Pengaruh Ekstrak Cocor Bebek (Bryophyllum Pinnatum) Terhadap Jumlah Sel Th 17 Limpa Dan Kadar Serum Il 17a Pada Mencit Balb/C Bunting Model Lupus Erithematosus Sistemik

Iswati, RetnoSetyo (2016) Pengaruh Ekstrak Cocor Bebek (Bryophyllum Pinnatum) Terhadap Jumlah Sel Th 17 Limpa Dan Kadar Serum Il 17a Pada Mencit Balb/C Bunting Model Lupus Erithematosus Sistemik. Magister thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Lupus Erithematosus Sistematik (LES) merupakan penyakit inflamasi autoimun kronis yang melibatkan multi organ, dengan etiologi yang belum diketahui serta manifestasi klinis yang luas. Penyakit LES kebanyakan terjadi pada wanita di usia produktif seringkali menimbulkan masalah kesehatan terutama pada masa kehamilan yang dapat membahayakan kondisi ibu dan janin. Dampak terhadap ibu hamil dengan LES yaitu meningkatnya resiko preeklamsi dan eklamsi, sedangkan dampak buruk pada janin adalah berakibat resiko kelahiran prematur, kelainan pertumbuhan janin dan kematian janin. Belum jelasnya pathogenesis terjadinya LES dalam kehamilan diperlukan penelitian lebih lanjut. Pada saat ini dikembangkan penelitian penyakit LES menggunakan hewan coba model lupus dengan metode induksi pristan secara intraperitoneal Pemberian pristan dapat menyebabkan suatu manifestasi klinis yang mirip dengan penyakit LES pada manusia , yaitu menyebabkan terjadinya imun efek yang melibatkan antibody IgG, neutrophil, makrofag, dan endotel teraktivasi, menyebabkan produksi interferon (IFN) meningkat, produksi interleukin 6 (IL 6) juga meningkat sebaliknya terjadi penurunan pada sekresi IL 2. Peningkatan IL-6 akan mensupresi pembentukan Tregulator (Treg) sehingga pembentukan sel-sel Th17 yang merupakan sitokin proinflamasi akan meningkat. Peningkatan kadar IL-17 yang dihasilkan sel-sel Th17 telah dideteksi pada pasien-pasien dengan penyakit autoimun seperti LES. Untuk mencegah komplikasi selama kehamilan baik pada ibu maupun janin diperlukan pengobatan yang tepat. Salah satu bahan alam yang memiliki potensi untuk pengobatan LES adalah cocor bebek (Bryophyllum pinnatum). Zat aktif yang terkandung pada cocor bebek antara lain meliputi alkaloids, triterpenes, lemak, flavonoids , glycosida, bufadienolid, phenols dan asam organik. Quercetin dan luteolin yang terdapat pada flavonoids diyakini bertanggung jawab terhadap efek anti inflamasi dan imunomodulator. Penelitian yang dilakukan Jang, et al (2008) melaporkan bahwa luteolin menghambat stimulasi TNF α dan IL-6 dalam makrofag, maka produksi IL 6 akan berkurang sehingga menghambat diferensiasi sel-sel Th 17. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pemberian ekstrak cocor bebek (Bryopillum Pinnatum) terhadap penurunan jumlah sel Th 17 limpa dan kadar IL 17A serum jantung pada mencit Balb/C bunting model Lupus Erithematosus Sistemik, antara kelompok mencit Balb/C bunting sehat, kelompok mencit Balb/C bunting model LES dan kelompok mencit Balb/C bunting model LES+ekstrak cocor bebek berbagai dosis. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental dengan pendekatan post test only control group design. Sampel yang digunakan terdiri dari mencit Balb/C bunting sehat (kontrol negatif), kelompok mencit Balb/C bunting model LES (kontrol positif) dan kelompok mencit Balb/C bunting model LES dengan perlakuan pemberian ekstrak cocor bebek dosis 10,5 mg/hari, 21 mg/hari dan 42 mg/hari. Pengukuran jumlah sel Th 17 dengan metode flowsitometri dan kadar IL-17A menggunakan metode ELISA. Analisis data pada uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Hasil penelitian didapatkan bahwa rerata jumlah sel Th 17 yang dihasilkan oleh kelompok perlakuan dosis 10,5mg/ekor/hari merupakan rerata tertinggi dibandingkan dengan empat kelompok lainnya yaitu sebesar 7,56 ± 0,805. Pada kelompok perlakuan dosis 21 mg/ekor/hari (2,79 ± 1,484) menghasilkan nilai rerata mendekati rerata kelompok kontrol negatif (2,58 ± 0,938). Hasil analisis dengan uji Kruskal Wallis pada data jumlah sel Th 17 menunjukkan terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan pemberian ekstrak cocor bebek (Bryopillum Pinnatum) terhadap jumlah sel Th 17 limpa pada mencit bunting model LES, sedangkan hasil uji perbandingan berganda dengan uji vii Bonferroni menunjukkan. bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol positif dan kelompok perlakuan 2 (ekstrak cocor bebek dosis 21 mg/ekor/hari) yaitu dengan nilai p-value sebesar 0,052 (p0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa pemberian ekstrak cocor bebek dosis 21mg/hari (2.79 ± 1.484) secara kuantitatif terbukti dapat menurunkan jumlah sel Th 17 pada mencit Balb/C bunting model LES namun secara statistik tidak berpengaruh signifikan (p0,05). Selanjutnya berdasarkan uji Kruskal Wallis pada data kadar IL-17A diperoleh hasil tidak terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan pemberian ekstrak cocor bebek terhadap kadar IL 17A pada mencit Balb/C bunting model LES (p0,05) sehingga tidak terbukti bahwa pemberian ekstrak cocor bebek dapat menurunkan kadar IL 17A pada mencit Balb/C bunting model LES Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak cocor bebek terbukti dapat menurunkan jumlah sel Th 17, dan tidak terbukti dapat menurunkan kadar IL 17A pada mencit bunting model LES.

Item Type: Thesis (Magister)
Identification Number: TES/615.323 72/ISW/p/2016/041602800
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 615 Pharmacology and therapeutics > 615.3 Organics drugs
Divisions: S2/S3 > Magister Kebidanan, Fakultas Kedokteran
Depositing User: Nur Cholis
Date Deposited: 12 Apr 2016 11:46
Last Modified: 12 Apr 2016 11:46
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/158068
Full text not available from this repository.

Actions (login required)

View Item View Item