Sari, Nelsa Gatya (2018) Perkembangan Populasi Penggerek Batang Padi Pada Kawasan Pht Skala Luas Dan Kawasan Padi Konvensional. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Tanaman padi merupakan tanaman pangan penting di Indonesia, dan di dunia. Padi adalah tanaman pangan penting setelah tanaman gandum dan jagung. Hingga saat ini beras merupakan makanan pokok yang dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk Indonesia, sehingga beras merupakan komoditas strategis di Indonesia karena beras mempunyai pengaruh yang besar terhadap kestabilan ekonomi dan politik. Pengendalian hama terpadu muncul sebagai tindakan koreksi atas intensifnya pengendalian dengan menggunakan insektisida sintetik. Penggunaan insektisida sintetik mampu meningkatkan produksi tanaman, namun dari penggunaan insektisida menimbulkan efek negatif yaitu resistensi dan resurjensi beberapa jenis hama, mematikan organisme bukan sasaran, termasuk musuh alami, serta menimbulkan residu berbahaya bagi kesehatan manusia. Salah satu daerah di Jawa Timur yang menerapkan PHT padi yaitu di Desa Bendo, Kecamatan Kapas, Bojonegoro. Di daerah tersebut mampu melakukan PHT padi dalam skala luas, yaitu hamparan 25 ha persawahan padi. Pelaksanaan PHT tersebut telah dilakukan dalam tiga kali musim tanam. Keberhasilan pelaksaanan tersebut mampu dilakukan oleh Kelompok Tani Mekarjaya I di desa setempat, oleh sebab itu penulis ingin melihat perkembangan populasi penggerek batang padi dengan penerapan PHT dalam skala luas dan menganalisis tingkat penurunannya. Serta membandingkan dengan pertanaman padi secara konvensional. Penelitian ini terdiri dari dua yaitu pengamatan secara visual populasi kelompok telur dan intensitas serangan penggerek batang padi serta pemasangan alat perangkap pan trap untuk pengamatan keragaman serangga pada pertanaman padi. Pengamatan secara visual dilakukan pada 18 plot pengamatan, yaitu 9 plot pengamatan pada sawah dengan penerapan PHT Skala Luas dan 9 Plot pengamatan pada sawah dengan budidaya padi secara konvensional. Masingmasing plot pengamatan ditentukan 100 rumpun padi dan dilakukan pengamatan setiap satu minggu sekali dimulai saat tanaman berumur 1MST sampai dua minggu sebelum panen. Pemasangan alat perangkap pan trap menggunakan dua perangkap baskom plastik kuning yang berisi air dan deterjen kemudian dipasang di masing-masing plot pengamatan 100 rumpun padi. Pemasangan dilakukan dengan interval waktu satu minggu sekali dan pengambilan dilakukan setelah perangkap baskom plastik kuning dipasang selama 24 jam. Kemudian serangga yang ditemukan dalam perangkap diidentifikasi. Intensitas serangan penggerek batang padi dihitung dengan rumus 100% , yang I adalah intensitas serangan mutlak (%), a adalah banyak rumpun tanaman padi yang rusak mutlak atau dianggap rusak mutlak, b adalah banyaknya rumpun padi yang tidak rusak atau tidak menunjukkan gejala serangan.xii Hasil uji t menunjukkan bahwa perlakuan PHT dan konvensional berpengaruh secara nyata terhadap jumlah kelompok telur yang diletakkan. Rerata populasi kelompok telur penggerek batang padi kuning lebih tinggi pada perlakuan konvensional daripada PHT. Hal ini dapat dijelaskan bahwa perlakuan konvensional dengan melihat sistem kegiatan budidayanya mampu memberikan relung yang mendukung perkembangan serangga penggerek batang padi kuning lebih baik dibandingkan dengan perlakuan PHT untuk meletakkan telurnya pada tanaman padi. Hasil analisis uji t terhadap serangan penggerek batang padi kuning didapatkan bahwa serangan penggerek tidak berbeda nyata antara lahan PHT dan konvensional. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun populasi kelompok telur ditemukan banyak terdapat pada perlakuan konvensional dibandingkan pada perlakuan PHT, namun penggerek batang padi menimbulkan serangan yang sama pada kedua perlakuan tersebut.
English Abstract
Rice crop is an important food crop in Indonesia, and in the world. Rice is an important food crop after wheat and corn crops. Until now, rice is the staple food consumed by most of Indonesia's population, so rice is a strategic commodity in Indonesia because rice has a great influence on economic and political stability. Integrated pest management emerges as an act of correction of intensive control by using synthetic insecticides. The use of synthetic insecticides can increase crop production, but the use of insecticides has a negative effect of resistance and resurgence of some pests, killing non-target organisms, including natural enemies, and causing harmful residues to human health. One of the areas in East Java that apply paddy IPM is in Bendo Village, KapasSubdistrict, Bojonegoro. In the area is able to do IPM paddy on a wide scale, which is a stretch of 25 ha rice field rice. Implementation of IPM has been done in three times the growing season. The successful implementation of this can be done by the Mekarjaya Farmer Group I in the local village, therefore the authors want to see the development of rice stem borer population with the application of IPM on a wide scale and analyze the rate of decline .. And compare with conventional rice cultivation. This research consisted of two visual observations of egg group population and intensity of rice stem borer attack and the installation of trap pan trap tool for observing diversity of insects in rice cultivation. Visual observations were conducted on 18 observation plots, ie 9 observation plots on paddy fields with the application of IPM of Wide Scale and 9 Plot observations on rice fields with conventional rice cultivation. Each observation plot was determined 100 rice clumps and observations were observed once a week starting when the plant was 1MST until two weeks before harvest. The installation of a trap pan trap using two traps of a yellow plastic basin filled with water and detergent is then installed in each observation plot of 100 clumps of rice. Installation is done at one time interval once a week and retrieval is done after a yellow plastic basin trap is installed for 24 hours. Then the insects found in the trap are identified. The intensity of the rice stem borer attack is calculated by the formula I = a / (a + b) x 100%, which I is the absolute attack intensity (%), a is a lot of clumps of absolute or absolute damaged rice, b is the number of rumpunpadi not damaged or show no symptoms of attack. The t test results show that the IPM and conventional treatment significantly affect the number of egg groups placed. The mean population of yellow rice borer egg group was higher in conventional treatment than IPM. It can be explained that the conventional treatment by seeing the system of cultivation activities is able to provide a niche that supports the development of yellow rice borer insects is better than the treatment of IPM to lay its eggs on rice plants. The result of t test analysis on yellow rice borer attack was found that the borer attack was not significantly different between IPM and conventional land. This suggestsxiv that the distinction between groups of well-breeding eggs is that there are rice cultivation attacks on rice cultivation on IPM and Conventional land.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FP/2018/357/051807601 |
Uncontrolled Keywords: | Padi Konvensional |
Subjects: | 600 Technology (Applied sciences) > 633 Field and plantation crops > 633.1 Cereals > 633.18 Rice |
Divisions: | Fakultas Pertanian > Hama dan Penyakit Tanaman |
Depositing User: | Nur Cholis |
Date Deposited: | 15 Mar 2019 02:27 |
Last Modified: | 28 Oct 2021 03:08 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/161415 |
Preview |
Text
NELSA GATYA SARI.pdf Download (11MB) | Preview |
Actions (login required)
![]() |
View Item |