Wati, Susilo (2016) Evaluation Of Green Open Space Management Program In Gresik Regency Based On Cipp Evaluation Model. Magister thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Pembangunan perkotaan yang cepat dan pertumbuhan populasi telah berkontribusi besar terhadap beban lingkungan yang serius. Pengembangan industri yang cepat memberikan dampak langsung pada kondisi lingkungan di Gresik. Gresik memiliki perusahaan pupuk terbesar di Indonesia, tidak dapat ditolak bahwa tanah Gresik telah terkontaminasi oleh banyak bahan kimia. Ini akan menempatkan masyarakat di lingkungan yang tidak sehat. Salah satu upaya untuk menjaga keseimbangan lingkungan menyediakan cukup ruang terbuka hijau (GOS) seperti yang dinyatakan dalam peraturan. GO tidak hanya berfungsi untuk mengurangi polusi udara yang disebabkan oleh polusi dari industri yang ada, tetapi juga mengamankan wilayah bencana, produsen oksigen, mengendalikan iklim lokal, sumber daya air dan untuk meningkatkan estetika struktur spasial perkotaan. Dengan demikian penting untuk menyediakan GOS tidak hanya untuk lingkungan yang sehat tetapi juga untuk pembangunan berkelanjutan. Menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Perencanaan Tata Ruang dalam Pasal 29 menyatakan bahwa proporsi ruang hijau di daerah perkotaan setidaknya 30 (tiga puluh) persen dari wilayah tersebut, di mana proporsi gos publik di daerah perkotaan setidaknya 20 (dua puluh) persen Dari area tersebut, dan 10 (sepuluh) persen untuk gos pribadi, yang sejalan dengan Peraturan Lokal Gresik NO 10 tahun 2010 tentang pengaturan ruang terbuka hijau. Program ini juga sebagai bagian dari agenda global yang terkait dengan tujuan pembangunan berkelanjutan yang salah satu tujuannya pada tahun 2030, semua wilayah kota mencapai setidaknya 25% GO dan bertemu dengan siapa yang menyarankan minimal 9 m2 ruang terbuka hijau per penduduk. Penelitian ini menggunakan metode studi deskriptif kasus. Desain studi kasus ini adalah desain tunggal. Studi kasus tunggal analog dengan percobaan tunggal. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur. Kabupaten Gresik dikenal sebagai kota industri di Jawa Timur. Kondisi ini memberikan dampak besar pada degradasi lingkungan terutama terkait dengan penggunaan lahan. Hasil penelitian ini adalah hingga 2015 program manajemen GOS publik pada periode 2011-2015 belum mencapai standar. Keberadaan ruang terbuka hijau publik di Kabupaten Gresik secara keseluruhan mencapai 10%. Tetapi bagi pusat-pusat perkotaan utama, yaitu Kecamatan Kebomas dan Gresik mencapai 15%. Dan sejauh ini sejak 2011 hingga 2015 BLH fokus pada pengembangan gos publik di dua kecamatan ini. Jadi dalam hal hasil program masih terkonsentrasi di pusat-pusat perkotaan. Dengan demikian masih ada ketimpangan hasil dari program manajemen GOS yang dilakukan oleh BLH Kabupaten Gresik. Ada beberapa faktor penghambat yang berkaitan dengan program manajemen GOS, seperti anggaran terbatas, data tidak valid, kurangnya sumber daya manusia, lahan publik yang terbatas dan juga berpartisipasi rendah masyarakat dalam program ini. Rekomendasi itu diperlukan perencanaan tata ruang yang komprehensif dari struktur spasial perkotaan, kebutuhan komitmen dari semua elemen, tidak hanya dari BLH untuk mematuhi alokasi lahan yang telah ditetapkan dalam perencanaan tata ruang 2010-2030 dan juga kebutuhan inovasi dari BLH Untuk mengimplementasikan program manajemen GOS ini di Gresik untuk mengatasi keterbatasan.
English Abstract
Rapid urban development and population growth have contributed greatly to serious environmental burdens. Rapid industrial development gives direct impact on the environmental conditions in Gresik. Gresik has the largest fertilizer company in Indonesia, cannot be denied that Gresik land has been contaminated by many chemicals. It will put society in unhealthy environment. One attempt to maintain the balance of environment is providing enough green open space (GOS) as stated in regulations. GOS not only serves to reduce air pollution caused by pollution from existing industry, but also securing the disaster area, oxygen producer, control local climate, water resources and to improve the aesthetics of urban spatial structure. Thus it is important to provide GOS not only for healthy environment but also for sustainable development. By law number 26 of 2007 regarding the Spatial Planning in article 29 states that the proportion of green space in urban areas at least 30 (thirty) percent of the area, where the proportion of public GOS in urban areas at least 20 (twenty) percent of the area, and 10 (ten) percent for private GOS, which it is in line with Gresik local regulation no 10 of 2010 regarding Green Open Space Arrangement. This program is also as a part of global agenda related to Sustainable Development Goals which one of the goals is by 2030, all city regions achieve at least 25 % of GOS and meet WHO‟s suggested minimum of 9 m2 green open space per resident. This research used descriptive case study method. The design of this case study is single-case design. The single case study is analogous to a single experiment. This research was conducted in Gresik regency, East Java Province. Gresik regency is known as industrial city in East Java. This condition gives huge impact on environmental degradation especially related to land use. The result of this research is until 2015 public GOS management program in the period of 2011-2015 has not reached the standard yet. The existence of public green open space in Gresik Regency overall reached 10%. But for the major urban centers, namely Kebomas and Gresik sub districts reaches 15%. And so far since 2011 till 2015 BLH focus on the development of public GOS in these two sub districts. So in terms of the program results are still concentrated in urban centers. Thus there are still inequality results from GOS management program conducted by BLH of Gresik Regency. There are some inhibiting factors related to GOS management program, such as limited budget, invalid data, lack of human resources, limited public land and also low participation of community in this program. The recommendation are It is necessary comprehensive spatial planning of urban spatial structure, the need of commitment from all elements, not only from BLH to obey the land allocation that has been set in the spatial planning 2010-2030 and also the need of innovation from BLH to implement this GOS management programs in Gresik to overcome the limitations.
Item Type: | Thesis (Magister) |
---|---|
Identification Number: | TES/354.334/WAT/e/2016/041611312 |
Subjects: | 300 Social sciences > 354 Public administration of economy and environment > 354.3 Public administration of environment and natural resources |
Divisions: | S2/S3 > Magister Ilmu Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi |
Depositing User: | Nur Cholis |
Date Deposited: | 02 Feb 2017 08:50 |
Last Modified: | 02 Feb 2017 08:50 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/157008 |
Actions (login required)
View Item |