Deteksi Streptococcus Grup A β-hemoliticus dengan Menggunakan Immunoglobulin G (IgG) Anti-Outer Membrane Protein (OMP) 33kDa.

Mayasari, EmaDianita (2016) Deteksi Streptococcus Grup A β-hemoliticus dengan Menggunakan Immunoglobulin G (IgG) Anti-Outer Membrane Protein (OMP) 33kDa. Magister thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Dari studi sebelumnya, diketahui bahwa protein M memiliki sifat imunogenik. Protein ini berada pada struktur outer membrane dan memiliki berat molekul 33kDa. Namun, protein M ini memiliki kemiripan struktur dengan tropomyosin, laminin, dan vimentin pada katub jantung, sehingga IgG anti protein M mengalami reaksi silang dengan protein-protein katub jantung dan menyebabkan kerusakan sehingga terjadi Rheumatic Heart Disease (RHD). Karena perannya sangat penting dalam memperantarai penyakit autoimun ini, maka IgG anti- Outer Membrane Protein (OMP) 33kDa berpeluang untuk dikembangkan menjadi bahan deteksi infeksi Streptococcus Grup A β-hemoliticus nantinya. Hasil biakan bakteri yang menjadi baku emas diagnosa selama ini seringkali menunjukkan hasil negative pada pasien yang diduga mengalami Rheumatic Fever (RF) atau RHD, karena proses autoimun yang melibatkan sel T dan IgG ini justru terjadi setelah bakteri tereradikasi dari tubuh. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa OMP 33kDa bakteri Streptococcus Grup A β-hemoliticus bersifat imunogenik dan IgG anti-OMP 33kDa tersebut dapat mengenali bakteri Streptococcus Grup A β-hemoliticus. Penelitian ini menggunakan rancangan experimental laboratories dengan control group design. Dilakukan di Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran dan Laboratorium Sentral Ilmu Hayati Universitas Brawijaya mulai bulan Desember 2014 sampai Desember 2015. Menggunakan uji statistic Kruskal Wallis, Mann Whitney, dan repeated ANOVA dengan Confidence Interval 95% dan p 0,05. Subjek penelitian ini adalah Rattus novergicus jantan usia 2 bulan dengan berat ±150 gram. Sampel penelitian yang digunakan sebanyak 25 ekor tikus yang terbagi dalam 5 kelompok Tiap kelompok perlakuan terdiri dari 5 ekor tikus. Kelompok perlakuan 1 adalah tikus yang diimunisasi whole cell bacteria Streptococcus grup A β-hemoliticus dengan masa inkubasi 4 minggu (A), perlakuan 2 adalah tikus yang diimunisasi whole cell bacteria Streptococcus grup A β-hemoliticus dengan masa inkubasi 8 minggu (B), kelompok perlakuan 3 adalah tikus yang diimunisasi dengan OMP 33kDa dengan masa inkubasi 4 minggu (C), perlakuan 4 adalah tikus yang diimunisasi OMP 33kDa dengan masa inkubasi 8 minggu (D), kelompok kontrol negative adalah tikus sehat yang tidak diimunisasi apapun (E). Metode penelitian yang dilakukan adalah uji imunologis dengan dot blot dan imunositokimia menggunakan FITC IgG anti-rat sekunder. Uji dot blot dilakukan untuk melihat ikatan antara IgG serum hospes dengan antigen OMP 33kDa, crude OMP, dan whole cell bacteria Streptococcus grupA β-hemoliticus. Uji dot blot yang pertama menggunakan antigen OMP 33kDa direaksikan dengan IgG serum hospes dari semua kelompok. Berikutnya dilakukan uji dot blot dengan menggunakan antigen yang berbeda-beda, yakni 33kDa (F), crude OMP (G), dan whole cell bacteria Streptococcus grup A β-hemoliticus (H). Tujuannya adalah untuk membuktikan bahwa IgG serum darah hospes yang telah diimunisasi OMP 33kDa dapat mengikat atau mengenali bakteri Streptococcus grupA β-hemoliticus secara utuh. Uji Komparasi dengan Kruskal Wallis menunjukkan ada perbedaan signifikan antar kelompok hewan coba, dan menurut uji Mann Whitney, perbedaan itu terletak antara kelompok perlakuan A, B, C, D dengan kelompok kontrol negatif (E) (p=0,009) Perbandingan antara kelompok A dengan B atau C dengan D menunjukkan bahwa tikus yang diimunisasi selama 4 minggu dapat menghasilkan ikatan IgG-OMP 33kDa lebih baik dibandingkan tikus yang diimunisasi selama 8 minggu, walaupun perbedaan tersebut tidak signifikan secara statistik. Uji dot blot yang kedua menunjukkan ikatan antara IgG serum tikus yang diimunisasi OMP 33kDa (C) dengan OMP 33kDa sendiri (F), crude OMP (G), dan whole cell bacteria (H). Hasil uji repeated ANOVA menunjukkan ada perbedaan antara ketiga macam antigen tersebut (F,G,H) namun secara statistik perbedaannya tidak signifikan (p=0,303; 0,210; 0,901). Hasil imunositokimia dengan FITC IgG anti-rat sekunder menunjukkan bahwa IgG anti OMP 33kDa yang diambil dari kelompok hewan coba C dapat berikatan dengan antigen bakteri yang disajikan dalam bentuk bakteri utuh. Namun, ikatan IgG-antigen tersebut tidak hanya ditemukan pada bagian outer membrane (lokasi OMP 33kDa tersebut seharusnya berada) tetapi juga pada bagian sitosolnya. Dapat disimpulkan bahwa OMP 33kDa bersifat imunogenik; respon imun humoral lebih tinggi pada kelompok imunisasi 4 minggu dibandingkan 8 minggu; IgG anti-OMP 33kDa dapat mengenali bakteri Streptococcus grup A β-hemoliticus secara utuh; antigen yang dikenali oleh IgG anti-OMP 33kDa tidak hanya berada pada bagian outer membrane sel bakteri, tetapi juga pada bagian sitosolnya.

Item Type: Thesis (Magister)
Identification Number: TES/616.079 8/MAY/d/2016/041702676
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 616 Diseases
Divisions: S2/S3 > Magister Ilmu Biomedis, Fakultas Kedokteran
Depositing User: Budi Wahyono Wahyono
Date Deposited: 03 May 2017 14:18
Last Modified: 03 May 2017 14:18
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/158262
Full text not available from this repository.

Actions (login required)

View Item View Item