Evaluasi Fermentasi Limbah Agroindustri Lokal dan Aplikasinya dalam Pakan Lengkap Terhadap Performan Kelinci.

Ali, Usman (2014) Evaluasi Fermentasi Limbah Agroindustri Lokal dan Aplikasinya dalam Pakan Lengkap Terhadap Performan Kelinci. Doctor thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Tujuan penelitian untuk menemukan bahan pakan alternatif dari limbah agroindustri lokal yang murah, dapat mencukupi kebutuhan nutrien pakan sebagai pengganti bahan pakan komersial dalam pakan lengkap untuk optimalisasi performan kelinci. Hasil penelitian diharapkan memberikan informasi potensi limbah agroindustri lokal kulit daging kelapa (KDK), kulit biji kedelai (KBK) dan onggok disebut KKO (kelapa, kedelai dan onggok) di Malang raya dan Kota Batu, mengembangkan bioteknologi fermentasi limbah KKO menggunakan bakteri selulolitik Cellulomonas sp. sebagai pakan lengkap kelinci dan membantu masyarakat dalam penganekaragaman bahan pakan nabati untuk pengembangan peternakan kelinci. Penelitian ini terdiri dari tiga tahap, Tahap I mengevaluasi potensi produksi dan kandungan nutrien limbah agroindustri lokal KKO sebagai campuran pakan lengkap untuk intensifikasi pemeliharaan kelinci. Materi yang digunakan yaitu tiga macam limbah agroindustri lokal terpilih meliputi KDK dari industri santan kelapa di pasar tradisional kota Batu, pasar Gadang, Dinoyo, Singosari dan Lawang Malang, KBK dari industri tempe kedelai di Junrejo Batu – Sanan Malang dan onggok dari industri tepung tapioka di Kepanjen dan Dampit Malang. Variabel yang diukur yaitu jumlah produksi (kg) ketiga limbah agroindustri lokal dan kandungan BK, BO, PK, LK, SK, BETN, NDF, ADF, hemiselulosa, selulosa dan lignin. Metode penelitian deskriptif, potensi produksi limbah dihitung secara total dengan cara observasi dan wawancara, dilanjutkan analisis kandungan nutrien sampel KDK, KBK dan onggok secara acak dan proporsional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi BK limbah agroindustri lokal meliputi KDK= 171,58 - 254,47 kg/ hari, KBK= 441,98 – 506,08 kg/ hari dan onggok = 2401,56 – 4469,53 kg/ hari dengan kombinasi 60 % KDK : 20 % KBK : 20 % onggok dan penggunaan dalam pakan 30 % maka KKO ini dapat mencukupi kebutuhan kelinci sebanyak 9912 - 14701 ekor. Kandungan nutrien KKO, PK 10,11 %; SK 20,99 %; LK 31,52 %; NDF 33,42 % dan selulosa 11,97 % sehingga KKO perlu difermentasi menggunakan bakteri selulolitik agar layak sebagai pakan kelinci. Penelitian tahap II, menemukan level interaksi antara konsentrasi koloni bakteri dan lama inkubasi dalam fermentasi KKO menggunakan bakteri selulolitik Cellulomonas sp untuk menghasilkan KKOF terbaik, PK tinggi, SK dan NDF rendah. Materi penelitian yaitu KKO dan starter koloni bakteri selulolitik Cellulomonas sp. 2,56 x 109 cfu / ml. Metode penelitian percobaan dengan rancangan acak lengkap, pola faktorial 3 x 5 diulang 3 kali, faktor I konsentrasi koloni bakteri 107 cfu/ g BK, 108 cfu / g BK dan 109 cfu / g BK dan faktor II lama inkubasi 2 ; 4 ; 6 : 8 ; 10 hari. Variabel yang diukur meliputi kandungan nutrien: BK, BO, PK, LK, SK, NDF, ADF, selulosa dan lignin. Data yang diperoleh dianalisis ragam dan Uji Jarak Duncan`s (UJD). Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi (K) koloni bakteri selulolitik dan lama inkubasi (I) dalam fermentasi KKO secara parsial dapat menurunkan kandungan BO, LK, SK, NDF, ADF, selulosa dan kandungan lignin tidak turun tetapi meningkatkan kandungan PK. Interaksi antara konsentrasi bakteri selulolitik dan lama inkubasi dalam fermentasi KKO dapat meningkakan kandungan PK dan tidak menurunkan kandungan nutrien lain. Perlakuan efektif adalah interaksi K2I8 (konsentrasi 108 cfu / g BK dan lama inkubasi 8 hari) dengan kandungan PK 11,55 %; SK 17,34 %; LK 31,29 %; NDF 28,23% dan selulosa 8,89 %. KKOF ini dapat digunakan sebagai campuran pakan kelinci pada penelitian tahap III. Penelitian tahap III, menentukan level penggunaan KKOF terbaik dalam pakan lengkap untuk optimalisasi performan kelinci (konsumsi pakan, PBB konversi pakan), persentase karkas, kualitas daging (lemak abdominal, lemak daging kolesterol daging) dan Income Over Feed Cost (IOFC) pada kelinci jantan. Materi penelitian yaitu KKO, KKOF, bahan pakan komersial (pollard, bekatul, bungkil kedelai, DDGS, kulit kacang dan mineral mix) dan kelinci jantan peranakan New Zealand White. Metode penelitian percobaan in vivo menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan pakan dan 3 kelompok bobot badan. Pakan perlakuan menggunakan KKO dan KKOF dalam pakan lengkap, P1= 7,5 % KKO, P2 = 7,5 % KKOF, P3 = 15 % KKOF, P4 = 22,5 % KKOF dan P5 = 30 % KKOF. Variabel yang diukur adalah konsumsi pakan, kecernaan pakan, PBB, konversi pakan, karkas, kandungan lemak abdominal, lemak daging, kolesterol daging dan IOFC. Data dianalisis ragam dan Uji Jarak Duncan`s (UJD). Hasil penelitian menunjukkan bahwa makin meningkat penggunaan KKOF sampai 30% dalam pakan lengkap dapat memperbaiki performan kelinci. Pakan perlakuan yang optimum dan ekonomis adalah penggunaan KKOF 30 % dalam pakan lengkap dengan BB kelinci 1678,17 ± 123,45 g, KBK 103,03 g/ekor/hr (6,14 % BB); KcBK 58,56 %; KBKT 60,34 g/ekor/hr; KBO 91,04 g/ ekor/ hari; KcBO 67,59 %; KBOT 61,53 g/ ekor/ hari; KPK 17,82 g/ ekor/ hr, KLK 17,33 g/ ekor/ hari; PBB 23,91 g/ekor/hari; konversi pakan 4,32; karkas 55,59 %; kandungan lemak daging 10,03 %; kolesterol daging 60,96 mg/ 100 g dan IOFC sebesar Rp. 38173,-/ ekor selama pemeliharaan 50 hari. Kesimpulan penelitian adalah limbah agroindustri KKO di Kota Batu dan Malang Raya berdasarkan ketersediaan BK kulit daging kelapa sebanyak 254,46 kg yang dapat mencukupi kebutuhan pakan kelinci dewasa sebanyak 14701 ekor, kandungan nutrien KKO: PK 10,10 %; SK 20,99 %; LK 31,52 %; NDF 33,42 % dan selulosa 11,98 %. KKOF terbaik pada perlakuan interaksi konsentrasi koloni bakteri 108 cfu / g BK dan lama inkubasi 8 hari dengan kandungan PK 11,55 %; SK 18,22 %; LK 31,53 %; NDF 28,23 % dan selulosa 8,89 %. Penggunaan KKOF 30 % dalam pakan lengkap dan BB kelinci 1678,17 g dapat mengoptimasi performan kelinci. Disarankan untuk menekan biaya pakan kelinci dapat menggunakan KKOF sebagai pengganti pollard, efektifitas fermentasi KKO dapat menggunakan starter bakteri selulolitik konsentrasi 108 cfu/ g BK bahan dengan lama inkubasi 8 hari, kemudian upaya mengoptimasi performan kelinci jantan dapat menggunakan 30 % KKOF dalam pakan lengkap dengan BB kelinci 1678,17 ± 48,60 g.

English Abstract

This study aims to find alternative feed stuffs from local agroindustry wastes are cheap, can be sufficient for nutrient feed instead of commercial feed stuffs in the complete feed for optimizing performance of rabbits. The results are expected to provide information on potential local agroindustry waste skin coconut meat (SCM), soybean seed coat (SSC) and cassava waste (CW) is called CSC (coconut, soybean and cassava) in Malang and Batu, to develop biotechnological fermentation waste CSC using cellulolytic bacterium Cellulomonas as a complete feed rabbits and help the community diversify feed stuffs for the development of the rabbit. This study includes three phases: Phase I, to evaluate the production potential and nutrient content of local agroindustry waste CSC as a complete feed mixture for rabbit farming intensification. The material are three kinds of local agroindustry wastes include SCM from coconut industry in the traditional market Batu city, markets of Gadang, Dinoyo, Singosari and Lawang Malang ; SSC of the soybean industry in Junrejo Batu; Sanan Malang and CW of cassava starch industry in Kepanjen and Dampit Malang. Variables that measured the amount of availability (kg) three local agroindustry waste and content of OM, CP, CF, NFE, NDF, ADF, hemicellulose, cellulose and lignin. The research method is descriptive, potential availability of waste in total calculated obtained by observation and interviews, continued analysis of nutrient content of each sample SCM, SSC and CW were randomly and proportionally. The results showed that the availability of DM agroindustry wastes include SCM 171.55 to 254.46 kg / day, SSC 441.98 to 506.08 kg/ day and CW 2401.55 to 4469.53 kg/ day with a combination of CSC (60 % SCM : 20 % SSC : 20 % CW) and its use in the feed of 30 % and based on the availability of SCM can fulfill need of feed for rabbits 9911 to 14700 head all year. The Nutrient content of CSC, CP 10.10 %, CF 20.99 %, fat 31.52 % and cellulose 11.97% so that the CSC need to be fermented using cellulolytic bacterium Cellulomonas to be worthy as rabbit feed. Phase II to find fermentation technology in agroindustry waste CSC using cellulolytic bacterium Cellulomonas by varying the concentration and length of incubation colonies to produce fermented feed CSCF high CP and low CF and NDF Phase II study using materials of combination SCM 60 %, SSC 20 % and CW 20 %, starter colonies of cellulolytic bacteria Cellulomonas sp. 2.56 x 109 cfu/ ml. Research methods experiment with completely randomized design, factorial 3 x 5 are repeated 3 times, factor I concentrations of bacterial colonies 107 cfu / g DM, 108 cfu / g DM and 109 cfu / g DM and factor II long incubation period of 2, 4, 6 : 8; 10 days. Variables to be measured include the contents OM, CP, CF, NDF, ADF, cellulose and lignin. The data obtained were analyzed varieties and LSD test to determine differences between treatments. The results show that increase the concentration (C) of cellulolytic bacterial colonies and length incubation (I) in the fermentation CSC highly significant (P<0.01) lower OM content, fat, CF, NDF, ADF, cellulose and lignin are not significant but highly significant (P<0.01) increased the content of CP and no interaction between C and I on the nutrient content CSCF except the CP. Effective treatment is a combination C2I8 (concentration of 108 cfu / g DM and 8 days incubation) with the content of CP 11.55 %; CF 17.34 %; EE = 31.29 %; NDF 28,23 % and cellulose 8.89 %; CSOF can be used as a mixture of rabbit feed in phase III study. Phase III, applications using CSCF in the complete feed to optimize feed intake, BWG, feed digestibility, feed conversion, carcass percentage and meat quality (abdominal fat, meat fat and cholesterol of meat) and Income Over Feed Costs (IOFC) on male rabbits. The material of phase III study are CSC, CSCF, commercial feed stuffs and the New Zealand White male rabbits. The method of research is in vivo experiments using a randomized block design (RBD) with 5 treatments and 3 weight groups. Feed treatment using the complete feed CSCF; T1= 7.5 % CSCNF; T2 = 7.5 % CSCF; T3 = 15 % CSCF; T4 = 22.5 % CSCF and T5 = 30 % CSCF in complete feed. The variables measured were feed intake (DMI, OMI, CPI, EEI, DMDI, OMDI), Digestibility of feed (DMD and OMD); BWG; FC; carcass; abdominal fat; meat fat; meat cholesterol and IOFC in male rabbits. The data obtained were analyzed varieties and LSD test to determine differences between treatments. The results use 30 % CSCF in feed significantly (P < 0.01) improve the performance of rabbits and it optimum dan economic as complete feed with BW rabbit 1678,17 ± 123,45 g, DMI 103,03 g/head/hr (6,14 % BW); DMD 58,56 %; DMDI 60,34 g/head/days; OMI 91,04 g/ head/ days; OMD 67,59 %; OMDI 61,53 g/ head/ days; CPI 17,82 g/ head/ days, EEI 17,33 g/ head/ days; BWG 23,91 g/ekor/hari; feed convertion 4,32; carcass 55,59 %; fat meat 10,03 %; cholesterol meat 60,96 mg/ 100 g and IOFC Rp. 38173,-/ head for 50 days. The conclusion of this study is a waste of CSC in Malang and Batu based on the availability of BK from SCM = 254.46 kg that can fulfill need of feed for 14701 male rabbits throughout the year, with content of CP 10.10 %, CF 20.99 %, EE 31.52 % and cellulose 11.98 %. The best CSCF is on treatment of the interaction bacteria colonies concentration 108 cfu/ g DM and the incubation 8 days with content of CP 11.55 %; EE 31.53 %, CF 18.22 % and cellulose 8.89 %. The Using of CSCF 30 % in complete feed and BW of male rabbit 1678.17 ± 48,60 g to optimize the performance of rabbit. It is advisable to reduce the cost of male rabbits feed can use CSCF as a substitute pollard, effectiveness fermentation of CSC can use cellulolytic bacteria by concentration 108 cfu / g DM of material with a incubation time 8 days, than efforts to optimize the performance of male rabbits can use 30 % CSCF in complete feed with BW rabbit 1678.17 ± 48.60 g.

Item Type: Thesis (Doctor)
Identification Number: DES/664.024/ALI/e/061402577
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 664 Food technology
Divisions: S2/S3 > Doktor Ilmu Ternak, Fakultas Peternakan
Depositing User: Budi Wahyono Wahyono
Date Deposited: 16 Jun 2014 09:54
Last Modified: 16 Jun 2014 09:54
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/161338
Full text not available from this repository.

Actions (login required)

View Item View Item