Kimbal, RahelWidiawati (2012) Mata Rantai Modal Sosial pada Pola Transaksi di Pasar Blante Kawangkoan, Minahasa, Sulawesi Utara. Doctor thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Pasar Blante Kawangkoan adalah pasar tradisional yang lahir dan berkembang di tengah kehidupan sosial masyarakat. Pasar ini mengusung modal sosial yang mempengaruhi kinerja kegiatan ekonominya. Fenomena bertahannya pasar tradisional yang masih mengedepankan nilai-nilai lokal dalam bentuk modal sosial dalam setiap kegiatan transaksinya di tengah kuatnya arus modernisasi menarik untuk ditelusuri. Apalagi dengan mengingat kontribusi pasar blante Kawangkoan bagi pendapatan asli daerah (PAD) sekaligus sebagai penggerak nadi perekonomian masyarakat setempat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk modal sosial dan peranannya dalam kegiatan transaksi dari para pelaku ekonomi di pasar blante yang teridentifikasi dalam tiga pola transaksi yakni (1) transaksi baku top ( barter ); (2) transaksi baku tukar tambah ( mix barter ); dan (3) transaksi baku jual beli ( money transaction ). Penelitian ini dilakukan pada masyarakat sebagai pelaku-pelaku ekonomi di pasar blante. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi yang teknik pengumpulan datanya menggunakan triangulasi berupa observasi, wawancara dan dokumentasi. Untuk analisis datanya menggunakan model spradley . Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk-bentuk modal sosial yang ada pada ketiga pola transaksi di pasar blante terwujud yang dipraktekan oleh para pelaku ekonomi antara lain: (1) pemilik hewan; (2) makelar ; (3) tukang blante ; dan (4) cukong . Mereka membentuk mata rantai yang menghasilkan modal sosial. Bentuk modal sosialnya adalah: (1) adanya rasa percaya dan sifat jujur pada setiap kegiatan transaksi; (2) kuatnya jaringan informasi yang didapat melalui persahabatan dan kekeluargaan; (3) terbentuknya kontrak dengan waktu singkat tanpa pembatalan dan kuitansi sebagai bukti pembayaran yang sah; dan (4) saling bertukarnya kebaikan melalui pertukaran barang dan jasa. Peran modal sosial pada beberapa transaksi terlihat dalam hal (1) mendapatkan informasi gratis dan transparan mengenai kualitas hewan, calon konsumen, dan harga pasar yang berdampak pada berkurangnya biaya informasi antar para pelaku ekonomi; (2) membuat kontrak melalui jabat tangan tanpa menggunakan kuitansi sebagai bukti pembayaran; (3) penghargaan atas hak kepemilikan seseorang dengan adanya perasaan ikut memiliki dan bertanggung jawab atas semua hewan tanpa biaya keamanan dan pemeliharaan; (4) komitmen pada kesepakatan kontrak yang mengurangi pembatalan barang yang sudah dipertukarkan; (5) memasarkan hewan dengan biaya dan waktu yang singkat; dan (6) mengakses sumber-sumber keuangan dengan adanya kemudahan dana di dalam Pasar Blante. Penelitian ini juga merekomendasikan perlunya revitalisasi pada Pasar Blante Kawangkoan dalam kerangka untuk mempertahankan eksistensi pasar dari prilaku-prilaku negatif yang mengancam praktek modal sosial.
English Abstract
Pasar Blante (Blante Market) Kawangkoan is a traditional market which emerges and develops in the life of society. This market practices social capital for its economic transaction. The existence of the social capital in this traditional market amidst strong challenges of modernization is interesting to be explored. Furthermore, the study is also challenging by considering the contribution of the market toward the local government income and its role as the prime mover of the economy of local society. This study aims at finding out the forms of social capital and their roles in the transaction activities in Pasar Blante which are identified into three patterns namely (1) baku top Transaction ( barter transaction ); (2) baku tukar tambah transaction ( mix barter ); dan (3) baku jual beli transaction ( money transaction ). This study is done to the actors of transaction in Pasar Blante. The study is a qualitative research and applies phenomenology perspective. For the purpose of data collection, the triangulation technique is employed as marked by carrying out observation, interview and documentation while for data analysis, Spradley model is used. The result shows forms of social capital exist in three patterns of transaction in Pasar Blante are practiced by (1) cattle owner; (2) makelar (broker); (3) tukang Blante (the Cattle seller/reseller); and (4) cukong (Big buyer) . They establish a chain of social capital in the forms of (1) the existence of trust and honesty in every transaction; (2) the strong network of information based upon friendship and familial relationship; (3) the occurence of a quick contract without the possibility of cancelation and receipt as the proof of transaction; and (4) the mutuality of kindness through the exchange of goods and services. The role of social capital in the patterns of transaction can be seen in (1) obtaining free and transparent information concerning the quality of cattle, prospective buyer, and price; (2) making contract through shaking hands without receipt as the proof payment; (3) appreciating the property rights as shown by the sense of belonging and responsibility without security and conservation cost; (4) having commitment to the agreed contract which allows no cancelation of the exchange cattle; (5) marketing cattle in the short; (6) accessing the financial sources through the fund availability in the market. This research recommends the need of revitalizing the Pasar Blante Kawangkoan in order to uphold the existence of the market from the negative behaviors which threaten the practice of the social capital.
Item Type: | Thesis (Doctor) |
---|---|
Identification Number: | DES/332.041/KIM/m/061201500 |
Subjects: | 300 Social sciences > 332 Financial economics |
Divisions: | S2/S3 > Doktor Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis |
Depositing User: | Endro Setyobudi |
Date Deposited: | 13 Sep 2012 12:50 |
Last Modified: | 13 Sep 2012 12:50 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/160714 |
Actions (login required)
View Item |