Rohie, AdeMeylisaCrystel (2015) Potensi Emsa Eritin Sebagai Imunomodulator Sel Limfosit Thymus Dan Bone Marrow Pada Mencit (Mus Musculus) Model Diabetes Mellitus. Magister thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Diabetes mellitus (DM) telah menjadi salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia dengan prevalensi yang terus meningkat. WHO menyatakan DM merupakan penyebab kematian ke-7 di dunia dimana Indonesia menduduki peringkat ke-4, yang didominasi oleh penderita diabetes tipe 2. DM merupakan penyakit metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia yang menyebabkan terjadinya peningkatan reactive oxygen species (ROS) yang pada konsentrasi tinggi menyebabkan terjadinya peningkatan faktor-faktor inflamatori yang berujung pada komplikasi diabetes. Sejumlah komplikasi tersebut dapat menimbulkan disfungsi sistem imun seperti kematian sel baik apoptosis maupun nekrosis (Fujiyama, 2013; Geerlings, 1999). Beberapa penelitian menyatakan pada pasien penderita diabetes terjadi peningkatan laju apoptosis sel limfosit T, disfungsi lymphopoiesis, penurunan monosit dan sel polimorfonuklear (kemotaksis dan fagositosis) (Salih, 2012; Abdelrazaq et al., 2013; Otton et al., 2004; Geerlings & Hoepelman 1999). Salah satu usaha yang dilakukan untuk meningkatkan sistem imun ialah dengan pemberian terapi poliherbal EMSA Eritin yang merupakan campuran dari ekstrak kacang kedelai (Glycine max), air kelapa (Cocos nucifera) dan beras merah (Oryza sp.). Beberapa penelitian terhadap masing-masing komponen EMSA Eritin telah membuktikan ketiganya memiliki potensi dalam menurunkan kadar glukosa darah (Sada & Mabrouk, 2013; Gupta & Sharma, 2012; Preetha et al., 2013; Denardin et al., 2011; Han et al., 2008). Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui pengaruh pemberian EMSA Eritin terhadap penurunan kadar glukosa darah melalui populasi sel limfosit T dan aktivitas limfosit B (jumlah hematopoietic stem cell, prekursor eritrosit, eritrosit matur dan kemokin SDF-1). Penelitian dilakukan secara in vivo dengan injeksi Streptozotocin (STZ) 100 mg/kg BB (i.p) pada mencit neonatal usia 5 hari. Pemberian EMSA Eritin dilakukan secara oral selama 14 hari dimulai ketika mencit mencapai usia 4-5 minggu. Pemberian EMSA Eritin terbagi menjadi 3 perlakuan yaitu DM-D1 (0,3125 mg/gr BB), DM-D2 (3,125 mg/gr BB) dan DM-D3 (31,25 mg/gr BB). Uji flow cytometry dilakukan untuk mengetahui jumlah relatif sel T CD4+, CD8+, sel B220+, HSC CD34+, eritrosit TER119+, TER119+VLA-4+ dan kemokin SDF-1 pada timus dan bone marrow mencit model DM. Analisis data dilakukan melalui uji statistik One-way ANOVA dengan taraf signifikansi (P 0.05) dan dilanjutkan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa EMSA Eritin dapat bertindak sebagai imunomodulator, dengan memicu proliferasi dan diferensiasi populasi sel limfosit T dan aktivitas limfosit B melalui peningkatan HSC, prekursor eritrosit, eritrosit matur serta kemokin pada timus dan bone marrow terutama pada dosis normal DM-D2 (3,125 mg/gr BB). Sehingga poliherbal EMSA Eritin dapat dijadikan alternatif pengobatan berbasis terapi dalam mencegah terjadinya komplikasi diabetes mellitus melalui perbaikan sistem imun.
Item Type: | Thesis (Magister) |
---|---|
Identification Number: | TES/615.321/ROH/p/2015/041507191 |
Subjects: | 600 Technology (Applied sciences) > 615 Pharmacology and therapeutics > 615.3 Organics drugs |
Divisions: | S2/S3 > Magister Biologi, Fakultas MIPA |
Depositing User: | Endang Susworini |
Date Deposited: | 21 Jan 2016 12:09 |
Last Modified: | 21 Jan 2016 12:09 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/158033 |
Actions (login required)
View Item |