Pramestiyani, Mustika (2016) Pengaruh Waktu Pemberian Ferro Sulfat Terhadapkadarglutathioneperoxidase(Gpx) Danmalondialdehyde(Mda) Padadarahtikusbunting. Magister thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 88 Tahun 2014 menyatakan bahwa tablet tambah darah wajib diberikan pada ibu hami lsetiap hari selama kehamilan atau minimal 90 tablet. Pemerintah merekomendasikan pemberian tablet tambah darah yang mengandung 60 mg elemen zat besi untuk pencegahan anemia. Pernyataan ini diasumsikan sebagai dasar pemberian rutin tablet tambah darah bagi ibu hamil tanpa mempertimbangkan status besi dan kondisi biologi ibu hamil. Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa dosis 60 mg/hari selama kehamilan terlalu tinggi pada ibu hamil normal. Pemberian zat besi yang terlalu tinggi menyebabkan keadaan kelebihan zat besi yang memicu terbentuknya Reactive Oxygen Spesies (ROS). Akumulasi zat besi yang berlebihan menyebabkan mekanisme penyerapan pasif pada zat besi. Zat besi secara kimia mempunyai sifat dapat melakukan penyerapan pasif melalui jalur paraseluler yang dapat diserap langsung oleh darah dan berikatan dengan transferin. Sebagian yang tidak terikat transferin akan menjadi NTBI sehingga terjadi reaksi Fenton dan Haber-Weiss menghasilkan radikal hidroksil (OH`) yang merupakan salah satu dari Reactive Oxygen Spesies (ROS). ROS dapat di netralisir oleh antioksidan yang salah satunya contohnya adalah antioksidan enzimatik yaitu glutathione peroxidase (GPx) .Antioksidan enzimatik ini berfungsi untuk mengkatalisis hydrogen peroksida (H2O2) menjadi H2O sehingga dapat mencegah terjadinya lipid peroksidasi pada membrane sel dan bekerja sebagai pengikat radikal bebas. Kadar antioksi dan akan terus meningkat seiring dengan peningkatan ROS, namun jika ROS meningkat melebihi kapasitas antioksidan maka akan terjadi stress oksidatif. Stress oksidatif merupakan indicator ketidakseimbangan antara antioksi dan ROS dimana terdapat peningkatan ROS yang menyebabkan kerusakan oksidatif. Kerusakan oksidatif ditandai dengan peningkatan lipid peroksidase yang salah satunya dapat dilihat dari peningkatan kadar MDA. MDA merupakan produk peroksidase lipid di dalam tubuh dan metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas. Konsentrasi MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel. Pemberian ferro sulfat dengan berbagai lama waktu pemberian menggunakan dosis 5,4 mg/200 gr BB tikus ternyata menyebabkan penurunan kadar GPx dan peningkatan kadar MDA pada darah tikus bunting. Kemampuan transferin dalam mengikat zat besi sangat terbatas, sehingga terdapat besi bebas(NTBI). NTBI mengkatalisasi reaksi Fenton-Habber Weis dan menghasilkan radikal hidroksil(OH`) yang tinggi. Radikal hidroksil merupakan senyawa ROS dimana senyawa tersebut jika berekasi dengan asam lemat tak jenuh dapat menghasilkan radikal hidroksil yang lebih reaktif. ROS dapat dinetralisir oleh antioksidan endogen seperti glutathione peroxidase (GPx). Peningkatan ROS diikuti dengan peningkatan aktivitas GPx namun apabila jumlah ROS melebihi kemampuan antoiksidan maka akan terjadi stres oksidatif yang ditandai dengan meningkatnya lipid peroksidasi.Peningkatan lipid peroksidasi dapat dibuktikan dengan meningkatnya kadar malondialdehyde (MDA). ROS bereaksi dengan poly unsaturated fatty acid (PUFA)pada membran sel dan membentuk hidroperoksida. Kadar lipid peroksida yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan organ dan jaringan. Kehamilan merupakan keadaan dimana keseimbangan mudah terganggu sehingga sangat rentan terhadap stres oksidatif. Keadaan stres oksidatif pada kehamilan telah diteliti dan dinyatakan sabagai keadaan fisilogi. Namun akumulasi zat besi yang berlebihan dapat memperburuk keadaan stres oksidatif pada kehamilan. Peningkatan kadar MDA dan penurunan kadar GPx mengindikasikan berbagai komplikasi kehamilan seperti abortus, pre eklampsia, KPD dan IUGR. viii Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama waktu pemberian suplemen ferro sulfat terhadap kadar glutathione peroxidase dan malondialdehyde pada tikus bunting jenis Rattus norvegicus.Penelitian eksperimentaljenispost test onlycontrol group desaign menggunakan 24 ekor tikus bunting yang dibagi secara acak menjadi empat kelompok yaiti kelompok kontrol (tikus bunting tanpa diberi tablet Fe), kelompok I (tikus bunting yang diberi fe dosis 5,4 mg/200 gr BB selama 20 hari), kelompok II (tikus bunting yang diberi Fe dosis 5,4 mg/200 gr BB selama 13 hari, kelompok III (tikus bunting yang diberi Fe dosis 5,4 mg/200 gr BB selama 6 hari. Tikus dikorbankan pada hari ke-20 dan diambil sampel darahnya kemudian di sentrifuse menjadi serum dan plasma. Kadar Gpx dan MDA diukur dengan menggunakan metode colorimetri. Pemeriksaan pada serum tikus bunting menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna kadar glutathione peroxidase (GPx) pada kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol (p 0,05). Rerata kadar GPx pada kelompok control dan kelompok pemberian selama 20 hari, 13 hari dan 6 hari ditemukan penurunan kadar GPx seiring dengan semakin lamanya waktu pemberian ferro sulfat. Sedangkan pemeriksaan kadar MDA menunjukkan hasil adanya perbedaan bermakna antar kelompok perlakuan (p 0,05). Rerata kadar MDA mengalami peningkatan seiring dengan semakin sedikitnya lama waktu pemberian. Hasil analisis kolerasi Pearson ditunjukkan dengan koefisien kolerasi -0,641 yang berarti bahwa kadar GPx dan kadar MDA mempunyai hubungan yang cukup signifikan dan bersifat negatif, dimana jika terjadi penurunan kadar GPx maka akan terjadi peningkatan kadar MDA, demikian juga sebaliknya.
Item Type: | Thesis (Magister) |
---|---|
Identification Number: | TES/615.266 21/pra/p/2016/041601662 |
Subjects: | 600 Technology (Applied sciences) > 615 Pharmacology and therapeutics > 615.2 Inorganic drugs |
Divisions: | S2/S3 > Magister Kebidanan, Fakultas Kedokteran |
Depositing User: | Nur Cholis |
Date Deposited: | 28 Apr 2016 13:59 |
Last Modified: | 28 Apr 2016 13:59 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/158021 |
Actions (login required)
View Item |