Pribadi, LWira (2015) Produktivitas Sapi Bali dan Silangannya dengan Sapi Simmental pada Dataran Rendah dan Dataran Tinggi di Nusa Tenggara Barat. Doctor thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Program persilangan sapi potong lokal dengan bangsa-bangsa sapi potong eksotik di Indonesia yang berlangsung sejak 1975 lalu, telah menghasilkan beragam jenis sapi-sapi silangan yang tersebar pada berbagai daerah di seluruh negeri. Sapi-sapi silangan tersebut, meskipun diketahui memiliki keunggulan dalam komposisi genetic dibanding sapi-sapi asli Indonesia sendiri seperti sapi Bali, produktivitasnya dari segi efisiensi akan dibatasi oleh kondisi lingkungan termal tropik di wilayah pengembangannya. Hal ini karena produktivitas ternak, selain ditentukan oleh factor genetic dan lingkungan, ditentukan pula oleh interaksi genetik dan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis produktivitas sapi Bali dan silangannya dengan sapi Simmental pada ketinggian tempat dengan lingkungan termal berbeda di Nusa Tenggara Barat. Sebanyak 1094 ekor sapi pada dataran rendah (0-100 m dpl.) dan 878 ekor pada dataran tinggi (700-1.000 m dpl.), terdiri atas sapi Bali (B), silangan B x Simmental (SB), silangan balik SB x Simmental (SBS), dan silangan balik SB x Bali (SBB), umur 0-1 hari (lahir), 150 hari (sapih), 365 hari (lepas sapih), serta 730 dan 1.095 hari (dewasa), jenis kelamin jantan dan betina, telah diamati dalam penelitian ini melalui survey dengan pengukuran secara langsung terhadap berbagai ukuran produktivitas yang meliputi kinerja respon fisiologis, hematologis, kinerja produksi, kinerja pertumbuhan dan kinerja reproduksi. Sapi-sapi penelitian diambil secara purposif dari populasi masing-masing bangsa/jenis sapi pada peternakan rakyat dengan manajemen kandang kolektif yang tersebar pada kedua wilayah ketinggian tempat tersebut. Data hasil pengukuran terhadap setiap parameter dari masing-masing variabel, dikelompokkan menurut ketinggian tempat, genetik sapi, dan jenis kelamin, kemudian dianalisis menggunakan Anova dan diuji lanjut dengan uji Beda Nyata Terpercaya (HSD) yang dioperasikan menggunakan program komputer Genstat, meliputi pengaruh ketinggian tempat, factor genetik, serta interaksi genetik dan ketinggian tempat. Hasil penelitian untuk variabel lingkungan yang diukur dari suhu udara, kelembaban, indeks suhu dan kelembaban (THI), komposisi botani dan kimia pakan harian sapi pada wilayah dataran rendah dan dataran tinggi menunjukkan, rerata suhu udara harian (31,66±0,53 oC), kelembaban udara (65,89±2,12%), dan THI (80,02±3,25) pada dataran rendah berbeda sangat nyata dengan dataran tinggi yang memiliki rerata harian suhu udara 24,78±0,67 oC, kelembaban udara 88,17±2,56% dan THI 69,39. Angka suhu udara dan THI harian pada dataran rendah tersebut tergolong zona thermal stress bagi ternak sapi, sedangkan suhu udara dan THI pada dataran tinggi tergolong dalam zona aman (safety zone) untuk produksi ternak. Adapun komposisi botani maupun kimia iv bahan pakan harian yang disediakan untuk sapi pada dataran rendah tidak berbeda (P>0,05) dengan pakan sapi pada dataran tinggi. Kinerja respon fisiologis sapi-sapi penelitian yang diukur dari suhu tubuh, frekuensi respirasi, dan koefisien dayatahan panas (HTC), dijumpai masing-masing dipengaruhi oleh genetik sapi, ketinggian tempat, serta interaksi genetik dan ketinggian tempat. Sapi pada dataran rendah menunjukkan suhu tubuh rata-rata 38,44±0,41; 38,84±0,18; 38,95±0,13; dan 38,66±0,15 oC berturut-turut untuk sapi B, SB, SBS, dan SBB, sedangkan sapi pada dataran tinggi masing-masing 38,62±0,28; 38,47±0,16; 38,24±0,19; dan 38,64±0,12 oC berturut-turut untuk sapi B, SB, SBS, dan SBB. Adapun untuk frekuensi respirasi rata-rata tiap jenis sapi pada dataran rendah diperoleh masing-masing 26,80±1,95; 43,14±4,10; 57,42±2,46; dan 28,50±3,61 kali/menit berturut-turut untuk sapi B, SB, SBS, dan SBB, sedangkan di dataran tinggi dijumpai masing-masing 23,09±3,43; 22,23±1,50; 25,46±3,41; dan 21,28±3,04 kali/menit berturut-turut untuk sapi B, SB, SBS, dan SBB. Angka HTC rata-rata untuk masing-masing bangsa sapi di dataran rendah adalah 2,22±0,09; 2,89±0,18; 3,54±0,11; dan 2,28±0,15, sedangkan untuk sapi di dataran tinggi adalah 2,01±0,15; 2,04±0,07; 2,06±0,18; dan 1,96±0,13, berturut-turut untuk sapi B, SB, SBS, dan SBB. Baik suhu tubuh, frekuensi respirasi, maupun HTC, angka yang ditunjukkan tersebut nyata lebih tinggi untuk sapi pada dataran rendah dibanding sapi pada dataran tinggi. Jenis sapi silangan dengan proporsi genetik sapi Simmental yang semakin tinggi menunjukkan suhu tubuh, frekuensi respirasi, dan HTC yang semakin tinggi di dataran rendah, tetapi menurun dengan indeks penurunan paling tinggi di dataran tinggi. Berdasarkan respon hematologis masing-masing bangsa sapi yang diukur dari jumlah eritrosit (RBC) dan kadar glukosa darah (KGD), didapatkan bahwa cekaman termal (suhu tinggi) lingkungan dataran rendah berakibat pada rendahnya RBC maupun KGD sapi-sapi silangan, yang masing-masing nyata lebih rendah dibanding sapi-sapi silangan di dataran tinggi. Perubahan ketinggian tempat dari dataran rendah ke dataran tinggi menunjukkan efek meningkatnya RBC dan KGD masing-masing jenis sapi, dengan indeks peningkatan semakin tinggi pada sapi dengan proporsi genetik Simmental yang lebih tinggi. Kinerja produksi yang diukur dari bobot lahir, bobot sapih 150 hari, bobot badan umur 365 hari, dan bobot badan dewasa (umur 2-3 tahun), masing-masing didapatkan sangat nyata lebih tinggi (P<0,01) pada sapi-sapi silangan dibanding sapi Bali murni, baik pada dataran rendah maupun dataran tinggi. Demikian juga masing-masing jenis sapi pada dataran tinggi menunjukkan kinerja produksi lebih tinggi dibanding jenis sapi yang sama di dataran rendah. Pedet di dataran rendah menunjukkan bobot lahir rata-rata 15,58±0,98; 26,81±1,72; 31,60; dan 23,15±1,63 kg, sedangkan pedet di dataran tinggi rata-rata 17,26±1,59; 30,55±1,99; 33,75±1,83; dan 24,73±1,55 berturut-turut untuk sapi B, SB, SBS, dan SBB, masing-masing tergantung jenis kelamin pedet; bobot lahir pedet jantan lebih tinggi rata-rata 1,98 kg (8,73%) dibanding pedet betina. Pedet di dataran tinggi, dengan demikian, mempunyai bobot lahir dengan selisih rata-rata 2,33 kg (7,64%) lebih tinggi v dibanding pedet pada dataran rendah. Bobot sapih 150 hari (bs.150) rata-rata, untuk pedet di dataran rendah adalah 55,73±3,41; 88,42±7,23; 98,18±10,14; dan 75,22±8,85 kg, sedangkan untuk pedet di dataran tinggi adalah 63,27±4,52; 108,23±15,24; 125,16±17,27; dan 91,22±8,86 kg, berturut-turut untuk pedet B, SB, SBS, dan SBB, masing-masing tergantung jenis kelamin; bs.150 pedet jantan lebih tinggi rata-rata 12,05 kg (16,24%) dibanding pedet betina. Pedet di dataran tinggi, dalam hal ini, mempunyai bs.150 dengan selisih rata-rata 17,84 kg (21,63%) lebih tinggi dibanding bs.150 pedet di dataran rendah, tergantung genetiknya. Pedet silangan SB, SBS, dan SBB menunjukkan bs.150 lebih tinggi rata-rata 47,26 kg (63,51%) dibanding pedet B. Peningkatan bs.150 rata-rata akibat persilangan dijumpai semakin tinggi pada genotip dengan proporsi genetic sapi Simmental yang lebih tinggi. Temuan yang sama dijumpai pada sapi lepas sapih (umur 365 hari) dan sapi dewasa (2-3 tahun). Bobot badan 365 hari (bb.365) rata-rata, untuk sapi di dataran rendah adalah 115,72±17,37; 193,55±22,46; 185,10±18,46; dan 199,15±15,77 kg, sedangkan untuk sapi di dataran tinggi adalah 121,90±21,75; 234,11±23,34; 280.05±24,32; dan 217,20±21,42 kg, berturut-turut untuk pedet B, SB, SBS, dan SBB, masing-masing tergantung jenis kelamin; bb.365 sapi jantan lebih tinggi rata-rata 22,57 kg (13,26%) dibanding sapi betina. Sapi di dataran tinggi menunjukkan bb.365 lebih tinggi rata-rata 43,12 kg (25,33%) dibanding sapi di dataran rendah, tergantung genetiknya. Sapi-sapi silangan SB, SBS, dan SBB menunjukkan bb.365 lebih tinggi rata-rata 84,90% dibanding sapi B. Peningkatan bb.365 rata-rata akibat persilangan dijumpai semakin tinggi pada sapi silangan dengan proporsi genetik Simmental yang lebih tinggi. Adapun pada sapi dewasa, sapi SBS yang pada dataran rendah menunjukkan bobot badan 55,71% lebih tinggi
Item Type: | Thesis (Doctor) |
---|---|
Identification Number: | DIS/636.208/PRI/p/2015/061505064 |
Subjects: | 600 Technology (Applied sciences) > 636 Animal husbandry > 636.2 Cattle and related animals |
Divisions: | S2/S3 > Doktor Ilmu Ternak, Fakultas Peternakan |
Depositing User: | Endang Susworini |
Date Deposited: | 17 Sep 2015 14:56 |
Last Modified: | 16 Jun 2022 04:27 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/160556 |
![]() |
Text
L. Wira Pribadi.pdf Restricted to Registered users only Download (3MB) |
Actions (login required)
![]() |
View Item |