Kualitas Semen Sapi Peranakan Ongole (Po) Selama Pendinginan Menggunakan Pengencer Yang Berbeda

Costa, NolascoDa (2015) Kualitas Semen Sapi Peranakan Ongole (Po) Selama Pendinginan Menggunakan Pengencer Yang Berbeda. Doctor thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Bahan pengencer dasar tris berfungsi sebagai sumber nutrisi energi, dan buffer, untuk mempertahankan dan melindungi membran spermatozoa, memelihara integritas membran dan melindungi sel dari lingkungannya, sehingga deformasi matriks ekstraseluler dan perubahan sistem regulasi ion pada membran spermatozoa terminimalisasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengencer dasar tris aminomethan + kuning telur dengan CEP-2 + krioprotektan yang berbeda terhadap kualitas semen PO selama pendinginan. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratory meliputi penelitian tahap 1 dan 2. Semen diperoleh dari PO di Loka Penelitian Sapi Potong Grati Pasuruan. Sampel semen yang digunakan dievaluasi secara makroskopis dan mikroskopis di laboratorium Loka Penelitian Sapi Potong Grati dengan motilitas massa 2+, motilitas individu, viabilitas dan integritas ≥65%, abnormalitas ≤15% dan konsentrasi ≥100 x106. Penelitian tahap 1 menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan yaitu kontrol P0 = Tris aminomethan + 20% kuning telur, P1 = CEP-2 + 10% kuning Telur, P2 = CEP-2 (Non BSA) + 10% kuning telur, P3 = CEP-2 (Non BSA) + 15% perasan kedelai, P4 = CEP-2 + 15% perasan kedelai dengan ulangan masing-masing 10 kali. Sebanyak 0,5 ml semen dibagi kedalam 5 tabung reaksi, masing-masing dicampur secara berlahan dengan 0,5 ml pengencer sesuai perlakuan, kemudian dihomogenkan. Sisa pengencer ditambahkan hingga volume akhir mencapai 10ml/perlakuan. Dimasukkan kedalam gelas dan didinginkan secara gradual dari 320C ke 50C selama 20 menit, kemudian disimpan di dalam refrigerator dengan suhu 50C. Parameter yang diukur adalah kualitas spermatozoa dievaluasi setiap 24 jam selama 10 hari sampai motilitas progresif mencapai minimal 40%. Motilitas progresif diamati menggunakan mikroskop cahaya pada pembesaran 400X dan persentase motilitas dihitung dengan membandingkan 100 spermatozoa X 100%. Persentase viabilitas dan abnormalitas spermatozoa diamati pada preparat hapusan menggunakan mikroskop cahaya pada pembesaran 400X. Minimal 100 spermatozoa yang diamati, yang menyerap warna, adalah spermatozoa mati dan yang tidak menyerap warna dikatakan hidup. Analisis fluorescein isothiochyanate (FITC) dilakukan untuk mengetahui spermatozoa dengan tudung akrosom dan yang telah mengalami acrosome reaction. Analisis scanning electron microscope (SEM) dilakukan untuk melihat kerusakan ultra struktur spermatozoa, aktivitas superoksida dismutase (SOD) dan kadar malondialdehyde (MDA) dianalisis untuk mengetahui adanya aktivitas antioksidan dalam melindungi spermatozoa selama proses simpan dingin. Penelitian tahap 2 dilakukan untuk menguji fertilitas secara in vivo atau inseminasi buatan (IB) dilakukan dengan menggunakan semen yang telah di encerkan dengan tris aminomethan + 20% kuning telur yang disimpan pada hari ke 1 dan 5 masing-masing 30 ekor sapi betina. PO resipien dipalpasi perectal secara alami estrus, evaluasi dilakukan dengan menggunakan Angka Non Return Rate (NRR) ke 1, 2 dan 3, selain itu juga diamati angka Conception Rate (CR) pada 90 hari pasca IB. Data kualitas spermatozoa dianalisis dengan ANOVA apabila menunjukkan pengaruh nyata (P<0,05) atau sangat nyata (P<0,01) dilanjutkan dengan uji Duncan`s Multiple Range Test (DMRT). xiv Semen segar yang digunakan sesuai dengan standar yang digunakan pada penelitian sebelumnya yaitu: volume 7,1±1,68 ml, konsentrasi 9.572±401,1 juta/ml, motilitas individu 65,50±1,58%, spermatozoa hidup 97,35±0,63%, integritas membran 75,52±12,66%. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa keseluruhan kualitas dan fertilitas spermatozoa pada proses pendinginan selama 10 hari didalam pengencer dasar tris aminomethan + 20% kuning telur lebih baik dibandingkan dengan 4 pengencer lainnya. Rataan persentase motilitas spermatozoa P0 pada hari ke-8, pengencer dasar tris aminomethan + 20% kuning telur sangat berbeda nyata (P<0,01) dengan ke 4 perlakuan yang lainnya tidak berbeda nyata pada (P>0,05). Rataan motilitas tertiggi adalah 45,75% pada pengencer tris aminomethan + 20% kuning telur (P0) sedangkan pada perlakuan yang lain masing-masing cenderung menurunkan hasil yaitu (40,25%), CEP-2 + 10% KT (P1), (43,50%), CEP-2 (Non BSA) + 10% kuning telur (P2), (46,00%) CEP-2 (Non BSA) + 15% perasan kedelai (P3), dan terendah adalah (43,25%) CEP-2 + 15% perasan kedelai (P4). Rataan viabilitas tertinggi yaitu tris aminomethan + 20% kuning telur simpan dingin pada hari ke-10, rata-rata sebesar (62,60%) dan diikuti, CEP-2 + 10% KT (53,70%), CEP-2 (Non BSA) + 10% kuning telur (51,05%), CEP-2 + 15% perasan kedelai (46,75%) dan yang terendah ada pada CEP-2 (Non BSA) + 15% perasan kedelai (43,20%) selama proses penyimpanan pada suhu 3-50C. Rataan integritas membran tertinggi ada pada perlakuan tris aminomethan + 20% kuning telur simpan dingin pada hari ke-10, rata-rata sebesar (64,45%) diikuti perlakuan CEP-2 + 10% kuning telur (54,50%), CEP-2 + 10% (Non BSA) kuning telur (52,35%), CEP-2 + 15% (Non BSA) perasan kedelai (47,80%), dan persentase integritas normal spermatozoa terkecil ada pada perlakuan CEP-2 + 15% perasan kedelai (44,50%). Rataan abnormalitas simpan dingin pada hari ke-10 rata-rata hasilnya berada dibawah 12% dari semua perlakuan, terendah ada pada pengencer tris aminomethan + 20% kuning telur yaitu 8,30% dan tertinggi 11,90% pada pengencer CEP-2 (Non BSA) + 15% perasan kedelai. Rataan kadar MDA pada pengencer tris aminomethan + 20% kuning telur meningkat dari 396,50 mg/ml pada hari ke-1 menjadi 485,83 mg/ml hari ke-5. Aktivitas SOD pada pengencer tris aminomethan + 20% kuning telur meningkat dari 25,89 u/ml di hari ke-1 menjadi 25,50 u/ml di hari ke-5. Hasil analisis Fluroscein Isothiocyanate (FITC) menunjukkan, pengencer CEP-2 + 10% kuning telur dengan reaction acrosome spermatozoa yang disimpan 1-5 hari rataan persentase yang tertinggi yaitu; 9,58±2,6% berbanding 16,60±4,20%. Dan terendah pada pengencer tris aminomethan + 20% kuning telur rata-rata 5,85±3,20% berbanding 14,77±1,85% pada penyimpanan dingin hari ke-5. Sedangkan (intact acrosome) yang tertinggi ada pada pengencer tris aminomethan + 20% kuning telur pada penyimpanan dingin hari ke-1 rata-rata 94,15±3,20% berbanding 85,23±1,85% pada penyimpanan hari ke-5 dan yang terendah adalah pengencer CEP-2 + 10% kuning telur rata-rata 90,42±2,61% berbanding 83,40±4,20% pada penyimpanan dingin hari ke-5. Hasil scanning electron microscophy (SEM) menunjukkan, ultrastruktur spermatozoa sapi dalam pengencer tris aminomethan + 20% kuning telur masih baik hingga simpan dingin pada hari ke-5. Kelainan bentuk ekor terjadi pada bagian kepala yaitu membrannya rusak. Secara in vivo atau inseminasi buatan spermatozoa dalam pengencer tris aminomethan + 20% kuning telur yang disimpan dingin. Jumlah induk yang tidak berahi kembali (non return rate) pada hari ke-1, kebuntingan mencapai 86,67% dan hari ke lima 83,33%. Sedangkan pada hasil service per conception (S/C) xv tertinggi pada hari ke-1 yaitu 1,31 dibanding 1,44 dengan simpan dingin hari ke-5. Pengencer tris aminomethan yang ditambahkan kuning telur 20% lebih mampu mempertahankan kualitas spermatozoa sapi PO dibandingkan dengan pengencer dasar CEP-2 dengan krioprotektan yang berbeda, selama simpan dingin 8 hari menghasilkan persentase motilitas 45,75%, viabilitas 62,60%, integritas membran 64,45% dan abnormalitas 8,30%.

Item Type: Thesis (Doctor)
Identification Number: DES/636.082 4/COS/k/2015/061601961
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 636 Animal husbandry
Divisions: S2/S3 > Doktor Ilmu Ternak, Fakultas Peternakan
Depositing User: Nur Cholis
Date Deposited: 18 Apr 2016 14:11
Last Modified: 18 Apr 2016 14:11
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/161065
Full text not available from this repository.

Actions (login required)

View Item View Item