelang gula untuk meminimalkan keterlambatan lelang, (4) saran bagi penelitian selanjutnya adalah sebaiknya peneliti selanjutnya melakukan pengamatan usaha tengkulak dengan menjadi bagian dari usaha tebu milik tengkulak agar observasi dapat lebih mendalam. Observasi juga sebaiknya dilakukan secara terus-menerus dalam jangka waktu tertentu. Metode pengambilan data melalui observasi secara langsung juga dapat dilakukan pada kegiatan tebang angkut tebu petani mulai dari lahan sampai tebu masuk ke pabrik supaya peneliti mengetahui dimana letak permasalahan di lapang.

English Abstract

Scarcity of sugarcane as raw material of sugar becomes the main problem in PTPN X Sugar Factory of Pesantren Baru Kediri. This problem causes the factory can not reach the Company Activity Plan and Budget (RKAP) that have been prepared. According to PG Pesantren Baru data in 2017, PG Pesantren only grinds 766,927.9 tons of sugar cane from 965,736.5 tons of RKAP that have been prepared. The RKAP figure can not be achieved because the factory does not get sufficient supply of raw materials. The presence of middleman in the area of PG Pesantren Baru Kediri becomes new competitor PG Pesantren Baru in obtaining raw materials. Since 2015, middleman have grown rapidly by opening pok-pokan. The existence of middleman became an option for farmers to sell sugar cane other than to the factory. The middleman freely accept sugar cane from farmers in or outside the area of Kediri and then sold to sugar factories who want to buy at an agreed price. Sugar mills that buy sugar cane middleman also come from outside Kediri, namely Malang, Tulungagung, Lamongan, and Madiun. This study aims to (1) Describe situation and condition that become the opportunity of middleman exitence around PG Pesantren Baru, (2) Identify middleman ways to build social networks to farmers to get sugar cane supply and with some sugar factories to supply sugar cane, (3) Analyze the impact of the presence of middleman for farmers and PG Pesantren Baru. This research was conducted in Wonorejo Village, Wates District, Kediri Regency from November 2017 until February 2018. The informant in this research was purposely determined to choose the key informant and snowball sampling to choose the next informant. SWN as sugar cane middleman and WNT as Wates asistant district PG Pesantren Baru become the key informants selected by snowball sampling. This research is a case study research with qualitative approach. Data collection is done through indepth interview, observation, and document. Analytical techniques used is interactive model from Mile, Huberman, and Saldana (2014) through three activities: data condensation, data presentation, and conclutions. The data obtained tested its validity using triangulation: source triangulation, technique triangulation, and time triangulation. Situation and condition that caused middleman exixtence is competition to get raw materials between sugar factories getting tighter. Government policy on law number 12 of 1992 further reduce the availability of sugarcane in the field because give freedom to farmers to choose comodities. The policy encourages middleman existence and development sugarcane business since 2010. The existence of java sugar center in Kediri Regency and the emergence of refined sugar factory increasingly tightened competition to get raw materials. Sugar factory service whichis considered unsatisfactory farmers encourages the emergence of middelman who also partner farmers of PG Pesantren Baru because farmers need money quickly. Middleman sees oppurtunities from farmers’ dissatisfaction to sugar factory to establish sugar cane trade place (pok-pokan). Farmers’ trust to sugar factory also decrease because of the low rendemen obtained by the farmers and the length of the auction process. The need for farmers’ money quickly becomes middleman’s opportunity to establish a sugar cane trade place by giving money quickly to farmers. The limited capacity of PG Pesantren Baru caused a gorek system during harvest season, so some farmers can’t send sugarcane to the factory. This has an impact on the difficulty of farmers obtaining SPTA from the factory. Farmers who have done harvest but don’t get access to the factory become an opportunity for middleman to receive sugar cane from farmers. Middleman builds networks to farmers through good personal relationships and provide good service to farmers. His sugar cane trade place is known to give money to farmers’ sugar cane purchases quickly. Middleman’s fast-growing business is also because the ability of middleman to build good cooperation with sugar factory in Kediri (PG Pesantren Baru, PG Ngadirejo, and PG Mrican) and in Malang (PG Kebon Agung and PG Krebet). The need of raw materials perceived by sugar factory encourages them to cooperate with middleman. The ability of negotiate and maintain good personal relationships makes middleman trusted by more than one sugar factory. The existence of middleman has a positive impact for farmers because it makes easier for farmers to get money quickly and as an alternative farmers when the sugarcane is rejected by the factory. However, the existence of middleman has a positive and negative impact for PG Pesantren Baru. The existence of middleman can facilitate PG Pesantren Baru to obtain sugarcane when raw material difficulty, but if PG Pesantren Baru can’t maintain good relationship with middleman it will have negative impact because sugarcane middleman from PG Pesantren Baru area is sold to another sugar factory. The existence of middleman also become a competitor for PG Pesantren Baru. Based on the results and discussion can be concluded that (1) middleman present because the implementation of government policy on law no. 12 in 1992, competition between sugar mills with increasingly limited quantity of sugarcane, non-transparent factory service system to partner farmers, gorek system in PG Pesantren Baru, and the presence of TRMLL farmers to be competitor farmers, (2) middleman build personal relationships with sugar cane farmers personally and provide good service through direct payments. The middleman build good relationships with sugar mills through personal relationships with ADM, (3) The presence of middleman in PG Pesantren Baru has a positive impact on sugarcane farmers and other sugar factories partner middleman and gives negative impact for PG Pesantren Baru. Suggestions that can be given by the researcher are: (1) for PG Pesantren Baru: need of evaluation and improvement of service to partner farmers to minimize the chance of switching sugar cane sales to other party; (2) for government: government should protect domestic sugar and make the policy of not importingsugar that can be a competitor of domestic sugar, (3) for the Association of Smallholder Sugar Cane Farmers (APTR): the need for refinement of the sugar auction system to minimize auction delay. (4) suggestions for further research is the next researcher should conduct observation of business middlemen by becoming part of the sugarcane business owned by middlemen in order to observation can be more profound. Observations should also be done continuously over a period of time. Method of data retrieval through direct observation can also be done at the activity of farmer cane cutting from field until sugar cane entering factory so that researcher know where location problem in field

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FP/2018/339/051804937
Uncontrolled Keywords: Pemasaran Tebu
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 633 Field and plantation crops > 633.6 Sugar, syrup, starch crop
Divisions: Fakultas Pertanian > Sosial Ekonomi Pertanian
Depositing User: Nur Cholis
Date Deposited: 20 Mar 2019 03:33
Last Modified: 19 Oct 2021 13:55
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/161584
[thumbnail of ADINDA NURJANNAH SANTOSO.pdf]
Preview
Text
ADINDA NURJANNAH SANTOSO.pdf

Download (21MB) | Preview

Actions (login required)

View Item View Item