Pemodelan Pertumbuhan Anak Ayam Kampung Dikaitkan dengan Profil Habitat, Diversitas Pakan dan Kesehatan di Beberapa Desa/Kelurahan di Propinsi NTT

Lengur, EufrasiaReneildaArianti (2013) Pemodelan Pertumbuhan Anak Ayam Kampung Dikaitkan dengan Profil Habitat, Diversitas Pakan dan Kesehatan di Beberapa Desa/Kelurahan di Propinsi NTT. Magister thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Ayam kampung merupakan salah satu anggota dari ayam lokal yang sangat potensial di Indonesia. Ayam kampung dijumpai di semua propinsi dan beradaptasi pada berbagai iklim. Beternak ayam kampung mempunyai banyak keuntungan karena selain menghasilkan telur dan daging, tahan penyakit dan proses pemeliharaan tidak terlalu sulit. Sementara itu, kelemahan dari ayam kampung adalah pertumbuhan lambat dan produktivitas rendah. Hal ini menyebabkan ayam kampung tidak lagi banyak dipelihara. Proses pertumbuhan yang lambat mengakibatkan rendahnya produktivitas yang disinyalir akibat perkawinan inbreeding , sistem pemeliharaan dan pemberian pakan yang belum optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui model pertumbuhan anak ayam kampung betina berdasarkan sistem pemeliharaan dan pemberian pakan secara tradisional di enam desa/kelurahan di Propinsi NTT. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif menggunakan metode wawancara dan observasi langsung di enam desa/kelurahan di Propinsi NTT. Empat desa (Desa Sambi, Golo Rutuk, Nangalabang dan Kelurahan Pota) di Kabupaten Manggarai Timur mewakili daerah pemeliharaan yang lebih alami dan dua kelurahan (Kelurahan Oebobo dan Kelapa Lima) di Kota Kupang mewakili daerah pemeliharaan ayam kampung di pemukiman padat. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei-Juli 2012. Teknik pemeliharaan tradisional pada masa lalu dan sekarang meliputi cara pemeliharaan induk bertelur dan anak ayam kampung, jumlah populasi, jenis pakan dan cara berlindung dari serangan predator. Informasi ini diperoleh melalui wawancara dengan 47 peternak berumur lebih dari 60 tahun dan 30-50 tahun. Sedangkan, penelitian observasi langsung dilakukan dengan mengamati 2-3 ekor setiap peternak untuk menentukan variabel habitat (geografi, iklim, lokasi pemeliharaan dan tanah), variabel pakan (jenis, frekuensi makan, jenis pakan yang ditemukan di tembolok dan jumlah pakan yang diberikan), variabel umur, variabel kesehatan (parasit usus halus, densitas eritrosit dan kadar hemoglobin) dan variabel pertumbuhan ukuran tubuh (tinggi, panjang dan berat badan anak ayam kampung). Data hasil wawancara dan observasi ditabulasi dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 untuk memperoleh informasi variasi temporal (profil pemeliharaan anak ayam kampong masa dahulu dan sekarang) dan variasi spasial (pemeliharaan, habitat dan populasi ayam kampung) di masing-masing desa/kelurahan serta kecamatan. Kekayaan jenis pakan yang diberikan dan ditemukan dalam tembolok anak ayam kampung di analisis secara deskriptif. Selanjutnya, data dianalisis statistik multivariate dengan menggunakan software smartPLS untuk menguji model persamaan struktural yang dirancang di awal meliputi desain model struktural ( inner model ), desain model pengukuran ( outer model ) dan evaluasi goodness of fit . Jika nilai t-test 1,96 maka variabel pengukuran berinteraksi secara langsung. Selanjutnya variabel yang berpengaruh langsung pada pertumbuhan anak ayam kampung digunakan untuk memperoleh rekomendasi sistem pemeliharaan dan pengelolaan pakan yang lebih baik di Propinsi NTT. Hasil penelitian menunjukan bahwa teknik pemeliharaan tradisional yang dilakukan pada masa lalu di Kabupaten Manggarai Timur tidak berbeda jauh dengan masa sekarang kecuali di Kelurahan Pota. Untuk pemeliharaan induk bertelur dan anak ayam pada masa lalu menggunakan potang namun pada masa sekarang sedikit peternak yang menggunakan. Pada masa lalu jumlah pakan sangat berlimpah namun pada masa sekarang mengalami penurunan. Sementara itu, peternak di dua kelurahan di Kota Kupang tidak lagi memelihara anak ayam kampung seperti pada masa dahulu. Habitat pemeliharaan anak ayam kampung di lima lokasi termasuk daerah dataran rendah kecuali Desa Golo Rutuk berada di pegunungan bawah. Curah hujan dan suhu di enam desa kelurahan masing-masing berkisar 50-133 mm.bulan-1 dan 19-24 o C. Teknik pemeliharaan tradisonal anak ayam kampung di Propinsi NTT dilakukan dengan memelihara anak ayam di daerah sawah, ladang/kebun dan atau dekat rumah. Desa Golo Rutuk merupakan desa yang memiliki kelembaban dan kesuburan tanah yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang lainnya. Secara morfologi, panjang dan tinggi badan anak ayam kampung di enam desa/kelurahan tidak berbeda jauh untuk umur starter dan grower . Tinggi badan untuk umur starter 22-23cm dan umur grower 27 cm. Panjang badan anak ayam kampung umur starter 24cm dan grower 27-33cm. Sedangkan berat badan anak ayam kampung umur starter dan grower di empat desa/kelurahan di Kabupaten Manggarai Timur lebih besar (periode starter berat 407-411g dan periode grower 836-983g) dari anak ayam kampung di Kota Kupang hal ini terkait dengan variasi jumlah, jenis dan lokasi pemeliharaan serta densitas eritrosit. Jumlah pemberian pakan anak ayam kampung berbeda-beda untuk setiap kelompok umur dan lokasi. Kekayan jenis pakan yang paling banyak ditemukan adalah beras, dikuti oleh jagung, padi dan rumput. Densitas eritrosit anak ayam kampung berkisar antara 2-3 x 10 6 μL-1 sedangkan kadar hemoglobin berkisar dalam batas normal 7-11 g.dl -1 . Parasit usus halus hanya ditemukan di dua kelurahan Kota Kupang. Pemodelan sistem pemeliharaan anak ayam kampung dengan smartPLS menunjukan adanya hubungan antar variabel yang diukur. Model 1 menunjukkan bahwa nilai predective-relevance (Q 2 ) 98,58% dimana pada model 1 ini variabel lingkungan tidak berpengaruh langsung terhadap jumlah parasit dan berat badan anak ayam kampung tetapi berpengaruh melalui jumlah pakan yang diberikan. Adapun model kedua dibuat untuk menjawab kekurangan model 1 dengan menghubungkan secara langsung variabel lingkungan dengan variabel kesehatan dan ukuran badan. Nilai predictive-relevance (Q

English Abstract

Native chicken ( Gallus domesticus ) is a local avian species that shows a great potential in Indonesia. Chicken is domesticated in all provinces and easily adapt to various climates. This chicken gives many advantages, besides producing eggs and meat, more resistant against disease and simply rearing process. Meanwhile, weaknesses are slowly growing and low productivity caused by inbreeding and sub-optimal feeding system. For this reason, this poultry has less developed. This research aimed to determine female chick growth model based on some traditional feeding system and health status in six villages, Province of Nusa Tenggara Timur (NTT). Descriptive and explorative research was held from May 2012 to January 2013 in traditional rearing system in Manggarai Timur District (Sambi, Golo Rutuk, Nangalabang and Pota Villages) and in urban one in Kupang City (Oebobo and Kelapa Lima Villages), NTT. We observed traditional rearing system applied in past and present, including feed diversity, population size, defence againt predator attack, layer and chick management. Interview involved 47 farmers (7-10 respondents for each villages), y were more than 30-50 years old and 60 years old. Moreover, field research was carried out simultaneously by direct observation on 2 to 3 chicks of starter (8-10 weeks old) and grower (20-25 weeks old) domesticated by farmer. We recorded some variable such as habitat (geography, climate, soil and rearing system), feed (diversity, frequency of feeding, feed diversity in cache and providing feed), health (intestinal parasites, density of erythrocytes and hemoglobin concentration), growth of chick size (height, length and weight) and age. Both data were tabulated using Microsoft Excel 2007 to describe temporal (past and present) variation of native chicken rearing system and also spatial variation of poultry system, habitat and population size in each village and district. Feed diversity consumed by native chicks was analyzed descriptively. Fur rmore, growth structural model of this native chick was developed by multivariate statistical method using smartPLS software. results showed that traditional rearing system in past and present were almost same, except in Pota Village. Traditionally, NTT farmer rears native chick in rice field, farm and or home garden. In past, special bamboo cage called “potang” was used for laying egg, growing and protecting chicks. Unfortunetaly it was rarely used at present time. Fur rmore, feed availability in past was more diverse than present. Most habitat of native chicken located at lowland except Golo Rutuk Village where is lower mountain climate with high soil humidity and fertility. Rainfall and temperature in six villages ranged between 50 to 133 mm.month -1 and 19 to 24 o C respectively. Height of starter was 22 to 23 cm and grower was 27 cm, while length of starter was 24 cm and grower varied 27 to 33 cm. Fur rmore individual chick weight of starter and grower raised in four villages in East Manggarai were respectively 407 to 411 g and 836 to 983 g, and higher significantly than those in Kupang City. Eventhough, this weight was only a half of chick biomass raised by Javanese farmers, and this growth was closely related to provided feed quantity and diversity, rearing habitat and density of erythrocytes. most common feed were rice, followed by corn, rice grain and grass. Erythrocytes density of chicks ranged from 2 to 3.106μL -1 whereas hemoglobin level was normal and varied from 7 to 11 g.dl -1 . Intestinal nematodes were found only in chick which raised in two villages at Kupang City. Native chick growth modelling using smartPLS was developed based on simultaneous relationship among observed five variables, such as environment, feed, health, chick age and growth. first model has a high predictive value (Q 2 ) 98.58% which assumed that environment variable did not directly influence number of intestinal parasites and weight of chicks, but it affected feed provide. second model improved previous model by connecting directly environment variable to health and chick size variable and Q 2 was better and reached 99.3%. It was indicated that chicks parasites number and weight were significantly influenced by two environmental variables, however chicks variable were not influenced by farmer feed provision. refore, increasing native chicks weight was directly influenced by age, altitude, rainfall and temperature. Food intake from chick habitat showed a more significant role to native chicken growth due to sub-optimal of daily feed provision. Based on above research results and in order to improve NTT local chick productivity, we propose two recommendations: (1) It is necessary to improve present traditional rearing system, especially on feeding management, including feed quantity and frequency of provision. poultry system applied at present time did not provide enough feed for optimal growth and productivity, eventhough feed availability in environment is significant. (2) Traditional rearing system including chick habitat, feed diversity and availability should be conserved, since female native chick reared in rural environment showed better performance due to important feed abundance and availability.

Item Type: Thesis (Magister)
Identification Number: TES/636.5/LEN/p/041300847
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 636 Animal husbandry > 636.5 Chickens and other kinds of domestic birds
Divisions: S2/S3 > Magister Biologi, Fakultas MIPA
Depositing User: Endro Setyobudi
Date Deposited: 19 Sep 2013 12:15
Last Modified: 19 Sep 2013 12:15
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/159025
Full text not available from this repository.

Actions (login required)

View Item View Item