Pengembangan Model Dasar Eoq Dengan Integrasi Produksi – Distribusi Untuk Produk Deteriorasi Dengan Kebijakan Backorder

Aisyah, Siti (2012) Pengembangan Model Dasar Eoq Dengan Integrasi Produksi – Distribusi Untuk Produk Deteriorasi Dengan Kebijakan Backorder. Magister thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Model persediaan digunakan untuk menentukan kebijakan mengawasi tingkat persediaan. Persediaan dalam suatu unit usaha dapat dikategorikan sebagai modal kerja yang berbentuk barang. Keberadaannya di satu sisi dianggap sebagai pemborosan, tetapi di sisi lain juga dianggap sebagai asset yang sangat diperlukan untuk menjamin kelancaran pemenuhan permintaan. Persediaan yang terlalu banyak akan mengakibatkan biaya persediaan meningkat karena bahan yang rusak namun bila tidak ada persediaan maka permintaan tidak dapat terpenuhi dan hal ini akan menimbulkan kerugian. Oleh sebab itu keberadaan persediaan perlu dikelola dengan baik sehingga diperoleh kinerja yang optimal. Model persediaan untuk produk yang mengalami deteriorasi sudah banyak diteliti, namun baru beberapa yang membahas tentang integrasi penentuan ukuran lot dalam rantai pasok. Penelitian ini membahas model produksi distribusi untuk produk yang mengalami deteriorasi dengan diijinkan shortage pada pembeli. Pembeli melakukan pemesanan kepada pemasok, kemudian pemasok memproduksi dalam batch produksi dengan ukuran tertentu dan mengirimkannya kepada pembeli dengan beberapa kali pengiriman dengan ukuran sama. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menghasilkan model perencanaan persediaan bahan baku dengan kendala permintaan lebih tinggi dari pada persediaan barang sehingga diijinkan shortage yang diberlakukan oleh pembeli, sehingga dapat meminimasi total biaya system yang terjadi pada pemasok dan pembeli. Sedangkan model dasar yang digunakan yaitu model persediaan Economic Order Quantity (EOQ). Sebuah model integrasi penentuan ukuran lot gabungan pemasok pembeli dengan kebijakan backorder dikembangkan untuk mendapatkan solusi global yang menguntungkan kedua belah pihak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan integrasi pemasok pembeli untuk produk yang mengalami deteriorasi dengan backorder memberikan total biaya sistem yang lebih rendah dibandingkan dengan kebijakan parsial pemasok pembeli. Selain itu penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan laju deteriorasi berpengaruh pada penurunan ukuran batch produksi dan waktu siklus serta meningkatnya total biaya sistem. Perubahan biaya transportasi per pengiriman sebesar 50% mengakibatkan kenaikan total biaya sistem sebesar 18.8% dan berpengaruh pada meningkatnya ukuran batch produksi. Penurunan biaya backorder sebesar 50% mengakibatkan penurunan total biaya sistem sebesar 5%, sedang penurunan biaya setup sebesar 50% mempengaruhi penurunan total biaya sistem sebesar 4.9%.

English Abstract

Model persediaan digunakan untuk menentukan kebijakan mengawasi tingkat persediaan. Persediaan dalam suatu unit usaha dapat dikategorikan sebagai modal kerja yang berbentuk barang. Keberadaannya di satu sisi dianggap sebagai pemborosan, tetapi di sisi lain juga dianggap sebagai asset yang sangat diperlukan untuk menjamin kelancaran pemenuhan permintaan. Persediaan yang terlalu banyak akan mengakibatkan biaya persediaan meningkat karena bahan yang rusak namun bila tidak ada persediaan maka permintaan tidak dapat terpenuhi dan hal ini akan menimbulkan kerugian. Oleh sebab itu keberadaan persediaan perlu dikelola dengan baik sehingga diperoleh kinerja yang optimal. Model persediaan untuk produk yang mengalami deteriorasi sudah banyak diteliti, namun baru beberapa yang membahas tentang integrasi penentuan ukuran lot dalam rantai pasok. Penelitian ini membahas model produksi distribusi untuk produk yang mengalami deteriorasi dengan diijinkan shortage pada pembeli. Pembeli melakukan pemesanan kepada pemasok, kemudian pemasok memproduksi dalam batch produksi dengan ukuran tertentu dan mengirimkannya kepada pembeli dengan beberapa kali pengiriman dengan ukuran sama. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menghasilkan model perencanaan persediaan bahan baku dengan kendala permintaan lebih tinggi dari pada persediaan barang sehingga diijinkan shortage yang diberlakukan oleh pembeli, sehingga dapat meminimasi total biaya system yang terjadi pada pemasok dan pembeli. Sedangkan model dasar yang digunakan yaitu model persediaan Economic Order Quantity (EOQ). Sebuah model integrasi penentuan ukuran lot gabungan pemasok pembeli dengan kebijakan backorder dikembangkan untuk mendapatkan solusi global yang menguntungkan kedua belah pihak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan integrasi pemasok pembeli untuk produk yang mengalami deteriorasi dengan backorder memberikan total biaya sistem yang lebih rendah dibandingkan dengan kebijakan parsial pemasok pembeli. Selain itu penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan laju deteriorasi berpengaruh pada penurunan ukuran batch produksi dan waktu siklus serta meningkatnya total biaya sistem. Perubahan biaya transportasi per pengiriman sebesar 50% mengakibatkan kenaikan total biaya sistem sebesar 18.8% dan berpengaruh pada meningkatnya ukuran batch produksi. Penurunan biaya backorder sebesar 50% mengakibatkan penurunan total biaya sistem sebesar 5%, sedang penurunan biaya setup sebesar 50% mempengaruhi penurunan total biaya sistem sebesar 4.9%.

Item Type: Thesis (Magister)
Identification Number: TES/658.72/AIS/p/041205953
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 658 General management > 658.7 Management of materials
Divisions: S2/S3 > Magister Matematika, Fakultas MIPA
Depositing User: Budi Wahyono Wahyono
Date Deposited: 03 Jul 2014 11:50
Last Modified: 11 Dec 2020 17:45
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/159807
Full text not available from this repository.

Actions (login required)

View Item View Item