Wardhani, RatihKusuma (2016) Pengaruh Pemberian Probiotik Lactobacillus Reuteri Terhadap Presentase Sel T Regulator Dan Sel T Helper 22 Pada Limpa Mencit Nifas Yang Diinduksi Bakteri Staphylococcus Aureus. Magister thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Masa nifas merupakan penyebab kematian terbesar pada ibu. Penyebab langsung kematian ibu antara lain perdarahan, preeklampsia, partus lama, komplikasi aborsi, dan infeksi. Salah satunya, infeksi nosokomial disebabkan oleh Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) yang didapat dari infeksi Staphylococcus aureus dan sekarang resisten. Infeksi Staphylococcus aureus menjadi masalah yang serius saat ini, karena meningkatnya resistensi bakteri terhadap berbagai jenis antibiotik. Infeksi nifas merupakan infeksi yang terjadi akibat adanya bakteri di traktus genitalia setelah melahirkan, akibat adanya perlukaan pada daerah serviks, vulva, vagina, dan perineum pada proses persalinan. Beberapa penelitian menjelaskan bakteri yang sering menyebabkan infeksi traktus genitalia wanita adalah Staphylococcus aureus dan terdapat trauma atau luka maka sebagai media masuknya Staphylococcus aureus untuk terjadinya infeksi. Penelitian lain mengemukakan Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) resisten terhadap antibiotik jenis β-lactam, penisilin, cephalosporins, dan carbapenem. Meluasnya resistensi bakteri terhadap obat-obatan yang ada, mendorong untuk penggalian sumber antibakteri dari bahan lain, seperti penggunaan probiotik. Probiotik merupakan mikroorganisme non patogen atau komponen bakteri dalam makanan suplementasi, termasuk golongan flora bakteri, yang mempunyai manfaat bagi kesehatan untuk pencegahan dan pengobatan penyakit (imunomodulator), ketika dalam jumlah yang cukup. Probiotik yang dikonsumsi secara peroral akan menuju ke saluran cerna. Probiotik mampu bertahan hidup terhadap asam lambung dan cairan empedu, kemudian menuju ke usus (ileum). Probiotik mengalami proses penyerapan di daerah ileum dengan melalui mucus. Antigen berikatan dengan APC untuk dipresentasikan oleh MHC II yang berada di Plak Peyer (ileum), selanjutnya mengaktifasi semua CD4+ sel T menjadi sel Treg dan sel Th22. Sel Treg dan sel Th22 yang telah teraktivasi akan menuju sirkulasi darah dan mengalami proses homing ke jaringan mukosa di seluruh tubuh, seperti jaringan mukosa saluran pencernaan, saluran genitourinaria, saluran nafas atas dan bawah, dan saluran kelenjar mamaedan jaringan limfoid (limpa dan kelenjar getah bening). Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan apakah ada pengaruh pemberian Lactobacillus reuteri terhadap presentase sel Treg dan Th22 pada limpa mencit nifas yang diinduksi Staphylococcus aureus. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental sesungguhnya dengan menggunakan pendekatan post test only control group design. Sampel yang digunakan mencit (Mus musculus Galur Balb/c) bunting 13 hari dengan replikasi 40 mencit yang terbagi 8 kelompok yakni kelompok 1 (kontrol) diinduksi placebo NaCl 0,9% H1 postpartum, kelompok 2 (kontrol) diinduksi placebo NaCl 0,9% H3 postpartum, kelompok 3 (SA) diinduksi Staphyloccus aureus H1 postpartum, kelompok 4 (SA) diinduksi Staphyloccus aureus H3 postpartum, kelompok 5 (LR) pemberian Lactobacillus reuteri H1 postpartum, kelompok 6 (LR) pemberian Lactobacillus reuteri H3 postpartum, kelompok 7 (SA+LR) pemberian Lactobacillus reuteri dan induksi Staphyloccus aureus H1 postpartum, kelompok 8 (SA+LR) pemberian Lactobacillus reuteri dan induksi Staphyloccus aureus H3 postpartum. Dosis Lactobacillus reuteri 1x1010 CFU/mencit sebanyak 250μl diberikan per oral. Dosis Staphyloccus aureus 5x107 CFU/mencit sebanyak 200μl diberikan per vaginal. Presentase sel Treg dan sel Th22 dianalisis melalui pemeriksaan flowsitometri. Hasil penelitian ini menunjukkan pemberian probiotik Lactobacillus reuteri tidak terbukti mempengaruhi presentase sel Treg dan sel Th22 pada hari pertama postpartum. Pemberian probiotik Lactobacillus reuteri sampai hari ketiga postpartum terbukti mempengaruhi presentase sel Treg dan sel Th22. Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian lain mengemukakan pemberian probiotik yang lebih lama dalam jumlah yang cukup mempunyai manfaat bagi kesehatan untuk pencegahan dan pengobatan penyakit. Penelitian ini masih terdapat keterbatasan, maka dibutuhkan penelitian lebih lanjut pemberian probiotik pada awal kehamilan (trimester I) sampai dengan masa nifas supaya lebih maksimal dalam upaya preventif pada infeksi akibat bakteri Staphylococcus aureus.
Item Type: | Thesis (Magister) |
---|---|
Identification Number: | TES/615.329 37/WAR/p/2016/041611178 |
Subjects: | 600 Technology (Applied sciences) > 615 Pharmacology and therapeutics > 615.3 Organics drugs |
Divisions: | S2/S3 > Magister Kebidanan, Fakultas Kedokteran |
Depositing User: | Nur Cholis |
Date Deposited: | 12 Jan 2017 11:03 |
Last Modified: | 12 Jan 2017 11:03 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/158162 |
Actions (login required)
View Item |