Makna dan Tata Kelola Zakat dalam Perspektif Ekonomi Kelembagaan

Zainuri (2010) Makna dan Tata Kelola Zakat dalam Perspektif Ekonomi Kelembagaan. Doctor thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Zakat sebagai salah satu dana pembangunan di Desa Putukrejo Kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang mengalami pasang surut akibat beberapa factor yang saling terkait seperti adanya pergeseran makna terhadap zakat, isu degradasi sumber daya alam dan lingkungan, dinamika demografi dan tata kelola zakat, benturan antara nilai-nilai global dengan nilai lokal, semua itu merupakan realitas sosial ekonomi yang harus dianalisis dalam studi ini. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Untuk mengungkap pemahaman masyarakat terhadap makna zakat dari perspektif muzakki ; (2) Untuk mengkaji dinamika tata kelola BAZIS di Desa Putukrejo Kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang; (3) Untuk mengungkap proses interaksi BAZIS dengan lingkungan ekstenal sehingga dapat menjelaskan fenomena dinamika zakat. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif karena fenomena zakat bersifat holistik dan saling kait mengkait sehingga pembahasan zakat tidak bisa dieliminasi dari keterkaitannya dengan aspek lain seperti aspek spiritual, pendidikan, sosial, budaya dan politik. Informan yang dipakai dalam penelitian ini dipilih berdasarkan purposive selanjutnya dilakukan dengan cara snow ball . Temuan utama penelitian ini mengungkap bahwa zakat memiliki makna ganda dari perspektif Muzakki . Salah satu makna adalah makna agama. Sebagai seorang muslim, zakat merupakan salah satu cara untuk membersihkan harta dan jiwanya, sementara juga terdapat indikasi bahwa zakat juga menjadi instrumen sosial, ekonomi, budaya dan bahkan politik. Sebagai instrument sosial, muzakki memiliki pandangan bahwa membayar zakat dapat meningkatkan statusnya dikalangan masyarakat. Lagi pula dari pandangan muzakki, zakat juga dapat digunakan untuk mendorong keeratan hubungan antara pemilik tanah dan pekerja. Dalam konteks instrument budaya, zakat kadang-kadang dapat digunakan sebagai sanksi sosial bagi yang enggan mengeluarkannya. Akhirnya, zakat juga digunakan sebagai instrument politik pada saat pemilihan umum atau pemilihan kepala desa dalam rangka mempertahankan status quo sebagai elit desa. Diluar makna tersebut, zakat berpotensi menjadi pemicu munculnya agency problem dan meningkatnya biaya transaksi ekonomi sehingga mempengaruhi aliran sumberdaya zakat (distorsi).

English Abstract

Zakat as one of development fund at Patukrejo village, Gondang Legi, Malang District has experienced a fluctuative situation due to some factors such as the change of zakah meaning, natural and environmental resource degradation issues, the dynamic of demography and zakah governance, the conflict between global and local values, All the factors above are social and economic reality that should be analyzed in this study. The research objectives are following (1) understanding the public discourse on the meaning of zakah from muzakki perspective; (2) reviewing the dynamics of BAZIS governance at Putukrejo Village, Gondanglegi, Malang District; (3) revealing the interaction process of BAZIS relating with external environment to explain the zakah dynamics phenomenon. Qualitative approach should be used in this research, since zakah phenomenon should be analized holistically and interdependently. The discussion of zakah cannot be separated from its interdependence to other aspects such as spiritual, educational, social, cultural and political aspects. The informan in this research has been selected purposively, and furthermore snow ball technique is used. The main results of the research reflected that zakah has multiple-values of Muzakki . One of the values is religion. As a moslem, zakah is a part of action to the holy wealthty, while there is also indication that zakah can be used as the instrument of social, economic, cultural and even political aspects. As social instrument, muzakki has perspective that paying zakah is able to get a higher social status in community. Besides, from muzakki perspective, zakah is also used to support the business relationship between farmers and workers. In term of cultural instrument, zakah sometimes can be understood as social norm to punish somebody who avoid to pay. Finally, zakah can be used as a political instrument especially in election period to keep the status quo of village leader. If the meaning of zakah is not understood as spiritual instrument, it potentially leads to agency problem, higher economic transaction costs, and to rise up the distortion of zakah resource allocation.

Item Type: Thesis (Doctor)
Identification Number: DES/336.2/ZAI/m/061001731
Subjects: 300 Social sciences > 336 Public finance > 336.2 Taxes
Divisions: S2/S3 > Doktor Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Depositing User: Endro Setyobudi
Date Deposited: 18 Feb 2011 09:15
Last Modified: 29 Nov 2021 01:44
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/160769
Full text not available from this repository.

Actions (login required)

View Item View Item