Hermansyah (2014) Analisis Biaya Sumberdaya Domestik Sapi Bali untuk Pengembangan Peternakan Rakyat di Kabupaten Lombok Tengah, NTB. Doctor thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau (PSDSK) merupakan kebijakan paradok di bidang peternakan. Kebijakan yang ditargetkan dicapai tahun 2014 itu menjadi sumber perdebatan karena dengan `bermodalkan` 12.603.160 ekor sapi tahun 2009 dengan laju peningkatan populasi 0,68%/tahun, pemerintah meyakini mampu memasok daging merah untuk mencukupi kebutuhan 240 juta jiwa warga. Padahal pada periode sama kecepatan permintaan daging penduduk Indonesia naik tiga kali lipat dibandingkan kemampuan produksi di dalam negeri. Keterbatasan kemampuan sumberdaya ternak lokal menopang swasembada daging di satu sisi dan pengetatan impor sapi di sisi lain, menimbulkan guncangan serius karena harga daging sapi di dalam negeri pada kuartal keempat tahun 2012 melonjak hingga di atas 40% dibandingkan harga normal Rp 65.000-Rp70.000/kg. Kondisi tersebut tidak pernah dialami Indonesia sebelumnya. Kekurangan daging sapi di dalam negeri diatasi pemerintah dengan melakukan impor dari Australia, Selandia Baru, Amerika, Amerika Latin dan lainnya. Jumlah impor sapi selama dekade tahun 2000-an cenderung naik dan sejak 2010 impor daging turun 41% dari 760.000 ekor pada 2009 menjadi 452.000 ekor tahun 2010. Secara kumulatif impor sapi bakalan naik rata-rata 15,78% antara tahun 2003-2009. Pada periode 2003-2010, pemerintah juga mengimpor daging dan jeroan dari 46.449,9 ton tahun 2003 menjadi 141.000 ton tahun 2010. Nilai impor daging naik rata-rata 28,5% menjadi 372,227,000 US$ tahun 2007. Besarnya nilai impor sapi mengindikasikan kekurang-siapan Indonesia berswasembada daging. Sapi Bali dalam skema PSDSK menjadi amat strategis karena jumlah populasinya paling banyak yakni mencapai 43,7% dari total populasi sapi nasional. Seberapa besar potensi sapi Bali menopang PSDSK belum banyak terpetakan, sehingga perlu ditelusuri. Penelitian ini bertujuan menganalisis biaya sumberdaya domestik sapi Bali di Kabupaten Lombok Tengah dan mengkaji sensitivitasnya bila terjadi perubahan harga output dan nilai tukar resmi (NTR). Penelitian ini menggunakan metode survei. Penentuan lokasi dilakukan secara purposif. Kabupaten Lombok Tengah dipilih sebagai tempat penelitian dengan pertimbangan daerah ini memiliki populasi sapi Bali terbanyak di Pulau Lombok, yakni 80.574 ekor dari total populasi sapi di Pulau Lombok sebanyak 275.791ekor. Lombok Tengah juga memiliki pelaku dan fasilitas pengusahaan sapi Bali relatif lengkap serta dikenal sebagai sentra bibit sapi Bali di level nasional. Sampel peternak dipilih secara multi stage sampling method , berjumlah 60 orang . Peternak terpilih mewakili variasi kawasan dengan tipologi basah, sedang dan kering, sekaligus mewakili wilayah barat (Kecamatan Jonggat), tengah (Batu Kliang) dan timur (Praya Timur) Kabupaten Lombok Tengah. Responden lain terdiri dari 12 orang blantik/makelar dan 3 orang pedagang antar-pulau/eksportir sapi. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif, Policy Analisys Matrix (PAM) dan analisis sensitivitas. Komponen yang diukur dalam analisis sensitivitas adalah pengaruh kenaikan harga output 15% dan perubahan NTR sebesar 10%. Hasil penelitian menunjukkan secara komparatif perbibitan sapi Bali di Lombok Tengah memiliki kemampuan berproduksi secara efisien antara lain nampak dari kemampuannya memanfaatkan sumberdaya domestik. Nilai domestic resources cost (DRC) sapi Bali sebesar 0,71 untuk perbibitan dan 0,88 untuk penggemukan (lebih kecil dari 1) menunjukkan semakin potensial komoditas tersebut memanfaatkan sumberdaya lokal, begitu sebaliknya jika nilai DRC>1. Nilai nominal protection coefficient on output (NPCO) sapi Bali di Lombok Tengah adalah 0,76 untuk perbibitan dan -0,87 untuk penggemukan. Nilai transfer positif atau NPCO lebih besar dari satu (NPCO>1) berarti harga domestik lebih tinggi dibandingkan harga dunia. Nilai NPCO sapi Bali <1 menunjukkan konsumen membeli dan produsen menerima harga lebih murah dibandingkan seharusnya. Nilai nominal protection coefficient on input (NPCI) penelitian ini adalah 3,36 untuk usaha perbibitan dan 3,13 pada usaha penggemukan. Harga domestik input tradable perbibitan dan penggemukan sapi Bali lebih mahal dibandingkan harga input tradable pada tingkat harga dunia. Sistem seolah-olah mendapat pembebanan pajak oleh kebijakan yang ada. Effective protective coefficient (EPC) sapi Bali adalah 0,75 untuk perbibitan dan 0,86 untuk penggemukan berarti bahwa proteksi pemerintah terhadap usaha sapi Bali di Lombok Tengah relatif kecil karena nilai EPC<1. EPC adalah indikator tingkat proteksi simultan terhadap output dari nilai input tradable. Koefisien keuntungan (PC) sapi Bali masing-masing 0,08 untuk perbibitan dan 0,08 untuk penggemukan. Artinya, pada usaha perbibitan dan penggemukan, kebijakan pemerintah dirasakan cukup kondusif karena memberikan insentif
English Abstract
Self-Sufficiency Program Beef and Buffalo (PSDSK) is a paradox policy in livestock`s. Policies that target is achieved by 2014 it became a source of debate as to `capitalize` 12,603,160 head of cattle in 2009 with a population growth of 0.68 %/year, the government believes are capable of supplying red meat to meet the needs of 240 million people. Yet at the same period meat demand pace of Indonesia s population tripled compared to domestic production capability. Limited ability to sustain self-sufficiency of local livestock resources of meat on one side and tightening cattle imports on the other side, pose a serious shock due to the price of beef in the country in the fourth quarter of 2012 surged by over 40 % compared to the normal price of Rp 65,000 – Rp 70.000/kg. These conditions never before experienced by Indonesia. Shortage of beef in the country coped with the government imports from Australia, New Zealand, America, Latin America and others. Total imports of cattle during the decade of the 2000s tended to rise and since 2010 beef imports fell 41 % from 760,000 head in 2009 to 452,000 head in 2010. Cumulatively beef imports increased by an average of 15.78 % between the years 2003-2009. In the period 2003-2010, the government also imported meat and offal of 46449.9 tons in 2003 to 141,000 tons in 2010. Beef import value increased by an average of 28.5 % to U.S. $ 372,227,000 in 2007. The cattle imports value indicates lack - Indonesia self-sufficient in meat preparation. Bali cattle in PSDSK scheme were very strategic because its population is the most widely reaching 43.7 % of the total national cattle population. How much is the potential for shoring PSDSK Bali cattle has not been mapped, so it is worth exploring. This study aims to analyze the cost of domestic resources in Bali cattle Central Lombok and assess sensitivity in case of output price changes and the official exchange rate (NTR). This study used a survey method. Location determination is done purposively. Central Lombok selected as a research site with consideration of this region has the largest cattle population of Bali in Lombok Island, the total population of 80,574 head of cattle on the island of Lombok as 275,791 head. Central Lombok also has actors and facilities are relatively full utilization of Bali cattle and cows are known as a center of Bali cattle at the national level. Samples breeders selected with multi stage sampling method, was 60. Breeders selected to represent variations in the region with the typology wet, moderate and dry, as well as representing the western region (District of Jonggat), middle (Batu Kliang) and east (East Praya) Central Lombok. Other respondents consisted of 12 brokers and 3 interisland traders. This study used a descriptive analysis, Policy Analysis Matrix (PAM) and sensitivity analysis. Measured component by sensitivity analysis is the effect of the price increase output 15% and 10% change in the NTR. The results showed comparatively Bali cattle breeding in Central Lombok has the ability to efficiently produce, among others, appears from the ability to utilize domestic resources. Value of domestic resources cost (DRC) for Bali cattle breeding is 0.71 and fattening 0.88 (less than 1), indicates the potential of these commodities utilizing local resources, and vice versa if the value of the DRC>1. Nominal protection coefficient value on output (NPCO) Bali cattle in Central Lombok is 0.76 for breeding and fattening 0.87. NPCO positive transfer value or greater than one (NPCO >1) means that domestic prices higher than world prices. Bali cattle NPCO value <1 indicates consumers buy and producers receive lower prices than they should. Value of nominal protection coefficient on input (NPCI) this study is 3.36 for breeding and business fattening 3.13. Domestic prices of tradable inputs Bali cattle breeding and fattening is more expensive than the price of tradable inputs at world prices. As if the system gets the imposition of tax by the existing policy. Effective protective coefficient (EPC) was 0.75 for breeding and fattening 0.86, that mean government relatively not protection against cattle business in Central Lombok, because value of the EPC<1. EPC is an indicator of the degree of protection against the simultaneous output of tradable input values. Profitability coefficient (PC) Bali cattle respectively were 0.08 for breeding and 0.08 for fattening. It mean, the breeding and fattening, government policies perceived quite conducive for providing incentives (positive values) to the farmers. Value of subsidy ratio to producers (SRP) Bali cattle breeding is 0.27 when the application of the subsidy/tax on and 0.13 for fattening. SRP positive value indicates there is no government policy that resulted in manufacturers production costs greater than the balance of the cost for the production and otherwise if negative SRP.
| Item Type: | Thesis (Doctor) |
|---|---|
| Identification Number: | DES/338.176 2/HER/a/061407367 |
| Subjects: | 300 Social sciences > 338 Production > 338.1 Agriculture |
| Divisions: | S2/S3 > Magister Ilmu Ternak, Fakultas Peternakan |
| Depositing User: | Endro Setyobudi |
| Date Deposited: | 27 Nov 2014 14:18 |
| Last Modified: | 27 Nov 2014 14:18 |
| URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/160789 |
Actions (login required)
 |
View Item |