Harris, Ali (2014) Kompetensi Perkembengan Oosit Immature Kambing Dengan Diameter Berbeda Dalam Medium Tcm-199 Yang Disuplementasi Cairan Folikel. Magister thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
In Vitro Maturation (IVM) merupakan proses pematangan oosit immature sampai mencapai metafase II yang dipengaruhi oleh kualitas oosit dan medium yang digunakan. Selama ini kriteria seleksi oosit didasarkan pada jumlah lapisan sel kumulus yang mengelilingi oosit, tanpa memperhatikan diameter oosit. Selama proses folikulogenesis dan oogenesis, terjadi perubahan diameter oosit sebagai akibat perubahan dari fisiologi sitoplasma dan nukleus. Perubahan kondisi fisiologi ini disebabkan karena adanya sintesis protein, peningkatan jumlah organel, adanya akumulasi air, ion, karbohidrat dan lipid yang dibutuhkan oosit untuk mencapai kompetensi perkembangan pada proses meiosis. Salah satu bahan yang digunakan sebagai suplementasi medium IVM adalah cairan folikel. Cairan folikel mengandung peptide growth factor, an hormon (FSH dan LH) yang berperan menstimulasi maturasi oosit. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui pengaruh diameter oosit immature terhadap kompetensi perkembangan maturasi oosit, dan (2) mengetahui pengaruh suplementasi cairan folikel pada medium terhadap kompetensi perkembangan maturasi oosit. Ovarium kambing yang digunakan diperoleh dari Rumah Potong Hewan Sukun, Kota Malang. Oosit diperoleh melalui aspirasi folikel (2-7 mm) menggunakan syringe 10 ml dan needle 18 G. Oosit immature dibagi menjadi 3 kelompok yaitu kelompok 1 ( 160.5 μm), kelompok 2 (160.5-170 μm), dan kelompok 3 (170 μm). Penelitian menggunakan 3 jenis medium yaitu TCM-199 + 10% FBS (medium 1), TCM-199 + 10% cairan folikel (medium 2) dan TCM-199 + 15% cairan folikel (medium 3). Oosit dimaturasi selama 26 jam pada 39 o C dan 5% CO 2 . Pengamatan kompetensi perkembangan immature oosit meliputi tingkat ekspansi sel kumulus dan tingkat maturasi inti (GV, GVBD, MI, dan MII). Hasil penelitian menunjukkan bahwa diameter oosit immature yang dikultur pada 3 medium berpengaruh nyata terhadap ekspansi kumulus tingkat 1 dan metafase II dengan nilai signifikansi 95% (p 0.05). Persentase ekspansi kumulus tingkat 1 pada kelompok diameter 1, kelompok 2, dan kelompok 3 secara berturut-turut adalah, pada medium 1 yaitu 54.41%, 72.2%, dan 64.1%; medium 2 yaitu 44.44%, 63.8%, dan 73.9%; dan medium 3 yaitu 48.2%, 67.4%, dan 83.1%. Persentase maturasi inti pada metafase II pada kelompok diameter 1, 2 dan 3 secara berturut-turut adalah, pada medium 1 yaitu 29.7%, 50.7%, dan 70%; medium 2 yaitu 29.1%, 56.6%, dan 68.5%; dan medium 3 yaitu 33.3%, 53.5%, dan 76.2%. Kompetensi perkembangan oosit (ekspansi kumulus dan maturasi inti) pada ketiga medium tidak berbeda nyata (p0.05). Kesimpulan penelitian ini adalah, 1) diameter immature oosit berpengaruh terhadap kompetensi perkembangan oosit, 2) cairan folikel dapat digunakan sebagai suplementasi medium kultur in vitro
Item Type: | Thesis (Magister) |
---|---|
Identification Number: | TES/571.81/HAR/k/041401572 |
Subjects: | 500 Natural sciences and mathematics > 571 Physiology and related subjects > 571.8 Reproduction, development, growth |
Divisions: | S2/S3 > Magister Biologi, Fakultas MIPA |
Depositing User: | Budi Wahyono Wahyono |
Date Deposited: | 05 Jun 2014 10:46 |
Last Modified: | 16 Mar 2023 04:06 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/157646 |
![]() |
Text
Ali_Harris_.pdf Download (2MB) |
Actions (login required)
![]() |
View Item |