On the Agronomy and Botany of Salak (Salacca zalacca)

Sumeru Ashari, PhD (2002) On the Agronomy and Botany of Salak (Salacca zalacca). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Salak adalah telapak menyusui yang dioecerous, menyusu, tumbuh karena buahnya, terutama di Indonesia. Secara tradisional, tanaman dibesarkan dari benih dan ditanam di taman pasar di bawah naungan pohon yang ada. Perawatan tanaman sebagian besar terbatas pada meleset sebagian besar tanaman pria, memotong kelebihan pengisap dan daun penuaan, dan penyerbukan tangan. Setiap pusat produksi terutama menumbuhkan varietas disukai sendiri, tetapi pada 1990-an Pondoh, berasal dari Yogyakarta, menjadi populer juga di tempat lain. Yield sangat bervariasi (katakanlah 5 -13 kg per tanaman per tahun). Pemahaman yang lebih baik tentang tanaman dapat dengan mungkin sangat meningkatkan level hasil. Ini cocok dengan strategi Indonesia untuk mengembangkan buah yang tumbuh dengan pandangan untuk meningkatkan nutrisi dan peningkatan ekspor. Salak adalah salah satu tanaman buah yang dipilih dengan strategi ini. SIS ini melaporkan penelitian eksploratif tentang agronomi dan botani tanaman. Agronomi Penyerbukan intensif dari spesies dioecious ini mengarah pada set buah dan benih yang berat. Bentuk biji ditentukan oleh jumlah biji per buah. Korelasi antara bentuk benih dan jenis kelamin benih yang diasumsikan oleh petani salak di Indonesia tidak mungkin. Kualitas penyerbukan dan serbuk sari mempengaruhi kualitas dan kuantitas buah. Pilihan serbuk sari tergantung pada kultivar untuk diserbuki. Benih salak adalah bandal dan endosperma memainkan peran penting dalam perkecambahan. Tanpa endosperma embrio tidak dapat tumbuh dan berkembang. Penyimpanan biji salak di arang dapat mempertahankan kelayakan dan meningkatkan pertumbuhan bibit dibandingkan dengan penyimpanan di udara sekitar atau bahkan dalam serbuk gergaji. Perkecambahan biji salak terbelakang ketika ditanam di tanah berat. Bahan organik diperlukan untuk meningkatkan sifat fisik tanah, terutama tanah berat. Konten bahan organik yang lebih tinggi juga meningkatkan kadar N dan P pada kadar tanah dan nutrisi dalam daun. Di pembibitan, bibit salak membutuhkan naungan 50-75% dan pasokan nitrogen yang memadai. Selanjutnya tahap pertumbuhan pupuk anorganik berkurang jumlah buah split dan membusuk, sehingga meningkatkan jumlah buah yang baik per tandan. Botani Dalam bibit muda, bentuk daun sederhana tetapi daun yang muncul kemudian adalah pinnat. Durasi pembentukan daun dari munculnya pertumbuhan tombak hingga ekspansi dan pematangan bervariasi dari satu daun ke depan. Penilaian area daun rumit. Karakteristik daun sederhana dapat diukur untuk memperkirakan area daun, tetapi hubungan dengan luas daun bervariasi, tergantung pada kondisi yang tumbuh.

English Abstract

Salak is a dioecious, suckering palm, grown for its fruit, mainly in Indonesia. Traditionally, plants are raised from seed and planted In market gardens under shade of existing trees. Crop care is largely limited to roguing of most male plants, cutting excess suckers and ageing leaves, and hand pollination. Each production centre mainly grows its own favoured variety, but in 1990s Pondoh, originally from Yogyakarta, became popular also elsewhere. Yield varies widely (say 5 -13 kg per plant per year). A better understanding of crop can presumably greatly increase yield levels. This fits in with Indonesias strategy to develop fruit growing with a view to improving nutrition and increasing exports. Salak is one of fruit crops selected under this strategy. This sis reports explorative research on agronomy and botany of crop. Agronomy Intensive pollination of this dioecious species leads to heavy fruit and seed set. Seed shape is determined by number of seeds per fruit. A correlation between seed shape and sex of seed as assumed by salak growers in Indonesia is unlikely. Pollination and pollen quality Influence both quality and quantity of fruits. Choice of pollen depends on cultivar to be pollinated. Salak seed is recalcitrant and endosperm plays an Important role in germination. Without endosperm embryo is unable to grow and develop. Storage of salak seed in charcoal can sustain its viability and enhance seedling growth compared to storage in ambient air or even in sawdust. Germination of salak seeds was retarded when planted in heavy soils. Organic matter is needed to improve physical properties of soil, particularly of heavy soils. A higher organic matter content also increased N and P levels in soil and nutrient levels In leaves. In nursery, salak seedlings need 50-75% shade and an adequate supply of nitrogen. During later stages of growth inorganic fertilizer reduced numbers of split and decaying fruits, thus Increasing numbers of good fruits per bunch. Botany In young seedlings, leaf shape is simple but leaves emerging later are pinnate. duration of leaf formation from emergence and spear growth until expansion and maturation varies considerably from one leaf to next. Leaf area assessment is cumbersome; simple leaf characteristics may be measured to estimate leaf area, but relationships with leaf area vary, depending on growing conditions.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: TES/FP/2002/040900000
Subjects: UNSPECIFIED > Subject Not Defined
Depositing User: Endro Setyobudi
Date Deposited: 30 Jan 2009 15:04
Last Modified: 05 Jul 2022 06:36
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/160353
[thumbnail of On_the_Agronomy_and_Botany_of_Salak_(02).pdf] Text
On_the_Agronomy_and_Botany_of_Salak_(02).pdf

Download (13MB)
[thumbnail of On_the_Agronomy_and_Botany_of_Salak_(01).pdf] Text
On_the_Agronomy_and_Botany_of_Salak_(01).pdf

Download (12MB)

Actions (login required)

View Item View Item