Pengelolaan Kaleka Berkelanjutan di Kecamatan Mihing Raya, Kabupaten Gunung Mas Kalimantan Tengah

Rahu, AnggieAban (2014) Pengelolaan Kaleka Berkelanjutan di Kecamatan Mihing Raya, Kabupaten Gunung Mas Kalimantan Tengah. Doctor thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Agroforestri adalah salah satu pendekatan pengelolaan lahan kebun yang menjadi karakter bagi masyarakat tradisional di Indonesia. Praktek agroforestri masyarakat tidak terlepas dari pengetahuan masyarakat setempat dalam mengelola sumber daya alam. Para peneliti menjumpai bahwa kearifan lokal dan partisipasi masyarakat dalam mengolah kebun dan pekarangan rumah dengan pendekatan sistem agroforestri menjadi salah satu kunci bagi konservasi keanekaragaman hayati di pulau Kalimantan. Terdapat beberapa terminologi kebun dan pekarangan rumah yang dikelola masyarakat tradisional berbasis sistem agroforestri, antara lain adalah `Kebun/Kebon` `pekarangan rumah`, ` Talun Kebun `, ` Munan `, ` Sinpunkng ` ` Lembo ` dan ` Kaleka `. Kaleka adala salah satu sisitem pengelolaan lahan berbasis agroforestry yang keberadaannya saat ini jarang diketahui. Sistem-sistem tersebut telah dikembangkan oleh masyarakat Indonesia sejak lama dan menjadi bagian integral dalam pengelolaan lahan lestari. Penelitian ini dilakukan di Desa Dahian Tambuk dan Desa Tumbang Danau di Kecamatan Mihing Raya Kabupaten Gunung Mas Provinsi Kalimantan Tengah. Kabupaten Gunung Mas terletak di jantung Pulau Kalimantan dengan luas wilayah kabupaten mencapai 10.804 km2, beriklim tropik dan lembab dengan temperatur antara 20 -23° C, dan maksimal dapat mencapai 36° C. Desa Dahian Tambuk dan Desa Tumbang Danau adalah bagian dari Kecamatan Mihing Raya dimana Kaleka mudah dijumpai. Kedua desa tersebut terletak pada jalur strategis yang menghubungkan Kota Palangkaraya dan Kabupaten Gunung Mas yang saat ini sedang berkembang pesat. Penduduk di kedua desa mayoritas adalah petani dan penggarap kebun masyarakat. Berdasarkan data statistik, kerapatan penduduk kurang lebih 10,68 individu per km 2 . Komunitas-komunitas desa didominasi oleh Dayak Ngaju. Perkebunan Karet ( Hevea brasiliensis (Willd. Ex A. Juss.) Mull. Arg., merupakan salah satu industri perkebunan yang signifikan. Pelaksanaan Penelitian ini menggunakan pendekatan gabungan antara kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif menggunakan desain etnografi. Sebagai informan kunci dan subyek penelitian adalah pemilik/pengelola Kaleka beserta beberapa kerabatnya. Data kualitatif dikumpulkan dengan menggunakan wawancara mendalam dan pengamatan berpartisipasi serta dianalisis dengan menggunakan model interaktif yaitu : reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Sementara itu, pendekatan kuantitatif menggunakan desain survei. Sampel ditentukan secara acak menggunakan teknik simple random sampling . Dengan teknik tersebut telah dipilih 88 sampel di Desa Tumbang Danau dan 136 sampel dari Desa Dahian Tambuk. Pengumpulan data kuantitatif dilalukan dengan wawancara menggunakan daftar pertanyaan dengan jawaban yang di susun dalam skala likert. Data pemanfaataan tumbuhan oleh masyarakat sekitar dianalisis dengan menggunakan index Relative Frequency of Citation (RFC). Suku Dayak Ngaju hidup dengan kepercayaan tradisional yang disebut Kaharingan. Pada pengelompokan agama nasional di Indonesia, Kaharingan termasuk ke dalam agama Hindu. Berdasarkan kehidupan Dayak Ngaju selaras dengan alam. Filosofi hidup Dayak Ngaju menyediakan prinsip-prinsip dasar untuk memandang hewan dan tumbuhan sebagai sebuah bagian terintegrasi dari kehidupan komunitasnya. Pada beberapa aspek, mereka memiliki nilai-nilai spiritual. Pohon besar merupakan tempat tinggal bagi makhluk tak terlihat dengan kekuatan spiritualnya. Juga terdapat larangan untuk berburu dan membunuh hewan tanpa tujuan apapun. Salah satu pranata dalam komunitas Dayak Ngaju adalah Kaleka . Ia merupakan pemilikan lahan berdasarkan keluarga tradisional. Keluarga pemilik Kaleka memperolehnya dari leluhurnya yang pertama kali membuka Kaleka . Kaleka memiliki dimensi kepercayaan, sosial dan lingkungan. Kaleka dianggap sebagai tempat keramat (sacred area). Masyarakat lokal berpendapat bahwa dalam Kaleka terdapat makhluk-makhluk tak terlihat dan kekuatan supranatural yang melindungi Kaleka dari sikap buruk manusia yang disebut patahu. Banyak kuburan kuno dan upacara tradisional yang dilakukan di Kaleka ; yang disebut Balian sebagai upacara penghormatan terhadap nenek moyang. Pada banyak Kaleka dapat ditemukan kuburan kuno yang dilindungi dan dianggap suci. Dalam banyak kesempatan, terdapat upacara tradisional di Kaleka.Kaleka menunjukkan karakternya sebagai sebuah hutan tropis lembab dengan banyak spesies tanaman di dalamnya. Pada dasarnya, spesies-spesies di Kaleka dapat dikelompokkan ke dalam penutup tanah, vegetasi lapisan bawah dan vegetasi lapisan atas. Penutup tanah terdiri dari herba kecil, rumput-rumput kerdil, Aroid dan paku-pakuan, sementara spesies vegetasi lapisan bawah terdiri dari bambu muda, pisang. Spesies ini menerima lebih sedikit radiasi sinar matahari dan kebanyakan dari mereka toleran terhadap naungan. Menariknya, kelapa sawit tidak ditemukan di Kaleka . Hal tersebut menjadi menarik karena akhir-akhir ini kelapa sawit ditanam di Kalimantan. Data statistik dari Kabupaten Gunung Mas mengkonfirmasi bahwa perkebunan kelapa sawit cukup rendah, terhitung kurang lebih 310 ha di Daerah Kecamatan Manuhing. Kaleka adalah sistem pengelolaan kebun masyarakat Dayak Ngaju yang diwariskan secara turun temurun. Menurut responden, Kaleka dahulu dibuat berbasis sistem perladangan berpindah yang kemudian terus dipelihara dalam jangka waktu puluhan tahun sehingga menjadi kebun berbasis hutan produktif. Kaleka yang sudah berumur puluhan dan ratusan tahun biasanya mempunyai anekaragam tanaman keras, semak dan perdu yang tumbuh menyerupai hutan tropik. Pertama kali lahan Kaleka dibuat dengan membuka hutan berdasarkan sistem ladang berpindah dan dilakukan pembersihan semak-semak untuk menyediakan lahan garapan. Pembukaan dapat dilakukan oleh sebuah keluarga. Lahan yang sudah siap selanjutnya dimanfaatka

English Abstract

Agro-forestry is one of many approaches used for the management of plantation which is greatly characterizing the traditional communities in Indonesia. Agro-forestry practice by communities cannot escape from community knowledge about the management of natural resources. Local wisdom and community participation are highly attended in the management of plantation and house yard where agro-forestry system approach is applied. Agro-forestry is therefore, a key for the conservation of biodiversity in Kalimantan. Some terminologies are used by traditional communities when they do management of their plantation and house yard with agro-forestry system. These terms are `Kebun/Kebon`, `pekarangan rumah`, ` Talun Kebun `, ` Munan `, ` Sinpunkng `, ` Lembo `, and ` Kaleka `. Indonesia communities have applied many land use systems and those systems are an integral part of sustainable land management. Research is conducted at Dahian Tambuk Village and Tumbang Danau Village, all of them in Mihing Raya Subdistrict, Gunung Mas District, Central Kalimantan Province. Gunung Mas District remains in the heart of Kalimantan Island with 10,804 km2 width, has tropical and humid weather with temperature 20-23°C, but can reach maximally 36°C. Dahian Tambuk Village and Tumbang Danau Village are part of Mihing Raya Subdistrict where Kaleka is easily found. Both villages are located in a strategic path connecting Palangkayara City and Gunung Mas District. The population of both villages is mostly farmer and plantation worker. Based on statistical data, population density of both villages is less than 10.68 individual per km 2 and dominated by Dayak Ngaju community. The plantation of Karet ( Hevea brasiliensis (Willd. Ex A. Juss.) Mull. Arg.) is a significant plantation industry in those villages. Research uses a combined approach of qualitative and quantitative. Qualitative approach uses ethnographic design. Key informant and research subject are the owner/manager of Kaleka and some relatives. Qualitative data are collected using deep interview and participative observation, and then analyzed using interactive model which includes data reduction, data presentation, and conclusion/verification. Quantitative approach technique is survey design. The sample is randomly taken using simple random sapling , which results in 88 samples at Tumbang Danau Village and 136 samples at Dahian Tambuk Village. Quantitative data are obtained from interview using questionnaire in which the answer is arranged into Likert Scale. The RelativeFrequency of Citation (RFC) was employed to analyse the use of plant species inside Kaleka . Dayak Ngaju community lives with traditional credence, called Kaharingan. In the classification of national religion of Indonesia, Kaharingan includes within Hindu Religion. As said the life of Dayak Ngaju community is aligned with nature. Life philosophy of Dayak Ngaju community contains of base principles that see animals and plants as integral parts of community life. Dayak Ngaju community also respects spiritual value. Big tree, for example, is considered as a shelter of invisible creatures with their own spiritual power. Hunting and killing animals are prohibited if this is for fun or not for special event. Kaleka is the traditional form of land use management by Dayak Ngaju community . It represents a land ownership based on a relation to traditional household. The owner household of Kaleka acquires Kaleka from the predecessor who first opens Kaleka . Credence, social and environment dimensions are shaping Kaleka . It is not surprising if Kaleka is considered as sacred. Local communities believe that invisible creatures are living in Kaleka and they have supernatural power to protect Kaleka from human bad attitude called patahu . Ancient cemeteries are placed in Kaleka and traditional rituals are held on it. What is so called Balian is a ritual of respecting the ancestor. The sacred ancient graves in Kaleka are protected with such ritual. Kaleka is considered as a humid tropical forest with many plant species. All plant species living within Kaleka are grouped into ground cover, under-growth vegetation (understrorey-Midle storey) and upper-growth vegetation (upper storey). Soil coverage includes small herbs, dwarf grasses, Aroid and ferns. Under-growth species involves young bamboo and banana. This species accepts sunlight few and mostly seems tolerant to the shade. Interestingly, oil palm is not found in Kaleka . It is a surprising fact although oil palm is highly cultivated in Kalimantan. Statistical data from Gunung Mas District have confirmed that oil palm plantation is still few with less than 310 ha in Manuhing Subdistrict. Kaleka is a plantation management system by Dayak Ngaju community and it is inherited throughout generations. A long ago, Kaleka is initially established as a shifted field system but kept sustainable throughout years until it grows into a productive forest-based plantation. Tens or hundreds years old Kaleka may have diversity made of hard plants, bushes and low plants which may make Kaleka resemble to tropical forest. Kaleka is made firstly by opening the forest the shifting field system and clearing bushes to provide the land that is then cultivated. The opening is conducted by the household. The land ready for cultivation is then planted by food and annual crops. Food crops can include fruit trees or other trees which can be harvested for its yield in the future. Food crops are adaptive to dry land and mostly have tubers. They can grow but only in limited height because other big trees around them may influence their growth. When the growth stops due to the influence of tr

Item Type: Thesis (Doctor)
Identification Number: DES/634.99/RAH/p/061407845
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 634 Orchards, fruits, forestry > 634.9 Forestry
Divisions: Program Pascasarjana > Doktor Kajian Lingkungan, Program Pascasarjana
Depositing User: Endro Setyobudi
Date Deposited: 05 Jan 2015 09:53
Last Modified: 05 Jan 2015 09:53
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/161062
Full text not available from this repository.

Actions (login required)

View Item View Item