Soraya, Indah (2017) Analisis Komposisi Jenis Dinoflagellata Pada Kerang Mutiara ‘pinctada maxima Di Perairan Lombok - NTB. Magister thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Dinoflagellata berperan sebagai produsen primer di laut, juga dapat menimbulkan efek negative seperti fenomena HAB (Harmful Algal Blooming), yaitu peningkatan populasi alga toksik maupun non toksik yang terjadi di laut yang dapat menimbulkan kerugian karena adanya kontaminasi biota laut dengan toksin. Tujuan dari penelitian ini adalah 1.) untuk mengetahui struktur komunitas fitoplankton yang meliputi, kelimpahan dan komposisi serta keragaman fitoplankton jenis dinoflagellata di Perairan Lombok serta hubunganya dengan lokasi budidaya kerang mutiara “pinctada maxima”. 2.) untuk menganalisis komposisi dan mengidentifikasi isi lambung kerang mutiara dan mengetahui kadar toksin Paralytic Shellfish Poisoning (PSP) dalam tubuh kerang mutiara “pinctada paxima”, selanjutnya 3.) untuk mengetahui pemanfaatan fitoplankton oleh kerang mutiara ‘`pinctada maxima`` melalui cara makan dan kebiasaan makan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei (deskriptif). Penentuan lokasi penelitian dilakukan menggunakan metode ‘`puposive sampling``. Parameter hidrooseanonografi yang diukur adalah suhu, salinitas, arus, kecerahan, DO, pH, posphat, nitrat, dan klorofil-a. Dinoflagellata merupakan sumber utama fitoplankton yang memproduksi racun Saxitoxin atau "paralytic shellfish poison" untuk mendeteksi toksisitas atau kadar toksin Paralytic Shellfish Poisoning (PSP) digunakan metode Direct compotitive ELISA. Pada lokasi Teluk Sekotong hasil pengukuran parameter hidro oseanografi menunjukkan bahwa rata-rata suhu, salinitas, kecerahan, pH, arus, DO (oksigen terlarut), klorofil-a, lebih tinggi dibandingkan pada lokasi Teluk Kodek. Pengukuran nutrien (posphat dan nitrat) secara umum menunjukkan bahwa pada lokasi Teluk Sekotong lebih tinggi daripada lokasi Teluk Kodek. Namun nutrien tersebut pada lapisan kedalaman 10 m nilainya lebih tinggi daripada di lapisan permukaan ( 1 m). Hal ini menunjukkan bahwa setiap lokasi penelitian memiliki karakteristik hidro oseanografi yang tidak sama dan distribusi nutrien berbeda berdasarkan kedalamannya. Kelimpahan fotoplankton di perairan teluk Sekotong (Lombok Barat) lebih tinggi dibandingkan kelimpahan di perairan Teluk Kodek (Lombok Utara). Hal ini diduga karena ketersediaan nutrien (fosfat, nitrat) yang berbeda di antara dua lokasi tersebut, keanekaragaman species fitoplankton di perairan Teluk Sekotong tergolong tinggi sebesar 83,3% terdapat kecenderungan adanya dominasi olehh salah satu species dalam populasi fitoplankton. Dibandingakan dengan keragaman di Teluk Kodek. Kelimpahan dinoflagellata di Teluk Sekotong lebih tinggi daripada pada Teluk Kodek. Hal ini diikuti oleh melimpahnya golongan dinoflagellata dalam lambung Kerang Mutiara ‘`pinctada maxima`` sehingga kadar saksitoksin dalam tubuh Kerang Mutiara tersebut juga lebih tinggi. Fitoplankton yang ditemukan baik di perairan Teluk Sekotong (Lombok Barat) maupun Teluk Kodek (Lombok Utara) terdiri dari 8 jenis species Dinoflagellata dan 28 jenis species diatom. Kelimpahan fotoplankton di perairan teluk Sekotong (Lombok Barat) lebih besar dibandingkan kelimpahan di perairan Teluk Kodek (Lombok Utara). Hal ini diduga karena ketersediaan nutrien (fosfat, nitrat) yang berbeda di antara dua lokasi tersebut, keanekaragaman species fitoplankton di perairan Teluk Sekotong tergolong tinggi sebesar 83,3% terdapat kecenderungan adanya dominasi oleh salah satu species dalam populasi fitoplankton. Dibandingakan dengan keragaman di Teluk Kodek. Pada perairan Teluk Sekotong dalam lambung kerang mutiara (pinctada maxima) ditemukan 5 (lima) jenis golongan dinoflagellata yaitu Alexandrium sp, Dynophysis sp, Genyoulax sp, Protoperidinium sp, dan Peridinium sp sebanyak 16.7% % dan di lokasi Teluk Kodek (Lombok Utara) ditemukan 3 (tiga) jenis dinoflagellata yaitu Alexandrium sp, Dynophysis sp, dan Protoperidinium sp. Dengan komposisi 12.8%. Hasil uji kadar PSP pada daging kerang mutiara sebesar 14.145 μg (Teluk Sekotong) dan 13.211 μg (Teluk Kodek). ), konsentrasi saksitoksin pada kerang mutiara tersebut masih di bawah tingkat toleransi yang ditetapkan yaitu 80 μg STXeq per 100 gram, yang diatur pada SNI 3460.1:2009 tentang daging. Kerang mutiara merupakan jenis filter feeder. Kerang mutiara memakan semua fitoplankton yang yang ada di lingkunganya, kerang mutiara tidak melakukan seleksi terhadap jenis makanan yang terdapat secara alami melainkan melakukan seleksi makanan berdasarkan ukuranya dan menyukai makanan yang memiliki ukuran yang lebih kecil. Hal ini berdasarkan dari hasil analisis indeks pilihan pada lambung kerang mutiara. Berdasarkan hasil analisis kandungan toksin Paralytic shellfish poisoning (PSP) pada penelitian ini diketahui bahwa kandungan toksin masih dibawah standar yang ditetapkan oleh SNI dengan kelimpahan fitoplankton masih dalam kategori mesotrofik, sehingga kematian pada kerang mutiara dilokasi penelitian ini tidak disebabkan oleh toksin PSP. Maka perlu dikaji lebih lanjut dan perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai keterkaitan kasus kematian pada kerang mutiara, dalam rangka upaya keterkaitanya dengan produksi kerang mutiara.
Item Type: | Thesis (Magister) |
---|---|
Identification Number: | TES/579.87/SOR/a/2016/041702273 |
Subjects: | 500 Natural sciences and mathematics > 579 Natural history of microorganisms, fungi, algae > 579.8 Algae / Algae culture / Microalgae--Cultures and culture media |
Divisions: | S2/S3 > Magister Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan |
Depositing User: | Budi Wahyono Wahyono |
Date Deposited: | 29 May 2017 09:20 |
Last Modified: | 29 May 2017 09:20 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/157754 |
Actions (login required)
View Item |