Kleden, MarkusMiten (2016) Potensi Daun Kelor (Moringa oleifera, Lam) Dari Daerah Nusa Tenggara Timur Untuk Meningkatkan Tampilan Reproduksi Ternak dengan Menggunakan Kelinci sebagai Model”. Doctor thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Kelor merupakan tanaman yang memiliki adaptasi luas dan tersebar di hampir sebagian wilayah tropis termasuk Nusa Tenggara Timur. Tanaman ini unik karena memiliki kandungan nutrisi yang tinggi dan asam amino lengkap dan seimbang yang jarang ditemukan pada kebanyakan tanaman. Disamping itu, tanaman kelor juga mengandung senyawa antioksidan sehingga bisa digunakan untuk menyembuhkan berbagai penyakit selain untuk tujuan industri. Saat ini tanaman kelor digunakan untuk mengatasi masalah mal nutrisi sehingga tanaman kelor sering disebut sebagai tanaman kehidupan. Tanaman kelor di wilayah Kabupaten Flores Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur sudah dikenal masyarakat sejak dulu. Masyarakat memanfaatkannya sebagai sumber sayuran dan dikonsumsi secara rutin bila sumber sayuran yang lain tidak tersedia, disamping itu juga dimanfaatkan sebagai sumber pakan. Meskipun sudah lama digunakan, potensi tanaman ini baik potensi produksi, keragaman genetis dan nilai nutrisi tidak pernah dikaji sehingga informasi menyangkut hal tersebut belum tersedia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mangkaji dan menganalisis keragaman genetis, kandungan nutrien, kecernaan in vitro dan nilai nutrisi daun kelor dalam hubungannnya dengan tampilan reproduksi ternak dengan menggunakan kelinci sebagai model. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari 2014 sampai dengan Mei 2015. Pengamatan, pengukuran produksi dan pengambilan sampel segar maupun tepung daun kelor dilakukan di Kelurahan Lewolere, Kecamatan Larantuka, Kabupaten Flores Timur. Analisis keragaman genetis dengan menggunakan marka Random Amplified Polimorphic DNA (RAPD) dilakukan di Laboratorium Sentral Ilmu Hayati Universitas Brawijaya Malang. Analisis kandungan nutrien berdasarkan analisis proksimat dan produksi gas in vitro dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang. Analisis kandungan asam amino dan senyawa tannin dilakukan di Laboratorium Terpadu Institut Pertanian Bogor. Uji biologis penggunaan kelor dilakukan di kandang milik bapak Suadi Akhiriyanto, Ngenep, Karangploso, Kabupaten Malang. Analisis konsentrasi hormon dilakukan di Laboratorium Biologi Reproduksi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga untuk hormon progesterone, sedangkan hormon prolaktin dilakukan di Laboratorium Biokimia, Universitas Brawijaya, Malang. Penelitian tahap I: meliputi kegiatan pengamatan dan pengukuran produksi hijauan dan penelusuran perbedaan secara genetis. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan panca indra terutama perbedaan warna tangkai daun kelor dan pengukuran produksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa budidaya tanaman kelor dilakukan secara tradisional dengan pengelolaan sebagai tanaman sela antara tanaman pangan. Pengembang biakan tanaman dilakukan dengan menggunakan biji. Produksi bahan segar sebesar 233 kg/ha/panen atau setara dengan 204,15 kg BK/ha/panen. Terdapat 3 jenis tanaman kelor berdasarkan warna tangkai daun dan 1 jenis berdasarkan aroma wangi yang dihasilkan. Warna tangkai daun terdiri atas hijau, hijau kemerahan, merah. Jenis aroma wangi memiliki warna tangkai daun hijau. Berdasarkan karakterisasi molekuler, terlihat bahwa jenis morfologi yang berbeda terjadi karena perbedaan secara genetis dengan polimorfisme sebesar 55,87 % dengan fenogram similaritas berkisar antara 68,8 sampai dengan 74,7%. Penelitian tahap II: Evaluasi kualitas daun kelor. Daun kelor dalam bentuk tepung dianalisis kualitasnya yang meliputi kandungan nutrien berdasarkan analisis proksimat, kandungan asam amino berdasarkan analisis High Performance Liquid Chromatograpi (HPLC), kandungan senyawa tannin, dan kandungan serat berdasarkan analisis serat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daun kelor dari Kabupaten Flores Timur memiliki kandungan nutrisi yang tinggi dengan profil asam amino yang lengkap. Terdapat 17 macam asam amino pada masing-masing jenis kelor dengan asam amino esensial sebanyak 9 macam. Jenis kelor hijau wangi merupakan jenis kelor dengan kandungan nutrisi dan semua jenis asam amino yang lebih tinggi yang diikuti dengan kelor jenis hijau, merah dan hijau kemerahan. Ratavi rata semua jenis kelor memiliki kandungan asam amino esensial yang mengindikasikan bahwa daun kelor yang berasal dari Flores Timur merupakan salah satu sumber pakan yang bernilai gizi tinggi dan berperanan dalam mempertahankan dan meningkatkan pertumbuhan dan produksi ternak. Penelitian tahap III: evaluasi nilai cerna secara in vitro. Nilai cerna daun kelor masing-masing jenis dilakukan uji in vitro produksi gas dengan sumber inokulum berbeda yaitu cairan rumen dan caecum kelinci. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi gas pada masing-masing titik pengamatan berbeda secara signikan antara masing-masing jenis kelor. Walaupun demikian, nilai cerna bahan kering dan bahan organik antara jenis kelor tidak berbeda secara nyata. Jenis kelor hijau dan hijau wangi merupakan jenis kelor yang perlu dikembangkan secara maksimal karena memiliki kandungan nutrisi yang tinggi dibandingkan jenis kelor lainnya. Penelitian tahap IV: tampilan reproduksi ternak akibat pemberian tepung daun kelor bagi kelinci sebagai ternak model. Penelitian ini menggunakan tepung daun kelor hingga level 24 % sebagai pengganti tepung kedelai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan level daun kelor yang semakin tinggi tidak diikuti dengan peningkatan konsumsi bahan kering dan nutrien ransum secara signikan namun angka konversi ransum yang cenderung semakin menurun. Disamping itu, penggunaan level daun kelor yang semakin tinggi berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan konsentrasi hormon prolaktin saat laktasi. Peningkatan hormon prolaktin berpengaruh secara langsung terhadap produksi susu induk selama menyusui. Angka mortalitas cenderung menurun dan berat sapih cenderung lebih tinggi seiring dengan semakin tingginya level tepung daun kelor yang diberikan. Fakta ini terjadi karena kontribusi asam amino yang terkandung dalam daun kelor yang berperanan dalam produksi enzim, immunoglobulin, hormon, pertumbuhan dan memperbaiki jaringan yang rusak dan struktur dari sel darah merah. Laktogogue yang terkandung dalam daun kelor mampu menurunkan konsentrasi prolaktin in hibitor faktor dan peningkatan konsentrasi hormon prolaktin. Peningkatan hormon prolaktin meningkatkan sintesis dan produksi susu induk sehingga dapat memenuhi kebutuhan air susu bagi anak yang dilahirkan. Daun kelor yang berasal dari wilayah Nusa Tenggara Timur memiliki potensi yang tinggi untuk dikembangkan guna memenuhi kebutuhan pakan. Suplementasi pakan berbasis daun kelor menjadi terobosan dalam membantu peningkatan produktivitas ternak terutama peningkatan produksi air susu induk sehingga mampu menurunkan angka mortalitas.
Item Type: | Thesis (Doctor) |
---|---|
Identification Number: | DIS/583.64/KLE/p/2016/061611487 |
Subjects: | 500 Natural sciences and mathematics > 583 Magnoliopsida (Dicotyledons) > 583.6 Dilleniidae |
Divisions: | S2/S3 > Doktor Teknik Industri Pertanian, Fakultas Pertanian |
Depositing User: | Budi Wahyono Wahyono |
Date Deposited: | 13 Apr 2017 14:02 |
Last Modified: | 01 Feb 2023 04:38 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/160501 |
![]() |
Text
MARKUS MITEN KLEDEN.pdf Download (14MB) |
Actions (login required)
![]() |
View Item |