Harimu, ThreesjeANoviane (2013) Wajah Bangunan Arsitektur Kolonial Belanda di Kawasan Pabrik Gula Semboro - Jember. Magister thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Arsitektur kolonial Belanda (bangunan kolonial), adalah sebutan singkat untuk gaya/langgam arsitektur yang berkembang selama masa pendudukan Belanda di tanah air; memiliki keistimewaan baik wujud maupun nilai sejarahnya. Disisi lain, keberadaannya tidak selalu bisa diterima oleh semua kalangan. Beberapa bangunan kolonial tersebut, dibiarkan hingga rusak, dirubah bentuk tampilannya, atau dibongkar. Kawasan Pabrik Gula Semboro, adalah salah satu kawasan yang dibangun pada masa kolonial, yang terletak di Desa Semboro, Kecamatan Semboro, Kabupaten Jember, Propinsi Jawa Timur. Kawasan ini, masih memiliki, dan masih bisa dijumpai, lingkungan, dan bangunan, dengan ciri-ciri arsitektur kolonial Belanda. Mengacu pada Peraturan UU RI No.11 Tahun 2010, tentang Benda Cagar Budaya, Bab III, Pasal 5; Kawasan Pabrik Gula Semboro merupakan salah satu kawasan yang memiliki kriteria sebagai kawasan cagar budaya; yang harus dipelihara untuk mencegah dan menanggulangi kerusakan akibat pengaruh alam dan atau perbuatan manusia, dan dirawat, untuk menjaga keasliannya. Hasil observasi dilapangan, ditemukan beberapa bangunan seperti bangunan Loji, dan Kamaran, tidak terawat, rusak, dan telah mengalami perubahan, pada fisik maupun wajah bangunannya. Permasalahannya, apabila fisik bangunan, maupun elemen wajah bangunan, yang rusak atau dirubah tersebut, tidak ada rekaman bentuk asli dalam bentuk data grafis, akibatnya, lambat laun bangunan bersejarah dikawasan tersebut, kehilangan identitas dan karakteristik kawasannya. Penelitian ini dilakukan untuk dapat menggali lebih dalam tentang objek arsitektur kolonial Belanda di Kawasan Pabrik Gula Semboro, melalui pengenalan terhadap salah satu elemen penting bangunan, yakni wajah bangunan. Wajah bangunan dimaksud, adalah tampak depan/muka bangunan; umumnya menghadap arah jalan lingkungan (Krier, 2001). Wajah bangunan, merupakan elemen bangunan yang paling pertama dilihat oleh mata, dan yang paling sering diberi penilaian oleh para pengamat; Melalui wajah/muka bangunan, identitas dari sebuah bangunan dapat diidentifikasi, diketahui, dan dipelajari. Tujuan penelitian ini, untuk mendapatkan bentuk asli gaya/model dan karakteristik bangunan kolonial tersebut, dan hasilnya, digunakan sebagai pedoman/data grafis, agar dalam perencanaan, perbaikan fisik, atau wajah bangunan, tidak sampai merubah bentuk aslinya, agar keberadaannya tetap lestari. Menggunakan metode deskriptif-kualitatif, dibantu analisis pendekatan tipologi; analisisnya adalah komponen dan elemen wajah bangunan (atap, dinding, pintu, jendela, dan ventilasi). Diperoleh hasil, bentuk asli gaya wajah bangunan arsitektur kolonial Belanda dikawasan studi, terdiri dari beberapa tipe/model, yang dipengaruhi oleh gaya arsitektur modern, yang berkembang pada tahun 1900-an-1940-an, dan arsitektur lokal (bentuk rumah Jawa tipe Kampung). Masing-masing gaya wajah bangunan tersebut, menunjukan identitas penghuninya (karyawan); hirarki kedudukan/jabatan dalam pabrik. Karakteristik wajah bangunan kolonial, sebagai berikut: 1) Atap. Bentuk atap pelana, atap perisai dan paduan bentuk atap pelana, dengan perisai. Sudut kemiringan 30°, bahan penutup atap seng, dan sudut kemiringan 45°, bahan penutup atap genteng tanah liat; Ragam hias pada atap, hanya ditemukan pada bangunan yang menggunakan atap pelana, terletak pada puncak atap, merupakan stilasi dari bentuk-bentuk windwijzer (penunjuk arah angin) yang berkembang pada jaman tersebut. 2) Dinding. Ditemukan dua macam tekstur dinding, yakni tekstur halus pada bangunan Loji, dan bengkel/Besali; tekstur kasar pada bangunan Kamaran. Ragam hias/ornamen dekoratif pada dinding, yang menonjol adalah penebalan/penonjolan pada bidang dinding (pola berulang), membentuk garis horizontal yang kuat; 3) Pintu. Model, jenis, ukuran, perletakan dan jumlah daun pintu berbeda pada setiap jenis bangunan. Memiliki enam model konstruksi pintu. Jenis pintu tinggi, dengan daun pintu rangkap ganda (dibuka kearah luar dan dalam); daun pintu ganda, dan daun pintu tunggal (dibuka kearah dalam), menggunakan bahan kayu jati sebagai pembentuk atau/dan bahan kayu jati, kombinasikan dengan kaca polos/bening; 4) Jendela. Model, jenis, ukuran, perletakan dan jumlah daun jendela, berbeda pada setiap jenis bangunan. Memiliki tiga model jendela, yaitu jendela krepyak, dengan dua, atau tiga lubang/bukaan; jendela panil kaca, dengan satu atau tiga lubang/bukaan); dan jendela panil kayu massif. Jenis jendela rangkap ganda (empat daun jendela, atau enam daun jendela); jendela ganda (dua daun jendela), dan jendela tunggal. Tipe gantung samping; bukaan samping, dan, tipe gantung (engsel) bawah, bukaan atas. Menggunakan bahan kayu jati sebagai pembentuk atau/dan bahan kayu jati, kombinasikan dengan kaca polos/bening. 5) Ventilasi. Ventilasi atau lubang pada dinding (roster), berbentuk segiempat, model kerawang. Posisi/perletakannya diatas bukaan pintu dan jendela. Berjumlah ganjil yakni tujuh buah, dan sembilan buah. Variasi model pintu, jendela dan ventilasi tersebut.
English Abstract
Dutch colonial architecture (colonial buildings), is short term for architectural style that developed during Dutch occupation in country, having privilege of both form and historical value. On o r hand, y are not always able to be accepted by all people. Most people are less concerned, some of colonial buildings, is left up to broken, change shape of zoom, or disassemble it. Semboro Sugar Factory area, is one area that was built during colonial era, re were in village Semboro, Semboro District, Jember regency, East Java. results of field observations, found a few buildings (Loji, Kamaran), poorly maintained and damaged, and has undergone a change, physical and building face. changes, made unilaterally by occupants who occupy building. problem is, if physical building, as well as elements of building face, damaged or altered it, re is no recording original shape in form of graphical data, consequently, gradually regions historic buildings, loss of identity and characteristics of region. This research was conducted in order to explore more about Dutch colonial architectural objects in Region Semboro Sugar Factory, through introduction to essential elements and building, building faces. Face of building in question, is a front/face of building; generally facing direction of road environment (Krier, 2001). Face of building, is first element of building to be seen by eye, which is most often given ratings by observers. It is one of essential elements of building, because of face/face of building, identity of a building can be seen and studied. purpose of this study, to obtain original form style/model and characteristics of colonial buildings, and results, are used as a guide/graphic data, so in planning, physical improvements, or building face, not to change original form. Using descriptive-qualitative method, aided analysis of typology approach; components and elements of analysis is face of buildings (roofs, walls, doors, windows, and ventilation). Obtained results, original form of building face style of Dutch colonial architecture area of study, consisting of several types/models, which are influenced by modern architectural style (1900s-1940s), and local architecture (shape Javanese village house). Style of each face of building, showing identity of occupants (employees); hierarchical position/job in factory. Facial characteristics of colonial buildings, as follows: 1) Roof. Form gable, roof and alloy shield gable form, with shield. Tilt angle of 30°, zinc roofing material, and angle of inclination of 45°, material clay tile roof coverings; carved decoration on roof lies on top of roof, a stylized forms of windwijzer (wea r vane) that develops in se times, and only found in buildings that use gable. 2) Wall. Found two kinds of wall texture, smooth texture on building lodge, and a workshop/Besali; rough texture on building Kamaran. Decorative/decorative ornaments on walls, created from thickening/protrusion on wall field (repeating patterns), forming strong horizontal lines; 3) door. Model, type, size, placement and number of different doors on each type of building. Has six models of door construction. High door type, with a double double doors (open outwardly and within); leaf of double doors and a single door (opened inward), using teak wood as forming or/and teak wood, combined with plain glass/clear ; 4) Window. Model, type, size, placement and number of different shutters on every type of building. It has three windows, window blinds, with two, or three holes/openings; window glass panels, with one or three holes/openings); massive windows and wood panels. Double double window type (four shutters, shutters or six); window double (two shutters), and a single window. Type hanging side; side openings, and, hanging type (hinge) down, opening up. Using teak as forming or/and teak wood, combined with plain glass/clear. 5) Ventilation. Vents or holes in wall (roster), rectangular shaped, filigree models. Position/placement above door and window openings.
Item Type: | Thesis (Magister) |
---|---|
Identification Number: | TES/724.1/HAR/w/041307056 |
Subjects: | 700 The Arts > 724 Architecture from 1400 > 724.1 1400-1800 |
Divisions: | S2/S3 > Magister Teknik Elektro, Fakultas Teknik |
Depositing User: | Endro Setyobudi |
Date Deposited: | 11 Feb 2014 16:39 |
Last Modified: | 11 Feb 2014 16:39 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/160294 |
Actions (login required)
View Item |