Fitria, SofiNur (2017) Pengaruh Paparan Kurkumin Dalam Menekan Manifestasi Artritis Pada Mencit Model Lupus Melalui Penurunan Proliferasi Synovial Lining Cell, Penurunan Kadar Interleukin 6, dan Penurunan Persentase Sel T H. Magister thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Lupus eritematosus sistemik (LES) adalah penyakit inflamasi autoimun kronis yang belum jelas penyebabnya dengan gambaran klinis yang luas serta tampilan perjalanan penyakit beragam. Terdapat penyimpangan sistem imun yang melibatkan kelainan dari sel T, sel B, sel monosit, maupun sel regulator. Akibat dari penyimpangan tersebut terjadi aktivasi sel B poliklonal, meningkatnya jumlah sel yang menghasilkan antibodi, produksi autoantibodi dan terbentuknya kompleks imun. Manifestasi awal yang paling sering ditemukan pada kasus LES adalah artritis. Peradangan pada sendi ini diyakini terjadi akibat deposisi dari kompleks antigen antibodi yang diperantarai oleh sitokin IL-6 dan sel Th17 sehingga menimbulkan reaksi inflamasi di sendi. Diperlukan suatu strategi yang tepat guna untuk mengatasi permasalahan pengobatan pada LES. Indonesia merupakan negara yang kaya akan bahan alam atau tanaman herbal dimana salah satu bahan yang berpotensi sebagai agen pengobatan LES adalah kurkumin. Kurkumin dibuktikan dapat memodulasi berbagai macam faktor transkripsi. Kurkumin dapat bersifat sebagai aktivator maupun represor dari beberapa faktor transkripsi antara lain PPARγ, STAT3, dan nuclear factor kappa B (Nfκβ). Kurkumin juga dianggap sebagai terapi potensial untuk menghambat produksi sitokin IL-6. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh paparan kurkumin terhadap progresivitas manifestasi klinis artritis pada mencit model lupus melalui penurunan kadar IL-6 dan penurunan persentase sel Th17. Metode penelitian yang dilakukan adalah True Experimental Design dengan desain post test-only control group design. Pemilihan sampel menggunakan metode simple random sampling. Sampel terdiri dari mencit BALB/c normal (K-), dan mencit BALB/c model lupus (induksi pristane (Santa Cruz) intraperitoneal) tanpa paparan kurkumin (K+), mencit model lupus yang dipapar kurkumin (Sigma Aldrich) 12,5mg/kgBB/hari (P1), 50mg/kgBB/hari (P2), dan 200mg/kgBB/hari (P3) minggu ke 16-32. Masing-masing kelompok terdiri dari 6 ekor mencit betina berumur 6-8 minggu. Analisis data menggunakan uji normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov dan homogenisitas menggunakan test homogenicity of variance terlebih dahulu. Uji beda terhadap jumlah kadar IL-6, persentase sel Th17, skor artritis visual, dan derajat hiperplasia SLC dengan uji One Way ANOVA dibandingkan antara kelompok kontrol dengan perlakuan dilanjutkan dengan uji post hoc tukey. Untuk mengetahui hubungan antara jumlah kadar IL-6, persentase sel Th17, skor artritis visual dan derajat hiperplasia SLC menggunakan korelasi Pearson. Data ditampilkan dalam bentuk diagram batang dalam rerata ± standar error (SE). Perbedaan yang bermakna antar tiap kelompok ditunjukkan dengan notasi yang berbeda. Nilai p 0.05 menunjukkan perbedaan yang bermakna antar kelompok perlakuan. Analisa data pada penelitian ini menggunakan program SPSS 18 for Windows. ix Penetapan mencit sudah mengalami LES adalah pengamatan manifestasi klinis antara lain alopesia, malar rash, artritis, dan asites diamati pada minggu ke-16 dan menggunakan parameter peningkatan kadar autoantibodi yaitu Anti Nuclear Antibody (ANA) menggunakan metode ELISA. Kemudian mencit kelompok perlakuan dipapar kurkumin dengan berbagai dosis selama 16 minggu mulai minggu ke-16 sampai minggu ke-32. Variabel yang diukur pada penelitian ini, yaitu kadar IL-6, persentase sel Th17, skor artritis visual, dan derajat hiperplasia SLC dari histopatologi sendi menggunakan pengecatan HE. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pada minggu ke 16 mencit memenuhi kriteria LES. Kadar IL-6 pada mencit model lupus yang dipapar kurkumin lebih rendah secara bermakna dibandingkan kontrol pada paparan dosis kurkumin 12,5 mg/kgBB/hari, 50mg/kgBB/hari, dan 200 mg/kgBB/hari. Persentase sel Th17 pada mencit model lupus yang dipapar kurkumin lebih rendah secara bermakna dibandingkan kontrol pada paparan dosis kurkumin 200 mg/kgBB/hari. Skor Artritis Visual (SAV) pada mencit model lupus yang dipapar kurkumin lebih rendah secara bermakna dibandingkan kontrol pada pemberian dosis kurkumin 12,5 mg/kgBB/hari, 50mg/kgBB/hari, dan 200 mg/kgBB/hari serta derajat hiperplasia SLC dari histopatologi sendi mencit model lupus pada semua paparan dosis kurkumin tidak berbeda secara bermakna dibandingkan kontrol. Terdapat hubungan yang bermakna antara kadar IL-6 dengan persentase sel Th17 pada mencit model lupus yang dipapar kurkumin (p 0,05) dengan korelasi kuat (r=0,731). Terdapat hubungan yang bermakna antara kadar IL-6 dengan skor artritis visual berkorelasi kuat (r=0,829) dan derajat hiperplasia SLC histopatologi sendi berkorelasi kuat (r=0,511) pada mencit model lupus yang dipapar kurkumin. Terdapat hubungan yang bermakna antara persentase sel Th17 dengan skor artritis visual berkorelasi kuat (r=0,833) dan derajat hiperplasia SLC histopatologi sendi berkorelasi cukup (r=0,379) pada mencit model lupus yang dipapar kurkumin. Kurkumin terbukti dapat menghambat terjadinya artritis ditunjukkan dari penurunan skor artritis visual yang berkorelasi dengan penurunan kadar IL-6 dan persentase sel Th17. Kurkumin diketahui dapat menghambat produksi IL-6 melalui hambatan faktor transkripsi IKK/NFκβ. Kurkumin dapat menghambat aktivasi sel Th17 melalui berbagai macam mekanisme. Pertama, kurkumin dapat mempengaruhi secara langsung aktivasi dari STAT3 dengan cara menurunkan regulasi dari faktor transkripsi tersebut. Kedua, kurkumin dapat mengaktivasi PPARγ yang dapat menghambat aktivasi dari RORγt. Dengan adanya hambatan aktivasi sel Th17 tersebut, arah diferensiasi sel T naif menuju ke sel Th-17 akan menurun. Dengan adanya hambatan pada IL-6 dan Th17 maka manifestasi klinis artritis pada mencit model lupus dapat dihambat. Penelitian ini memberikan informasi baru bahwa kurkumin mampu menurunkan kadar IL-6, persentase sel Th17, skor artritis visual, dan hiperplasia SLC. Penelitian ini juga memiliki keterbatasan antara lain peneliti tidak melakukan pengukuran IL-6 dan Th17 pada jaringan sendi secara spesifik misalnya menggunakan metode imunohistokimia dan analisis cairan sendi. Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini kurkumin dapat menghambat terjadinya artritis ringan pada mencit model lupus berkorelasi dengan hambatan proliferasi SLC, penurunan kadar IL-6 dan persentase Th17.
Item Type: | Thesis (Magister) |
---|---|
Identification Number: | TES/615.324 39/FIT/p/2017/041702323 |
Subjects: | 600 Technology (Applied sciences) > 615 Pharmacology and therapeutics > 615.3 Organics drugs |
Divisions: | S2/S3 > Magister Ilmu Biomedis, Fakultas Kedokteran |
Depositing User: | Budi Wahyono Wahyono |
Date Deposited: | 02 May 2017 14:12 |
Last Modified: | 05 Jul 2022 01:25 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/158135 |
Text
SOFI NUR FITRIA.pdf Download (5MB) |
Actions (login required)
View Item |