Febrianto, Eko (2014) Makna Bentuk Elemen Wajah Bangunan Kolonial pada Permukiman Multietnis di Krian- Sidoarjo. Magister thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Peninggalan dan pengaruh kolonial Belanda di Indonesia begitu nyata dan wujudnya masih dapat terlihat pada objek-objek arsitektur yang ada di berbagai kota, salah satunya Kota Krian, Sidoarjo. Hal ini menandakan bahwa arsitektur kolonial belanda benar-benar menjadi trend atau populer pada saat itu. Di Kota Krian, bangunan-bangunan bergaya kolonial tersebut banyak yang dibangun dan dimiliki oleh penduduk lokal yang notabennya adalah orang jawa dan tionghoa yang memilliki kepercayaan sendiri dalam arsitektur khususnya wajah bangunan sebab biasanya ada pesan atau makna dalam ekspresi tersebut.Perkembangan Kota Krian yang semakin pesat membutuhkan lahan dan ruang untuk mengakomodasi aktivitas aglomerasi kota. Kondisi ini kemudian mendorong terjadinya perubahan fungsi bangunan dan fasade bangunan untuk fungsi baru dan bangunan baru yang cenderung tanpa “makna” sehingga identitas dan citra kawasan menjadi menurun.Tujuan penelitian ini adalah menggambarkan tipe dan makna bentuk elemen wajah bangunan bergaya kolonial Belanda pada permukiman multietnis di pusat Kota Krian, Sidoarjo. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif yang fokus pada variabel elemen wajah bangunan, yaitu orientasi, atap, pintu dan jendela, kolom, lantai, ragam hias dan warna dengan objek pengamatan pada wajah bangunan pada 16 bangunan yang tersebar di kampung Magersari, kampung Jagalan dan kampung Krajan. Dalam melakukan analisis digunakan langkah yaitu analisis tipologi untuk mencari karakter bentuk elemen wajah bangunan dan langkah selanjutnya baru dianalisis makna dari bentuk elemen wajah bangunan tersebut.Hasil penelitian menghasilkan bahwa bentuk elemen wajah bangunan kolonial pada permukiman multi etnis di Kota Krian memiliki tipe tertentu dan makna yang berbeda berdasarkan etnis. Dari sisi tipologi, wajah bangunan kolonial di Kota Krian cenderung menghadap selatan dan utara, atap berbentuk pelana dan perisai, pintu dan jendela dominan berbentuk kupu tarung, kolom berbentuk persegi; persegi delapan; dan bulat, serta lantai yang mengalami peninggian. Ornamen hias pada wajah bangunan cenderung diminimalisir karena keterbatasan kemampuan tukang lokal dalam membuat ornamen pada media bangunan beton. Ornamen hias hanya terdapat pada beberapa bangunan seperti pada atap, bovenlich, teralis dan kolom. Penggunaan warna juga terbatas cenderung dominan menggunakan warna putih, hijau, kuning, coklat dan abu-abu.Kepercayaan akan makna dari bentuk elemen wajah bangunan ternyata masih diterapkan walaupun gaya bangunannya adalah kolonial. Dengan demikian, ada pesan atau makna yang dapat sebenarnya ingin disampaikan dan merupakan ekspresi dari pemilik rumah. Orientasi utara dan selatan cenderung paling dipilih oleh masyarakat jawa karena bermakna baik, keselamatan dan kebahagiaan sedangkan bagi warga tionghoa cenderung menghadap selatan karena mengikuti arah kelenteng atau arah lain yang secara fengshui baik. Atap pelana dan perisai merupakan bentuk simbolisasi gunung sebagai penghormatan terhadap hubungan manusia dan Tuhan sekaligus merupakan penanda bahwa pemilik adalah masyarakat biasa atau bangsawan yang sukses tetapi bagi etnis tionghoa tidak ada makna.Bukaan pada wajah bangunan yang ditandai dengan terdapatnya pintu dan jendela dengan bentuk dominan berupa kupu tarung yang bermakna sebagai sumber pembawa rezeki. Selanjutnya peninggian lantai selain sebagai bentuk adaptasi terhadap alam sekitar yang berada pada kawasan sungai, tetapi juga dimaknai bahwa rumah memiliki nilai sakral. Ornamen dan warna ternyata juga memiliki makna tergantung bentuk dan warnanya.
English Abstract
Relics and colonial influence in Indonesia so real and his form can still be seen in architectural objects that exist in various cities, such us Krian City, Sidoarjo. This indicates that colonial architecture is really was a trend or popular. In Krian City, number of colonial style buildings are many, who built and owned by a local resident like Javanese and tionghoa that haveculture and tradition, especially architecture of building façade because re is usually a message or meaning in expression.Krian City development is rapidly increasing need of land and space to accommodate city agglomeration activities. This condition leads to a change in function of building and facade of building to new functions and new buildings tend to be without "meaning" so that identity and image of city is changed. purpose of this study is to describe type and meaning of façade elements form Dutch colonial style buildings in multiethnic neighborhoods in Krian, Sidoarjo. method used is descriptive qualitative focus on variable element of building facade, such us orientation, roof, doors and windows, columns, floor, ornamen and color on facade of 16 buildings in Magersari , Jagalan and Krajan. analysis used typology analysis step is to look for character shape elements of building facade and next step to explain meaning of shape element of building facade. results of study suggest that shape of face elements of colonial buildings in multi-ethnic settlement in KrianCity have certain types and different meanings based on ethnicity. In terms of typology, face of colonial buildings in KrianCity tend to south and north orientation, type Perisai and Pelana of roof, “Kupu Tarung shaped of windows and doors elements, columns shape are rectangular, square and round eight, and floors are experiencing elevation. Decorative ornament on facade of building tends to be minimized due to limited ability of local artisan in making ornaments in media concrete buildings. Decorative ornaments found only in a few buildings such as roof, bovenlich, railings and columns. Limited use of color also tend to predominantly use white, green, yellow, brown and gray.Belief in meaning of facade elements form building was still applied even though building is a colonial style. Thus, re is a message or meaning can actually be conveyed, and an expression of homeowner. Orientation north and south tend to be most chosen by Java community as well meaning, safety and happiness, while for chinese tend to follow direction of temple or o r direction which is good fengshui. Pelana and Perisai show a symbol of mountain as a form of respect for relationship between humans and God, and is a marker that owner is ordinary people or nobility successful but for Chinese ethnic make no sense. Openings on wall of building which is characterized by presence of doors and windows with dominant form of kupu tarung a meaningful fight as a source of sustenance carrier. Fur r elevation of floor in addition to a form of adaptation to natural surroundings that are in area of river, but also understood that house has a sacred value. Ornaments and color it also has a meaning depending shape and color.
Item Type: | Thesis (Magister) |
---|---|
Identification Number: | TES/720/FEB/m/041500573 |
Subjects: | 700 The Arts > 720 Architecture |
Divisions: | S2/S3 > Magister Arsitektur Lingkungan Binaan, Fakultas Teknik |
Depositing User: | Samsul Arifin |
Date Deposited: | 27 Mar 2015 10:01 |
Last Modified: | 27 Mar 2015 10:01 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/160286 |
Actions (login required)
View Item |